Fourteen

228 24 7
                                    

Aku berusaha menegakkan kepalaku disaat rasa sakit mendenyut luar biasa menyerang. Aku tidak bisa menggerakkan tanganku, begitupun kakiku, sulit sekali rasanya. Tengkuk leherku kaku, perlahan aku mengangkat kepala mencari apapun yang bisa aku lihat.

Sepi, juga gelap.

Tidak terlalu gelap, karena masih ada sebuah lampu, setidaknya cukup menerangi sekitar.

Mungkin ini adalah kondisi paling mengenaskan selama hidupku membuka mata ketika bangun, aku kesulitan bernapas, tangan kakiku terikat disebuah kursi.

Sungguh, ini perih sekali.

Aku tidak bisa berteriak, tenggorokanku pun jauh dari kata baik, rasanya seperti menelan pasir.
Tak lama kemudian aku mendengar seseorang berjalan mendekat padaku, bayangan hitam semakin mendekat dengan senyum mengerikan bersamaan gigi putih miliknya seperti berkilau mengarah padaku.

Tubuhku bergetar. Aku takut sekali.

Tunggu.

Dimana Jungkook?

Aku kembali mencari-cari kesekeliling walaupun leherku sakit ketika mengedarkan pandangan, tiba-tiba aku merasa takut dengan kondisinya, terakhir kali aku melihatnya tergeletak setelah suara ledakan.

Apa benar Jungkook tewas?

Tidak.

Jangan.

Aku membutuhkannya.

Jung, tolong aku, aku takut sekali.

"Kau bukan menantu yang baik." Ucap pria itu dengan suara berat.

Aku bingung, apa maksudnya.

Jangan bilang...

"Aku sudah memintamu membunuhnya, kenapa tidak kau lakukan?" Katanya tepat didepan wajahku sembari menarik rambutku kebelakang.

Sumpah, sakit sekali. Mungkin ada robek luka dikepalaku yang ikut tertarik bersamaan dengan semua rambutku.

"Mungkin cara lama ini bisa membuatnya mati." Melepaskan rambutku dan berjalan sedikit menjauh dariku. "Menyiksamu lalu dia datang menolong, setelah itu dia mati."

Dia tertawa.

"Anakku yang malang." Bisiknya pada lantai yang diinjaknya, menunduk seakan sangat sedih ajal sang anak ada ditangannya.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Karena dia menyaksikan ibunya mati dibunuh." Jawabnya santai menyalakan api rokok.

Aku diam. Juga tidak tahu harus bagaimana selanjutnya.

"Awalnya aku takut dia mengatakan pada polisi, tapi karena keinginan terbesar dalam hidupnya adalah menghabisi diriku, aku merasa sedih, dia sudah membenciku, anakku membenci diriku." Menengadahkan kepalanya kelangit-langit ruangan. "Tidak ada salahnya aku menghabisi dia juga, jadi tak ada lagi anak yang membenci ayahnya."

Aku tidak tahu percakapan macam apa ini. Dari rautnya seperti menyesal? Atau benci pada fakta anak yang tidak menyukainya?

Dia bangkit dari duduknya. Bergerak gelisah, lalu mendekat padaku.

"Menurutmu, kapan dia akan sampai? Aku ingin cepat-cepat menghabisinya."

Aku tidak menjawab, kepalaku sangat pusing.

Entah bagaimana, pria itu langsung terjatuh, tepat diatasnya ada Jungkook memberinya pukulan bertubi-tubi.

Aku berteriak kaget.

Bagaimana ini?

Mereka terus bergelut kesana kemari, aku juga tidak bisa menghentikan mereka dengan kondisi terikat seperti ini, jikapun aku tidak terikat, aku tidak yakin bisa melerai mereka.

