A Death Game (Bagian 3)

2.3K 190 127
                                    

Brakk!!

"Soraru!" Aku berteriak panik sembari membuka pintu dengan agak kasar.

Tampak Ito-senpai dan Amatsuki-senpai berada di pinggir ruangan, di depan sebuah sofa. Sementara aku melihat dua orang lain tetap duduk santai di meja bundar yang ada di tengah ruangan.

Segera saja aku berlari menuju Ito-senpai dan Amatsuki-senpai. "Bagaimana Soraru?" tanyaku panik.

Di sofa itu Soraru terbaring lemah. Napasnya terengah-engah seperti orang sesak. Bagian atas seragamnya bernoda merah tua, terusan dari mulut dan hidungnya yang sampai saat ini masih mengeluarkan darah.

"L-Luz-kun... hah... hah... s-sakit...akh!" setengah meracau ia merintih.

"Pendarahannya ngga mau berhenti. Sejak tadi dia terus muntah dan batuk darah," ujar Ito-senpai padaku.

Lagi, setelah itu Soraru kembali batuk dan memuntahkan darah. Aku menggertakkan gigi, kemudian berbalik cepat menghadap dua orang yang masih santai duduk di kursi mereka.

"Oi, sebenarnya apa yang terjadi pada Soraru?!" aku berteriak marah.

"Itu racun, kan?"

Aku dan Ito-senpai sontak menoleh pada Amatsuki-senpai yang tetap menatap dengan tenang. Pemuda itu lantas melanjutkan, "kemarin petang kalian berjudi melawan Rib-kun. Namun anehnya Rib-kun tumbang dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sampai sekarang kondisinya masih kritis. Menurut hasil pemeriksaan medis ia banyak kehilangan darah akibat pendarahan dalam yang terjadi karena pemicu reaksi kimia. Itu, karena kalian memberinya racun, kan? sama seperti yang sekarang kalian lakukan pada Soraru-kun."

Aku dan Ito-senpai kini tercekat. "...Apa maksudnya ini, Ama-chan... kamu tahu mereka menggunakan racun, tapi kamu diam saja sejak tadi?!"

Amatsuki-senpai menggeleng. "Maaf, Kashi, kalau mereka menggunakannya di tengah permainan tadi, aku bisa menghentikan mereka, tapi..."

"Itu artinya, Soraru sudah terkena racun sebelum masuk ke ruangan ini?!" aku mengambil kseimpulan cepat. Ito-senpai langsung tersadar. "Jangan-jangan, waktu di ruanganku tadi!"

Si cewek yang kuketahui kemudian bernama Reol terkekeh. "Yah, begitulah." Kakaknya yang bernama Giga menambahi kemudian, "Itu racun yang dikembangkan laboratorium rumah sakit keluarga kami. Kami sedang iseng mencobanya."

"Teme...Nyawa orang itu bukan mainan, hoi!" aku makin naik pitam.

Terlihat Giga-senpai mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah suntikan. "Si wakil klub panahan kemarin itu kritis karena racun yang menyebabkan pendarahannya belum dinetralisir. Meski sudah dihentikan pendarahannya, tetap harus diberi serum. Nah, ini dia serum obatnya."

Setelah itu ia meletakkannya di meja bundar. "Well, aku, sih, ngga berniat memberinya secara gratis..."

Dengan darah mendidih, aku langsung menarik kerah seragamnya sampai tubuh Giga-senpai terangkat melebihi tinggi tubuhku. "Ii darou," kataku geram, penuh penekanan, "kalau itu maumu, akan kulayani. Sekarang, aku menantangmu, Senpai."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fake Me [Soraru Utaite Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang