Blue Sky

372 31 7
                                        

Pagi hari adalah hal paling kubenci semenjak aku hamil. Aku sudah terlalu lelah dengan mual semasa kehamilan, memuntahkan seluruh makanan padahal aku sangat lapar.

Lemari pendingin kubuka, aku berjongkok didepannya membiarkan hawa dingin menerpa tubuhku yang berkeringat setelah muntah. Mungkin jika Jungkook tahu dia akan memarahiku habis-habisan, tapi, aku juga penasaran bagaimana dia marah disaat aku hamil?

Apa dia akan lebih lembut memarahinya?

Tanpa sadar aku tertawa sendiri, bagaimana bisa aku membayangkan seseorang yang sudah pergi dariku.

Lebih baik aku membersihkan diri.

Setelah aku menyelesaikan aktivitas pagi, mandi, menyikat gigi sampai mengulang kembali sarapan, aku beralih keluar rumah agar mendapatkan matahari cukup dan udara segar. Kata Jungkook itu baik untuk ibu hamil.

Hah... aku teringat lagi dengannya.

Tanpa alas kaki aku berjalan ke bibir pantai, merasakan pasir masuk ke sela-sela jariku, lalu duduk sembarang diatas pasir.

Kuhirup dalam-dalam udara pantai, sesekali anginnya memainkan rambutku, sungguh perasaanku lebih baik ketika melakukannya.

Mataku memandang hamparan langit biru, aku harap Jungkook melakukan hal yang sama di suatu tempat, walaupun kami sudah beda dunia.

Oh, berarti dia ada diatas langit biru.

Aku ingin sekali menyampaikan perasaanku padanya.

"Jungkook-ah!!! Bagaimana kabarmu!?" Teriakku pada langit diatas sana.

"Kenapa kau meninggalkanku? Apa kau sudah tidak menyayangiku lagi? Kau tidak menyayangi anakmu lagi? Kau memang ayah bodoh!" Aku tertawa karena umpatan konyolku.

"Jaga dirimu baik-baik disana!" Seruku lagi. "Aku akan menjaga anak kita dengan baik." Suaraku perlahan merendah.

"Jungkook-ah. Aku merindukanmu." Sembari menghapus air mata yang mengalir tipis dipipi.

"Aku juga merindukanmu, Nuna."

Tanpa basa-basi aku langsung menoleh dari mana suara itu berasal, tidak mungkin suara itu hanya halusinasiku saja, suara itu begitu nyata.

Disana ada pria berdiri tegap dengan kaos putih serta celana pendek memandangku tersenyum manis, senyuman manis yang aku rindukan selama beberapa waktu kebelakang muncul begitu saja.

Aku masih berpikir pria itu nyata atau tidak, bahkan sempat terpikir olehku lari masuk kedalam rumah karena dia mungkin saja makhluk halus.

"Nuna, menjaga pola makan 'kan?" Ucapnya lagi membuatku yakin jika itu Jungkook.

Berarti selama ini dia menipuku?

Aku bangkit berusaha lari kearahnya namun dia menghentikanku.

"Jangan lari! Hati-hati." Katanya khawatir.

Aku malah berjalan cepat menghampiri dirinya dan dia juga menghampirku, ada perasaan lega juga kesal bercampur jadi satu, suara ombak menghantam pantai tak lagi terdengar indah ditelinga. Setelah dekat tanpa ragu aku memukul dada bidangnya, sedangkan dia tertawa menerima pukulan tanpa kekuatan milikku.

"Pembohong!!" Ungkapku pelan dengan tangisan juga pukulan bertubi padanya.

"Kau membiarkanku sendiri." Lanjutku tersedu-sedu. "Aku membencimu."

"Bukankah kau merindukanku, Nuna?" Ucapnya dengan senyum manis. "Kenapa jadi membenciku?"

"Kau... membuatku takut!"

Candy MAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang