Four

487 35 4
                                        

Jungkook membuktikan ucapannya setelah dia mengatakan hal yang masih mengganjal dihatiku sekarang, dia menikahiku mengucapkan janji untuk setia selamanya dengan wajah serius juga suara tegas yang dimilikinya, aku pun harus mengucapkan hal yang serupa sama seperti halnya yang dia ucapkan. Dia mengecup keningku tanda kami sudah terikat satu sama lain.

Aku juga bingung bagaimana dia menyiapkan segala sesuatunya dengan cepat, dia juga mempunyai cincin untuk dipasangkan dijari masing-masing. Aku takjub dengan persiapan yang mendadak juga rapi.

Aku juga sudah mulai terbiasa dengan kehidupanku bersamanya, aku menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkannya. Aku memasak, membersihkan rumah, merapikan yang berantakan hingga tidur diranjang yang sama.

Sebulan menikah dengan Jungkook sudah cukup untuk mengetahui sifat aslinya, dan kali ini aku percaya jika dia masih berumur dua puluh tiga tahun. Jungkook sangat suka bermanja, tingkahnya mirip seperti anak kecil, dia juga suka memelukku hingga terlelap sendiri.

Dia sangat suka susu pisang, persediaan dikulkas tidak boleh kosong dia akan gelisah jika hal itu terjadi. Pernah suatu waktu dia kehabisan susu pisang saat akan pergi bekerja, dia gelisah luar biasa, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang dilarang makan permen. Merasa kasihan melihatnya seperti itu aku berinisiatif menghaluskan pisang dan mencampurnya dengan susu, aku rasa sedikit aneh tapi dengan antusias dia menerima susu pisang olahanku dan meminumnya sampai habis, dia memang luar biasa.

Aku juga masih tidak diizinkan keluar rumah sembarangan sekalipun hanya untuk membeli permen, karena dia tahu aku suka permen dia selalu membawanya setiap dia pulang kerumah. Aku pernah mencoba sekali untuk keluar dari rumah tersebut, aku berusaha kabur lewat jendela--pintu sudah dikunci oleh Jungkook, yang cukup tinggi saat melihat kebawah aku takut sekali, jika aku nekat lompat minimal kakiku akan terkilir.

Tak lama aku membuka jendela itu suara seperti alarm terdengar ditelingaku, jendelanya otomatis tertutup dan terkunci tanpa bisa kubuka lagi, sepuluh menit kemudian Jungkook muncul dan memarahiku habis-habisan tanpa peduli aku sudah menangis karenanya.

Saat aku bertanya apa yang terjadi dia hanya berkata jika aku keluar rumah maka bahaya akan menghampiriku. Aku pasrah saat itu dan tidak ada pilihan lain selain mengikuti aturannya, berdiam diri dirumah sampai stres perlahan membunuhku.

Aku membetulkan letak kaosku yang kebesaran--sebenarnya kaos Jungkook, saat sedang mencuci mukaku demi menyegarkan mata setelah bangun tidur dipagi hari. Aku memandang wajahku yang pucat karena kurangnya terkena sinar matahari, aku melirik kaos polos milik Jungkook yang selalu aku pakai setiap hari.

Percayalah aku tidak punya baju sendiri selama tinggal disini, Jungkook enggan membeli bajuku, aku tidak tahu kenapa. Ketika aku bertanya alasannya dia hanya mengedikkan bahu dan mengatakan 'aku tidak tahu'. Lalu bagaimana dengan pakaian dalamku, dia berkata temannya yang membeli dan dia hanya terima bersih.

Sungguh ajaib bukan?

Kami banyak menghabiskan waktu bersama, seperti pagi ini misalnya dia tidak akan berhenti memanggilku sebelum aku datang kepadanya menemani aktivitas paginya.

"Nuna! So Nuna!"

Dia suka memanggilku dengan satu suku kata dari namaku, dia bilang terdengar imut. Terserah saja apa maunya.

"Iya. Aku datang."

Aku masuk kedalam kamar mandi lalu duduk bersila didepannya yang sedang duduk diatas kloset. Ya, aku menemaninya buang air besar.

Menjijikkan? Itu sudah hal biasa bagiku.

Awalnya aku jijik saat dia memintaku untuk menemaninya, dia terus memaksaku untuk menemaninya bahkan dia sempat mengancam jika aku tidak mau, hingga akhirnya aku pasrah dan menjadi terbiasa. Aku juga bertanya kenapa dia seperti itu, dia berkata jika aku mengingatkannya dengan ibunya yang selalu menemaninya buang air besar sewaktu dia masih kecil.

Candy MAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang