17. Chaerry 🍒

409 85 76
                                    

AKHIRNYA!

♪ ♬  Play the multimedia ♬ ♪

💙 HAPPY READING 💛

===

Derap langkah menggema sepanjang lorong. Kaki kecil melangkah cepat sedikit berlari. Pintu kayu dengan nomor 1109 di depannya terbuka. Cat putih mendominasi dengan wallpaper daun berguguran di satu sisi dinding tak terlihat indah sedikit pun baginya. Terlihat seseorang sedang berbaring dengan nyaman dan damai.

"Jinhyuk..." panggil Yuri pelan. Gadis itu metelakkan tas berisi pakaian Jinhyuk di atas sofa, lalu berjalan mendekat. Dilihatnya wajah damai Jinhyuk dalam tidur. Matanya terpejam, bibirnya masih terlihat pucat.

Tangan Yuri menyentuh pipi kanan Jinhyuk dan membangunkan pria itu dari tidurnya. "Yuri?" ucapnya lirih.

"Iya, ini aku."

Matanya melirik Yuri. Perlahan senyum tersungging di bibir pucatnya melihat gadis itu baik-baik saja walau wajahnya terlihat sangat bengkak akibat menangis seharian.

"Maaf..."

Yuri menghela napas sebal. "Sekali lagi kamu minta maaf, aku tidak mau menjengukmu!"

Jinhyuk tertawa mendengar ancaman gadis itu. Dan itu membuatnya meringis kesakitan pada luka di perutnya. "Aduh...sakit..." keluhnya memegangi lukanya.

"Tuh, kan. Sudahlah, kamu jangan banyak ngomong sama bergerak dulu. Kamu mau jahitannya terbuka? Aku tinggal kamu nanti!" ancam Yuri lagi. Kali ini Jinhyuk hanya bisa mengangguk, kemudian membenarkan posisinya dan tidur. Efek biusnya masih bekerja.

Yuri merapikan selimut yang dipakai Jinhyuk, lalu merebahkan diri di sofa. Menangis berjam-jam membuat kepala seperti tertusuk. Matanya terpejam, memutar ulang ucapan sang kakak saat dalam perjalanan ke rumah sakit mengantar Jinhyuk.

"Besok kita pergi dari Seoul. Kita sudah tidak bisa tinggal di sini. Aku sudah menepati satu janjiku, kau harus menepati janjimu juga."

Perlahan matanya terbuka, menatap langit-langit yang begitu terang. "Besok, ya......"

===

Paginya, rumah sakit terasa ramai. Orang-orang berpakaian putih masuk ke setiap kamar pasien, memeriksa perkembangan medis mereka. Juga pengantar makanan yang memberi sarapan untuk seluruh pasien.

"Permisi, saya cek dulu, ya." ucap seorang perawat dengan mendorong peralatan pemeriksaan dan tabel data pasien di tangan kirinya.

"Bagaimana, Jinhyuk-ssi? Apa masih merasa mengantuk?" tanya perawat itu sambil memeriksa tekanan darah Jinhyuk lalu dicatat pada tabel data.

"Tidak, sus."

"Apa ada yang dirasakan lagi?"

"Hanya bagian lukanya saja terasa nyeri. Apalagi kalau bergerak." jelas Jinhyuk yang dibalas anggukan dan senyuman oleh sang perawat.

"Itu wajar karena lukanya cukup dalam. Memang tidak boleh banyak bergerak dulu. Maaf, apa tidak ada yang menjaga? Saya ingin menjelaskan perkembangan medis anda dan obat yang akan diberikan."

"Ada, sih... tapi, dia sedang tidur di sana. Jangan dibangunkan, sus. Dia kelelahan mengurusku sendirian."

"Baiklah, kujelaskan padamu saja. Perkembangannya baik. Detak jantung sudah stabil, tekanan darah masih rendah, dan kondisi luka jahit sangat baik. Ini obat yang harus dikonsumsi pagi ini setelah makan."

[✔]LOST STARS || Victon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang