BAB 8

2.1K 272 41
                                    

Sebelumnya...

Sehun tersenyum tipis sambil mengusap air mata Hanbin.

"Jangan nangis. Besok masih harus kuliah dan kerja. Tenaganya harus disimpan, okay?"

"Okay," jawab Hanbin pelan. Ia memakai helm yang diberikan Sehun dan naik keboncengan dalam diam.

Sehun tidak membiarkan Hanbin memberi jawaban barang sepatah kata untuk kalimat panjangnya. Jujur, Hanbin semakin merasa bersalah.

Maaf ya, kak.

Satu yang dikhwatirkan; Hanbin takut ia mencintai Sehun hanya karena rasa hutang budi yang tidak akan pernah bisa dibayar bahkan dengan uang sekalipun. Sekali lagi, Hanbin mengucap maaf dalam hati dengan tulus untuk Sehun.

BAB 8

Kerja memang tidak mudah. Apalagi kalau sambil kuliah. Hari pertama Hanbin rasa tubuhnya hampir remuk semua. Kuliah seharian dengan dua kelas praktik sekaligus ditambah harus bekerja sungguh menguras tenaga.

Namun ia bersyukur karena bisa bertahan selama dua minggu ini dan harus bisa bertahan sampai seterusnya. Lumayan gajinya bisa untuk tambahan uang makan dan mungkin kirim buat ibu di kampung.

"Kak," panggil Hanbin di malam dingin yang dihiasi hujan.

Sehun duduk bersandar si sofa sambil petik gitar nyanyikan lagu random sesuka hati. Pemuda tampan dengan rambut lebat itu berdeham pelan untuk menyahuti panggilan Hanbin. Hampir sebulan pacaran mereka masih begini-begini saja. Daripada pacaran, ini lebih terasa seperti persahabatan.

"Nanti kalau sudah dapat gaji pertama aku akan cicil uang sewa waktu itu dan biaya hidup di sini," kata Hanbin sambil memainkan melodi random di layar laptopnya.

Sehun tidak langsung memberi tanggapan. Pemuda itu justru asik dengan petikan gitarnya. Menimbulkan bunyi alunan musik Jazz yang lama kelamaan itu justru mengarah pada lagu Eclat yang sangat booming.

"Aku tak tau apa yang lain... darimu hari ini..."

"Kak!"

Sehun pura-pura tidak dengar dan lanjut bernyanyi. Hanbin yang kesal karena tidak dipedulikan memilih ikut bergabung dengan pemuda itu. Membuat melodi melalui aplikasi dilaptopnya yang saat ini sedang ia mainkan.

Pernahkah kau bertanya
Seperti apa bentuk air tanpa wadah
Pernah pernahkah kau mengira
Seperti apa bentuk cinta

Hanbin menatap Sehun yang juga tengah menatapnya. Ia tersenyum kecil, lalu lanjut bernyanyi.

Rambut warna warni
Bagai gulali
Imut lucu walau tak terlalu tinggi
Pipi chuby dan kulit putih
Senyum manis
Gigi kelinci

Sehun menghela napas, lalu meletakkan gitarnya di atas meja. Ia tatap Hanbin dengan tatapannya yang selalu mengintimidasi tiap saat.

"Kau lupa ya apa yang kakak bilang waktu itu," ujar Sehun. Pemuda tampan itu menumpu sikunya di atas lutut. Hanbin hanya diam dengan pandangan yang tidak lepas dari Sehun. Tangannya tanpa sadar bergerak mematikan kerja laptopnya yang memutar hasil karyanya.

"Kakak bilang apa soal tinggal dan makan? Jangan terlalu dipikirkan. Kakak tidak suka yang hitungan seperti itu."

"Tapi, kak, aku tidak bisa seperti itu. Masa iya tinggal dan makan gratis."

"Kakak tidak keberatan."

"Okay kakak tidak keberatan. Lalu, bagaimana dengan mama kakak? Aku tidak enak, kak."

"Kenapa dengan mama? Mama tidak bilang apa-apa."

"Ya, tapikan bisa saja-"

"Sudahlah, kakak malas bahas ini."

COVER LIFE | HUNBIN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang