5. Lim Sejun

643 119 24
                                    

"Sejun! Gerakanmu selalu salah! Kita tidak akan maju kalau kau terus-terusan salah!"


Teriakan Kwon Jae Seung, seorang guru tari dan koreografer terkenal di Korea Selatan, menggema di dalam studio. Mengisi seluruh sudut ruangan dengan suaranya. Semua mata menatap benci pada seorang anak laki-laki berusia enam belas tahun dengan tubuh kurus dan cukup tinggi, Lim Sejun.

Setiap hari dia mendapat perlakuan seperti itu. Dibentak, mendapat hukuman, direndahkan bahkan diasingkan karena dianggap sebagi orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menjadi seorang idol.

"Ulangi!" teriaknya lagi.

"Ya, ssaem!"

Mereka semua kembali berlatih menari. Sejun terus bekerja keras. Lebih keras dari yang lain. Melupakan rasa sakit di dada yang sedari tadi menusuknya. Hanya untuk membuktikan kemampuan dirinya. Karena dia sadar, kemampuannya masih sangat kurang dibandingkan orang lain.

Akhirnya sesi latihan benar-benar selesai. Semuanya sudah berganti pakaian dan pergi dari ruang latihan. Meninggalkan Sejun yang masih duduk memegangi dadanya. Bibirnya digigit dengan kuat menahan rasa sakit yang menusuk tepat di jantung. Jarinya meremas baju dan menjambak rambutnya sendiri. Mengalihkan rasa sakit ke titik lain yang justru hanya menambah lukanya.

Apakah ini akhirnya?

Berkali-kali dia berpikir untuk berhenti dan menyerah saja. Karena merasa dirinya tidak mampu seperti yang dikatakan anak lainnya. Sejun sudah lelah dengan hidupnya. Tertekan dengan situasi yang tidak pernah dia harapkan.

Ingin sekali dia mati saat itu juga. Percuma bertahan karena tak ada yang peduli. Dia hilang pun tidak ada yang mencari. Untuk apa bertahan menyakiti diri sendiri.

Entah sudah berapa kali Sejun mencoba membunuh dirinya. Namun selalu gagal. Segala cara sudah ia coba. Mencekik lehernya, minum obat dengan dosis sangat tinggi, meminum racun, melompat ke rel kereta dan terakhir mengiris nadinya. Tapi sepertinya Tuhan lebih senang melihatnya menderita. Ada saja yang menggagalkan rencananya mengakhiri hidup.

Pikiran itu terus berputar di kepala Sejun saat rasa sakit di dadanya muncul. Membenturkan kepalanya pada lantai dan tembok, menampar wajahnya sendiri, mencakar, menggigit tangannya hingga biru dan berdarah. Dia lelah. Bosan dengan rasa sakit itu. Mengakhiri hidup adalah pilihan terbaik baginya. Dan mungkin sudah saatnya sekarang.

"Astaga! Sejun! Apa yang kau lakukan?!"

Heo Chan, salah satu trainee dalam timnya, berlari padanya. Dia mengangkat tubuh Sejun yang tersungkur di lantai dengan darah mengalir dari kepala dan disandarkan pada pundaknya.

"Hentikan! Jangan lukai dirimu lagi!"

Heo Chan menjauhkan tangan Sejun yang sudah membiru dari mulutnya. Kemudian memeluk tubuh Sejun untuk mengunci kedua tangannya agar tidak melukai dirinya lagi.

"Jangan ditahan kalau ingin menangis. Keluarkan saja. Berteriaklah. Tak ada yang mendengar."

Bagai sihir, Sejun meneteskan kristal hangat dari matanya. Semakin deras disertai teriakan membabi buta. Menumpahkan segala rasa yang tertahan. Kesedihan, amarah, kesepian, kekecewaan dan keputusasaan. Dimuntahkan dalam dekapan Heo Chan.

Ajaibnya, rasa sakit di dadanya perlahan padam. Bersamaan dengan isakan yang perlahan hilang. Lega. Perasaan lega yang baru dirasakan Sejun. Dialah orang pertama yang mengulurkan tangan padanya.

[✔]LOST STARS || Victon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang