(semuanya bakal terungkap mulai chapter ini.uwiw)
.
Jeno tidak membayangkan akan kembali di tempat ini, di kamar inapnya, sendirian, memandangi dirinya sendiri. Rasanya membosankan. Walau orang-orang bilang wajahnya itu menawan, tidak akan pernah bosan untuk dipandang.
Jeno akui dia tampan, dia tidak mau merendah untuk meroket. Jeno juga sebenarnya tidak benar-benar bosan memandang wajahnya sendiri. Dia cuma takut kalau dia jadi besar kepala, takut kalau terlalu percaya diri, lalu akhirnya melayang. Jeno tidak mau sombong mengetahui wajahnya tetap bersinar senyaman mentari pagi, seperti pelangi.
Sekalipun dengan pipi yang semakin menirus, kelopak mata yang membiru, kulit pucat yang semakin memucat, dan seluruh tubuh yang tertempel alat penunjang hidup. Aura ketampanan tetap terpancar keluar darinya, Jeno tetap tampan ─ menurut Jeno.
Jeno memangku dagunya. Matanya menelisik setiap inchi wajahnya. Meski begitu, pikirannya melanglang buana. Jeno mengembuskan nafas panjang.
Jeno kesepian.
Jeno jadi menyesal karena tidak percaya perkataan Donghyuck. Dan berakhir bertengkar dengan Donghyuck. Ini pertama kalinya Jeno marahan dengan Donghyuck sampai seperti ini.
Jeno rindu Donghyuck.
Huh, padahal 1 jam yang lalu mereka masih bertemu. Suruh siapa bertengkar.
Jeno kembali berkelut dengan pikirannya. Memulai segala pikiran randomnya.
Seperti,
Kira-kira bagaimana jika kejadian itu tidak terjadi padanya? Mungkin sekarang Jeno sedang berperang dengan soal-soal ulangan. Menanti kelulusan.
Jeno pun jadi ingat dengan teman-temannya. Jaemin, Renjun, dan Haechan apa kabar ya? Mereka bahagia tidak ya tanpa Jeno? Jeno rindu mereka. Jeno harap mereka bahagia walau tanpa Jeno.
Jeno mengulum senyum. Semua yang terjadi padanya rasanya aneh. Tidak masuk akal. Dulu Jeno tidak dengan percaya hal mistis, tapi sekarang, dia jadi bagian dari hal mistis itu.
Haha, dunia itu lucu ya.
Entah Jeno harus bersyukur atau tidak. Jeno tidak tahu. Setidaknya ada hal yang bisa membuatnya bersyukur dengan takdir yang terjadi. Jeno bersyukur bisa bertemu Kak Ochie dan Donghyuck. Jeno bersyukur bisa mempertemukan Kak Ochie dan Kak Jae.
Jujur, Jeno berharap lebih pada mereka.
"JENOOO!"
Seseorang berteriak dari arah belakang Jeno. Yang dipanggil terlonjak keget. Terlalu larut dalam pikiran membuat Jeno tidak sadar jika seseorang masuk ke dalam ruangannya.
Ia menengok ke belakang. Mendapati Donghyuck berdiri di belakangnya dengan ekspresi yang entah apa artinya.
Jeno tanpa sadar menyunggingkan senyumnya. Sebelum kesadaran kembali mengingatkannya, membawanya kembali menengok ke depan. Ingat, mereka sedang marahan!
"Ngapain kesini?" tanya Jeno (sok) ketus.
Donghyuck memposisikan dirinya di samping Jeno. "Masih marah?" tanyanya balik.
"menurut kamu?"
"Dih, harusnya aku yang marah. Kamu yang ngeyel sama aku!"
Jeno mendesis, "salahnya kamu nuduh orang sembarangan!"
"Aku nggak nuduh! Itu beneran! Aku liat sendiri!"
"Tapi aku nggak lihat!"
Dengusan keluar dari hidung Donghyuck. "Terserah. Sekarang ikut aku! Aku bakal buktiin omonganku itu bener!" tanpa aba-aba Donghyuck menarik tangan Jeno. Pergi keluar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny || Jaerose
FanfictionTakdir punya 1001 cara untuk mempertemukan seseorang pada kebahagiaan. Cukup ikuti alurnya dan biarkan takdir menjalankan tugasnya. Cover by @Cayu_05 •Jaerose ft. Jeno• Start: 08/09/19 End: ....