BUKAN PUISI

77 3 0
                                    

Aku menuliskan ini penuh dengan rasa syukur.
Alhamdulillah.
Satu per satu dari mimpiku mulai dikabulkan Dia.
Dia Yang Maha di atas segala Maha.

Aku. Entah apa yang direncanakan bumi ketika keputusasaan berada di puncak ubun-ubunku.
Putus asa sebab lelah mencari yang bernama pekerjaan. Rezeki datang kepadaku.
Sebuah kabar berisi lowongan pekerjaan yang alhamdulillah menjadi pekerjaanku saat ini.
Gusti menakdirkan ini sebagai ladang rezekiku. Meski aku harus rela meninggalkan Mamak, Bapak, adik, keluarga, juga sahabat-sahabat. Meninggalkan kampungku yang masih pekat aroma gotong royongnya.

Sekarang aku benar-benar pergi dari rumah.
Merantau tepatnya 6 bulan yang lalu. Bertemu keluarga baru, sahabat-sahabat baru.
Sungguh, aku menuliskan ini dengan luapan syukur. Alhamdulillah.

Belakangan ini bumiku (bumimu) sedang tidak baik-baik saja.
Mungkin Gusti sedang mengevaluasi cara kerja kita di bumi.
Gusti menginginkan kita yang bernama manusia agar lebih baik dari sebelumnya. Gusti ingin kita lebih dekat dengan-Nya. Gusti rindu kita.
Tidak apa, mari menjalani ini dengan lapang.
Ini akan segera berakhir. Bumi kita akan pulih kembali.

Akhir Maret. Alhamdulillah ada yang bertambah.
Bertambah segalanya yang baik, semoga.
Sehat, rezeki, iman, bahagia, dan semuanya asalkan jangan berat badan. Itu sudah cukup, wkwk.
Aku berharap, Mamak juga Bapak tetap sehat. Panjang usia.
Aku berharap, adikku tumbuh menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Aku berharap, sahabat-sahabatku hidup membaik, berbahagia. Tetap sehat ya, dulur!
Aku berharap, bumiku yang tua ini segera sehat. Pulih kembali. Berdamamai dengan kita, manusia.

Maret yang ke sembilan belas ini, aku ingin menjadi orang yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Tidak lagi menyusahkan Mamak juga Bapak. Semoga. Aamiin.

💙
Rohmah Indriani
(19 tahun)

DIKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang