Suara ombak laut seakan menjadi alarm di pagi hari setelah melewati malam di tempat paling indah yang pernah aku kunjungi. Aku meregangkan otot dari kakunya tidur. Semalam, setelah menghabiskan satu babak dengan Jungkook di bathtub, kami melanjutkannya lagi diatas tempat tidur sampai ranjang itu tidak berbentuk lagi. Kami menghabiskan waktu berjam-jam lamanya demi memuaskan hasrat masing-masing.
Layaknya manusia pada umumnya yang tidak pernah puas ketika mendapatkan sekali, pasti akan menginginkannya untuk yang kedua, ketiga hingga berkali-kali. Seperti itulah hasrat Jungkook padaku.
Terkadang aku bingung sendiri apa yang membuat stamina Jungkook sangat baik ketika bercinta, makanan yang kami konsumsi tidak beda sama sekali sebab kami selalu memakan makanan yang sama. Jika bukan dia yang masak, pasti aku yang memasak.
Jungkook sering mengkonsumsi susu rasa pisang, apa benar itu bisa menambah stamina?
Aku rasa tidak.
Atau mungkin tubuhnya yang rajin berolahraga?
Bisa jadi.
Bagiku, Jungkook sangat baik ketika melakukannya.
Kini aku terduduk melamun berusaha mengingat kepingan malam panas yang kami lalui. Ingatan panas itu sampai ketika aku berlutut dengan punggung sedikit melengkung menyeimbangi dorongan keras dari belakang. Tangan kiri Jungkook merengkuh perutku dan tangan kanannya memegang penuh leherku, meracau nikmat di telingaku dengan sesekali mengecup daun telinga.
Jujur, aku menyukai setiap kali Jungkook mencoba gaya baru padaku, tapi entah kenapa saat dia melakukan yang baru semalam, aku tidak bisa menikmatinya sebab dia mencengkram kuat leherku sampai aku kesulitan bernafas.
Walaupun begitu, aku selalu mendapatkan puncak dari hasrat itu. Pelepasan yang selalu aku nantikan ketika Jungkook menyentuh tubuhku.
Mataku menatap sekeliling mencari potongan pakaian yang bisa aku kenakan sementara menuju kamar mandi, dan aku juga baru ingat jika pakaian terakhir yang aku kenakan adalah bikini yang dibelikan Jungkook padaku, setelah itu aku telanjang sampai pagi ini.
Ah! Aku baru sadar, dimana Jungkook?
Ketika kakiku ingin beranjak turun dari tempat tidur aku kembali teringat jika Jungkook memang tidak pulang. Pijatan tipis aku layangkan di dahiku mengutuk diri sendiri yang tidak bisa mengingat dengan baik apa saja yang terjadi semalam. Apa benar jika terlalu banyak bercinta bisa membuat otak bodoh?
Setelah kami bercinta, Jungkook pamit pergi padaku. Tepat pukul sebelas malam, setelah itu aku tidak tahu dia kembali atau tidak. Melihat aku terbangun tanpa ada Jungkook disampingku, membuatku berasumsi jika dia tidak pulang.
Khawatir? Tentu saja, apalagi ketika dia pulang dengan bercak darah menempel di bajunya, aku takut jika selama ini pekerjaannya adalah seorang pembunuh bayaran. Membayangkannya saja sudah membuatku mual.
Tiba-tiba mataku terpaku pada sebuah notes kecil yang terletak diatas meja kecil di sudut tempat tidur, aku meraih kertas seperti kartu undangan pernikahan dengan tulisan rapi milik Jungkook. Disana tertulis dengan tinta emas, Jungkook memintaku untuk datang ke sebuah tempat pukul sembilan pagi ini. Sekilas aku melirik jam yang menunjukkan pukul delapan pagi, aku masih punya waktu kurang dari satu jam untuk mempersiapkan diri.
Aku meletakkan notes dengan wangi mawar itu kembali ketempatnya, lalu tanpa sengaja melihat sebuah kotak warna putih dengan hiasan warna silver. Tanpa ragu aku mengambil kotak tersebut membukanya sampai aku menemukan sebuah dress putih tanpa lengan sebatas lutut, dengan bordiran di pinggirnya.
Jungkook memintaku memakai dress tersebut ke tempat yang dijanjikannya padaku. Ada perasaan lega ketika membaca tulisan tangan Jungkook, sebab dari situ aku bisa mengetahui keadaannya baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Candy MAN ✔
Fanfiction[ FINISH ] 🔞🔞⚠️⚠️ Seorang pembuat permen yang penuh dengan rahasia.