Jungkook mengeluarkan pisau dari balik punggungnya tanpa ragu menusukkan benda tajam tersebut ke dada ayahnya sendiri, dia segera bangkit setelah pisau itu sukses mendarat dengan baik, dia memperhatikan sang ayah diiringi nafas terengah. Jungkook terlihat kacau sekarang.

Kini, dia beralih padaku. Dia membuka semua ikatan dikaki juga tangan, membersihkan sisa-sisa darah yang berasal dari luka dikepala, aku bisa melihat tangan kirinya diperban dan ada bercak darah disana.

Aku menyentuhnya.

"Maaf."

Jungkook hanya diam, tidak menghiraukan kata maaf dariku.

Jungkook membawaku keluar dari ruangan itu sesegera mungkin, disusul Jungkook roboh disampingku. Beberapa anak buah ayahnya datang menyerang kami, Jungkook yang sempat roboh bangkit lagi lalu berlari membawaku pergi.

Aku bingung dengan jalan keluar bangunan ini, banyak jalan berbelok, tapi Jungkook dengan mudah menemukan jalan keluar, mataku melihat hamparan hutan diseberangnya.

"Lurus saja lari kedalam hutan sampai Nuna menemukan jalan raya, disana ada temanku, Matt dan Nat. Ikut dengan mereka."

"Kau ikut denganku 'kan?" Tanyaku sangat tidak ingin mendengar jawabannya.

"Aku disini sampai urusanku selesai."

Ingin sekali aku marah.

"Tidak! Aku disini denganmu!" Seruku tak ingin meninggalkannya.

"Jangan bodoh! Kau ingin membunuh anakmu!?" Serunya tak mau kalah.

Bahkan tubuhku sampai tersentak karena suaranya.

"Tolong ikuti--"

"Aku tidak bisa tanpamu, Jung." Bisikku parau.

Sorot matanya langsung menuju ke bola mataku, aku benci kenyataan ketika mengatakan perasaan disituasi aneh seperti sekarang.

"Kau sejak dulu ingin pergi 'kan? Sekarang adalah saat yang tepat." Ucapnya tanpa tatapan hangat seperti sebelumnya.

Kenapa sakit sekali? Dia melepaskanku disaat aku menginginkannya. Apa ini yang namanya karma? Walapun ini semua salahku, apa tidak mungkin aku mendapatkan hatinya lagi?

Jung, tolong jangan seperti ini.

Aku menangis. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain menangis, aku berdiri kaku, tanpa sedikit pun Jungkook melihatku. Berjalan mundur melihat dia mengeluarkan sebuah benda dari kantong celana, aku benci diri sendiri yang tidak mampu berbuat apa-apa.

"Cepat pergi!" Teriaknya marah, tubuhku segera merespon berlari kedalam hutan mencari sebuah jalan raya.

Berlari tanpa henti, tak peduli janin didalam perutku akan jatuh, aku hanya ingin keluar dari sini.

Aku benci dengannya.

Aku benci Jungkook.

Sampailah pada jalanan yang dimaksud Jungkook, aku berlutut menangis sejadinya. Apa yang akan terjadi disana? Aku sangat mengkhawatirkan Jungkook.

Tanganku dipegang oleh seseorang, alu menoleh lalu melihat seorang wanita cantik disana.

"Aku Natali, teman Jungkook. Ayo ikut denganku." Membawaku menuju mobil dan seorang pria sudah duduk dikursi kemudi.

Mobil berjalan, tak lama terdengar suara ledakan dari arah aku meninggalkan Jungkook. Kali ini ledakan besar, kobaran api menyusul setelah ledakan itu.

Jungkook masih disana, aku kehilangannya.

Dia memang pria paling brengsek dalam hidupku.

Jung, kembalilah.

🍭🍭🍭

Yeobseo.....

Au ah sama chapter ini, aku ngantuk parah, dan hasilnya sedikit kata plus gak karuan.

Maafkan aku gaes 🙏🙏🙏

Borahae 💜💜💜

Candy MAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang