13

957 121 47
                                    

Haruto memasang senyum palsu dihadapan kedua orang tuanya saat ia berkumpul bersama mereka untuk sarapan pagi, sejujurnya sekarang cowok itu tengah merasakan sakit di punggung, perih karna di rotan opa kemarin dipunggungnya masih menyisakan perih.

"Haru, kamu baik-baik aja? Muka kamu kenapa pucat gitu?" tanya Hayi dengan wajah curiga.

"Kemarin ada acara baca di rumah opa kan? Jangan bilang--"

"Gak kok yah, Haru dapat nilai sembilan puluh, opa gak ngerotan Haru kok, kak Junkyu, bang Cio, Suan, sama Ji Won pun juga gak ada yang kena hukum kok"

Haruto dengan cepat memetong perkataan ayahnya, lalu pura-pura melirik jam.

"Yah, bund, Haruto berangkat dulu, udah mau telat"

Haruto segera berdiri  dari duduknya.

"Tapi kamu belum sarapan" cegah Hayi

"Gak papa bund, Haru sarapan disekolah aja"

Haruto menciumi pipi kedua orang tuanya dan pipi adik kecilnya, Haruto iseng mencubiti pipi Haeun, membuat adik kecilnya itu merengut kesal, tapi Haruto malah tertawa.

Setelah kepergian Haruto, Hayi dan Hanbin saling melirik, sepertinya mereka memikirkan hal yang sama.

"Aku gak suka dengan cara mami dan papi memforsir anak-anak dalam belajar" desah Hayi menahan kesal.

"Kamu tau sendiri kan gimana terobsesinya orang tua kamu mengenai pendidikan dan kedokteran" balas Hanbin memegangi tangan istrinya yang mengepal.

"Menurut kamu berapa kali Haruto kena cambuk?"  tanya Hayi dengan suara bergetar.

"Kayaknya dua kali" jawab Hanbin tepat sasaran.

"Bunda, dicambuk itu di pukul kan?" tanya Haeun polos.

"Ih, anak kecil jangan sok tau" jawab Hayi mencubiti hidung putri kecilnya itu.

Hanbin dan Hayi bukan tidak tahu bagaimana dengan cara orang tuanya dalam mendidik cucu mereka, Hayi dan saudaranya sudah melewati masa itu dulu sebelum mereka resmi menjadi dokter, awalnya Hayi dan ke tiga kakaknya tentu menolak dengan strategi belajar yang digunakan orang tua mereka ke anak-anak mereka, tapi tak peduli seberapa keras mereka menolak strategi belajar dengan rotan itu tetap mami dan papinya pakai.

Mami dan papinya seakan memiliki motto "jika kamu sudah lulus SD welcome to the learning and reading organization to become a docter, if your grades are not satisfactory, let this rattan teach you"



***
Haruto memasuki ruangan UKS, disana ada bu Jiyeon yang tengah merapikan kotak obat.

"Bu, bisa tolong obati punggung ku"

Bu Jiyeon menoleh kearah remaja laki-laki itu, seakan sudah tau dengan apa yang terjadi bu Jiyeon menyuruh Haruto duduk diatas kasur, saat bu Jiyeon menyingkap baju kaos dan seragamnya bu Jiyeon melihat memar kebiruan disana, bu Jiyeon sedikit meringis.

"Berapa kali kamu kena rotan?" tanya bu Jiyeon, sembari mengambil obat.

"Dua kali, nilaiku tujuh puluh"

"Kalo Cio? Bang Cio kali ini selamat, dia dapat nilai seratus, cuman aku sendiri kemarin yang dicambuk"

Haruto dan Cio memang sering berobat ke bu Jiyeon jika punggung mereka sudah dipukuli opa dengan rotan, bukannya tidak mau diobati dirumah, tapi melakukannya sendiri itu sangat sulit, mereka juga tidak mungkin meminta tolong pada kedua orang tua mereka. Itu hanya akan membuat buruk keadaan.

Dulu saat pertama kali Haruto kena rotan karna mendapatkan nilai yang tidak memuaskan dari oma opa, cowok itu pernah menangis dan mengeluh sakit dihadapan ayah-bundanya.

Akhirnya Hayi yang marah bertengkar dengan orang tuanya tersebut, yang pada akhirnya oma opa kembali membahas kenapa dulu Hayi menikahi Hanbin.

Sejak itu Haruto tidak pernah mengadu lagi jika kena rotan, karna itu hanya akan membuat suasana semakin mencekam.

Hingga akhirnya kak Junkyu menyarankan kalo kena rotan, pergi saja ke UKS sekolah, karna memang mereka sekolah di sekolahan elit, penjaga UKS sudah pasti memiliki pengalaman dengan hal medis.

***

Wonyoung memandang tidak suka pada Yujin yang baru saja menyuruhnya menyerah untuk  mendapatkan Haruto.

"Gak gue pasti berhasil" kata cewek itu percaya diri

"Mau sampe kapan lo mau harga diri lo diinjak-injak sama Haruto hanya karna mempertahankan lamborghini yang bisa lo beli kapanpun lo mau"

"Kalo gue nyerah itu sama aja gue nginjak-nginjak harga diri gue karna kalah"

" batu banget sih lo, kesel gue ngomong sama lo, dengar ya Jung Wonyoung Haruto itu udah nganggap lo gak punya harga diri, malu dikit kek"

Perkataan tajam Yujin mendapatkan respon delikan tajam dari Wonyoung.

"Pokoknya gue bakal bikin cowok sombong itu bertekuk lutut sama gue titik!"

***

Nami menatap Cio heran saat cowok itu menghampirinya ketika ia ingin berjalan menuju kelas.

"Kenapa kak?" tanya gadis itu dengan alis menyatu.

"Gak papa, gue cuman mau liat yang manis-manis pagi ini sebelum memulai belajar yang bikin otak panas"

Cio mengacak rambut Nami lalu melangkah pergi gitu, tanps peduli dengan muka cengo cewek itu.

"Tumben kakak itu ramah" pikir gadis itu lalu kembali melanjutkan jalannya"

Tbc

Tim mana?

Nami - Haruto?

Haruto - Wonyoung?

Mashiho - Nami?

Wonyoung - (?)



Different || HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang