BAB 16

1.6K 232 57
                                    

"Warning!"
-- Almost 3k+ --
-- Bonus sebelum puasa --

Sebelumnya...

"Aku memang tidak akan ada apa-apanya dibanding kak Jongin," gumamnya sambil menghela napas. Apa salahnya antar dia pulang dulu baru pergi menemui Jongin. Parah.

Dan lebih parahnya lagi dia nyasar setelah ini. Hanbin benar-benar ketakutan, karena bus yang ia naiki ternyata tidak turun tepat di kompleks rumah Sehun. Hanbin harusnya turun di simpang pertama, namun ia justru turun di simpang berikutnya. Jalan kaki menjadi jalan satu-satunya. Inilah akibat tidak sering bawa ponsel ke mana-mana. Mau naik ojek online pun tidak bisa. Mau naik bus lain takut nyasar semakin jauh.

Lelahnya.

BAB 16

Sehun pulang membawa hawa buruk disekitarnya. Hanbin tidak berani tanya apa yang terjadi. Mereka hanya berdiam diri dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pacar Hanbin itu sesekali juga sibuk menelpon seseorang atau menerima telpon.

Hanbin memperhatikan dari meja belajar Sehun dalam diam. Pembicaraan mereka sepertinya sangat serius. Ia tidak berani sekadar bertanya.

"Ya kakak tau sendiri dia begitu. Tapi masih melakukannya."

Hanbin menghembuskan napas. Bolpoin ditangan di ketuk-ketukkan pelan. Ia menyimak tiap obrolan Sehun yang kini sedang berdiri di depan pintu balkon.

"Tidak, akukan sudah bilang kami hanya sahabat sekarang. Iya, tapi apa kakak pikir mantan tidak lagi bisa berteman? Bersahabat, begitu? Kenapa pemikirianmu sangat sempit."

Sehun berdecak keras sambil menyibak rambutnya ke atas. Ini kedua kalinya Hanbin melihat langsung ekspresi marah pacarnya itu. Wajahnya mengetat dan alisnya yang tegas benar-benar menakutkan. Hanbin dapat pahami bahwa masalah ini hampir mirip dengan apa yang ia alami minggu lalu. Chanyeol pasti sangat cemburu sampai-sampai masalah besar terjadi.

"Lalu, apa? Kakak mau lihat dia mati, hah?"

Kepala Hanbin yang hampir tertunduk langsung terangkat. Dalam benaknya ia bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya. Ia semakin terkejut saat Sehun melempar ponsel pemuda itu ke atas nakas setelah sambungan terputus.

"Sialan," maki Sehun emosi.

Hanbin hampir membuka mulutnya untuk bertanya. Namun urung saat kalimat dari Sehun lebih dahulu terucap.

"Jangan tanya. Kakak pusing," kalimat datar itu sejalan dengan langkah Sehun yang keluar dari kamar. Hanbin menghela napas untuk yang kesekian kali hari ini. Ia bahkan belum mengeluarkan suaranya sedikitpun.

Baiklah, mungkin Sehun sedang butuh waktu untuk masalahnya. Hanbin coba untuk mengerti dan memilih untuk menyibukkan diri dengan tugasnya. Sore nanti dia harus pergi bekerja dan malam sudah tidak ada waktu.

.

.

.

.

"Oh, sudah mau pergi, Bin?"

Suara halus milik Jessica menyapa pendengaran Hanbin. Pemuda manis itu tersenyum lebar.

"Iya, Tan. Kok sudah pulang?"

Biasa Jessica akan pulang sekitar pukul dua belas malam atau lebih. Ini suatu hal langka melihat mama Sehun yang cantik ada di rumah pada sore hari.

"Klien sedang sepi. Dan niat tante mau buat puding hari ini."

"Ah, begitu. Puding melon kesukaan kak Sehun?"

COVER LIFE | HUNBIN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang