Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.
Thank you
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hembusan demi hembusan nafas yang sering kali menjadi berat, tak pernah bisa memberikan ketenangan untukku. Berbagai pikiran akan dirinya terus saja membayangiku. Tanpa antusias, aku menjalani kembali hidupku seperti sebelum Yoon Jeong Han muncul dalam hidupku kembali.
Membiarkan waktu berlalu dengan bodohnya, waktuku saat bersamanya justru malah membuat hal yang seharusnya biasa kulakukan menjadi tak biasa. Dia telah menjadi bagian dari seseorang yang berada di dalam hidupku. Dia menjadi seseorang yang kucari dan kubutuhkan di setiap hariku.
Melepaskan diriku dari dirinya dan mendorongnya pergi dari hidupku, tanpa sadar waktu telah berlalu sejak dimana kami terakhir kali bertemu. Ia tak lagi menghubungiku atau aku menghubungi dirinya. Ada rasa dimana aku ingin dirinya merasa kehilanganku dan memintaku bertemu lagi dengannya.
Tapi melihat apa yang terjadi saat ini membuatku yakin, kalau aku hanyalah alat untuk memuaskan segala hasratnya.
Aku tak lebih penting di dalam hidupnya.
Meskipun ia pada awalnya tak mengharapkan apapun terhadap hubungannya dengan istrinya, tapi bagaimana ia kembali pada istrinya membuatku semakin menjadi pihak yang paling dirugikan.
Memang aku terlalu bodoh untuk menyerahkan diriku untuknya, tapi kenyamanan yang ia berikan selalu membuatku terbuai. Ia yang tak memiliki harapan apapun terhadap hubungannya dengan istrinya, membuatku berharap dimana kesempatanku bersamanya masihlah ada.
Nyatanya, ia masih memilih seorang Kim So Jeong ketika aku telah memberikan segalanya untuknya. Aku tak menjadi prioritasnya, bagaimanapun aku ada sebagai tempat penghiburan untuknya.
Aku tetap memikirkannya meski hampir 2 minggu lamanya telah berlalu. Tanpa memberi kesempatan untuk membuatku tak memikirkannya, hari-hariku justru semakin terlarut memikirkan dan menanyakan tentangnya.
"Minumlah."
Suara cangkir yang beradu dengan meja makan berbahan kaca tak membuatku bergeming. Menyandarkan kepalaku di atas tanganku yang terlipat di atas meja, aku masih melamunkan hal yang sama.
Mencari penghiburan atau sekedar ketenangan, aku memilih rumah So Hee sebagai tempat menghabiskan akhir pekanku. Hanya berpikir bertemu anaknya akan sedikit menyembuhkan rasa sakitku, tapi nyatanya aku masih tetap seperti sebelumnya.