Six

475 31 13
                                    

Lagi, aku selalu terbangun dan wajah Jungkook adalah hal pertama aku lihat. Aku menggosok kedua mataku untuk mendapatkan penglihatan lebih jelas, lalu kembali memandang wajah polos layaknya remaja dengan tato juga otot orang dewasa. Kadang aku masih berpikir keras dengan pria ini, apa benar dia anak kecil yang terjebak di tubuh orang dewasa?

Selama aku tinggal dengannya, banyak ekspresi tidak kuduga sama sekali muncul di wajah ketika dia mengetahui satu hal baru untuknya. Tidak paham bagaimana cara dia tumbuh, yang ada di pikiranku adalah dia seorang anak kecil yang masih senang dengan susu.

Tubuhku bergerak pelan agar dia tidak terbangun dari tidurnya, sepertinya dia sangat lelah. Wajar saja, dia mengelola toko permen hasil kerja keras dia sendiri demi mewujudkan impianku.

Ah, iya. Aku memang pernah bertanya padanya kenapa memilih toko permen, dan dia menjawab agar aku mau dinikahi olehnya, dia bahagia impiannya sudah terkabul tetapi masih mengganjal di pikiranku.

Bukan aku tak mau dinikahi oleh Jungkook, siapa yang bisa menolak pesonanya? Maksudku, ini tidak semudah yang kubayangkan. Bagaimana tidak, dalam semalam dia mengubah hidupku terasa berbeda. Sejak malam itu, sampai sekarang aku belum bertemu dengan ibuku, juga sampai sekarang aku tidak diizinkannya keluar rumah.

Aku bosan sekali di rumah, ingin sekali aku keluar walau hanya sekejap.

Perlahan aku mengumpulkan rambut berantakan usai bangun tidur milikku agar bisa mulai memasak sarapan pagi untuk, ya, suamiku. Walaupun umur kami berbeda, biar bagaimanapun dia tetap suamiku, dia menikahiku secara sah, terkadang aku masih sedikit kaku mengucapkan kata suami padanya. Jungkook juga sering menggoda, memintaku memanggilnya dengan sebutan suami.

Usaha mengikat rambut tertunda ketika aku merasakan sebuah tangan meraih rambutku, berusaha membantu. Aku terkejut, Jungkook merapikan rambutku, mengumpulkannya lalu mengikat dengan hati-hati. Setelah selesai dia mengecup leher belakangku, lalu memutar tubuhku lalu aku bisa melihat dengan jelas wajahnya.

Senyuman manisnya menyambutku indah, aku sedikit salah tingkah, mengecup pipiku lalu berucap selamat pagi. Aku hanya membalas kaku dan dia pergi ke kamar mandi tanpa basa-basi lagi.

Tanganku bergerak menyetuh dada tanpa aku sadari, aku berpegangan pada meja dapur merasakan degup luar biasa di dada. Tingkah manisnya membuatku terkena serangan jantung mendadak, dia manis sekali, persis seperti permen yang dibawanya untukku.

Suara pintu kamar mandi terbuka membuatku sadar dari kelebihan ekspresiku, Jungkook sudah tidak memakai atasan hanya celana pendek, sepertinya dia akan melakukan olahraga pagi.

Satu lagi hal yang biasa aku temui di rumah ini selain pria itu telanjang dada, Jungkook sangat menyukai olahraga, hal itu terbukti dari bentuk tubuhnya yang bagus, juga, stamina. Hal itu aku ketahui setiap kali kami tidur malam dan 'melakukan' sampai dia lelah, menurutku itu hal yang wajar bagi orang yang rajin berolah raga walaupun bagi sebagian orang tidak bisa mencapai durasi selama seperti Jungkook yang melakukannya.

Tidak terlalu lama sekali, tapi cukup membuatku lelah sampai pinggangku terasa sakit. Apalagi sejak malam itu, kami jadi sering melakukannya.

"Nuna!"

Aku terburu meninggalkan masakanku, lalu menghampirinya yang tengah berkeringat, dia segera mengambil posisi pusp-up lalu menginstruksikan untuk naik ke punggungnya.

Bingung, aku masih terdiam di tempat. "A-apa?"

"Tolong naik ke punggungku."

"Tap-tapi..."

"Naik saja."

Perlahan aku mendekat padanya lalu berusaha naik ke punggung Jungkook, aku duduk bersila dan berpegangan pada bahunya, ini pertama kalinya dia memintaku membantunya berolahraga. Aku tersentak ketika tubuh Jungkook naik perlahan dan mulai berhitung tanpa peduli aku adalah beban berat untuknya, dia melanjutkan hitungannya sampai ke lima puluh setelah sebelumnya dia melakukan hal yang sama dan berakhir di hitungan seratus.

Candy MAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang