Makin hari cara belajar Haruto makin ekstrim, teman-temannya jadi ngeri sendiri melihat cara belajar sahabat mereka itu.
Bayangin, lagi jalan aja Haruto baca buku, lagi makan juga baca buku, lingkar hitam di matanya yang kayak mata panda nunjukin kalo cowok itu kurang tidur.
"Udah anjir tutup dulu buku lo, fokus makan aja dulu" Doyoung berkata tanpa berani menjauhkan baku yang sedang dibaca Haruto yang terletak diatas meja kantin.
Haruto gak peduli, cowok itu tetap lanjut baca.
"Ru lu kayak gini sama aja kayak nyiksa diri sendiri, gue tau lu terobsesi jadi dokter tapi ya gak kayak gini juga, jam makan ya makan, jam istirahat ya istirahat, jangan jadiin dua puluh empat jam nonstop dalam hidup lu cuman buat belajar, kesehatan fisik ama mental juga kudu dijaga biar seimbang, lu kebanyakan baca buku jadi gila lu ntar lama-lama" oceh Dongpyo greget.
"Perasaan nih ya kalo banyak baca buku yang ada makin pinter, ini kenapa jadi bikin gila?" pungkas Junghwan yang lagi nambahin cabe ke mie ayamnya.
"Ya itu karna---" Dongpyo diam sejenak, otaknya lagi mikirin jawaban untuk pertanyaan Junghwan, jujur aja cowok itu tadi cuman AsBun alias Asal Bunyi, soalnya Dongpyo udah capek banget liatin Haruto yang dari saban hari saban petang cuman bacain buku, seakan sahabatnya itu punya dunia sendiri dengan bukunya.
"Apa yang dibilang Dongpyo ada benarnya kok, Otak didesain untuk mengalami periode istirahat reguler. Secara keseluruhan, otak mempunyai dua mode utama untuk memproses. Pertama adalah orientasi kepada tindakan dan membuat lo dapat berkonsentrasi pada tugas, memecahkan masalah dan memproses informasi. Kedua adalah ketika otak dan pikiran mengambil waktu istirahat untuk berpikir bebas. Satu – satunya saat dimana otak bisa beristirahat adalah ketika tidak melakukan proses berpikir" merasa tenggorokan kering karna penjelasan panjangnya JeongWoo menyeruput teh esnya, lalu kembali melanjutkan.
"Dan apa yang lo lakukan kali ini Har kalo gue cermati lo lagi maksain otak lo buat selalu berpikir dari buku yang lo pelajari, padahal itu bisa bikin otak lo lelah dan ketika otak mengalami kelelahan, hasilnya gak akan bagus. Lo gak merasa santai dan mungkin akan merasa stres, yang pada akhirnya akan membuat kondisi tubuh dan suasana hati lo menjadi menurun"
Haruto melirik JeongWoo, ada kilatan tidak suka dari matanya pada cowok manis berkulit sedikit lebih gelap itu. Apa yang dikatakan Jeongwoo semuanya emang fakta. Haruto akui kondisi fisik apalagi pikirannya emang lagi dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Jeongwoo yang sadar arti tatapan Haruto berdehem sebentar.
"Gue lagi gak menggurui elo maaf kalo apa yang gue bilang bikin elo tersinggung, gue lagi berbicara sebagai teman yang peduli sama lo, gak masalah lo punya hobi membaca dan belajar itu hal yang positif kok, tapi lo juga harus ingat tubuh lo juga butuh istirahat, minimalnya malam jangan sampe kekurangan tidur"
Haruto masih diam, tapi kemudian cowok itu beranjak dari duduknya lalu pergi gitu aja dari kantin.
"Ada masalah apa sih itu anak?" tanya Junghwan entah pada siapa, tapi bikin Dongpyo dan Doyoung saling lirik.
"Doy lo kan sepupunya gak yakin gue kalo lo gak tau Haruto punya masalah apa"
Doyoung melirik Jeongwoo, dalam hati cowok itu memuji Jeongwoo karna pola pikirnya yang cerdas dan kritis.
"Gue rasa karna tekanan dari kakek pihak mamanya"
***
Haruto memasuki perpustakaan, suasana perpustakaan yang hening dan sepi seperti ini yang Haruto butuhkan untuk melanjutkan kembali belajarnya. Cowok itu memilih duduk dikursi pojok rak buku Kimia kelas tiga.
Terlalu khidmatnya membaca Haruto gak sadar kalo disebelahnya ada cewek yang juga lagi baca buku.
"Haruto, kamu mimisan" Nami panik saat tiba-tiba hidung Haruto mengeluarkan darah, sedangkan Haruto cukup kaget karna cewek itu tiba-tiba udah ada disampingnya.
"Ok jangan panik, yang pertama yang harus kamu lakuin adalah duduk dengan tegak" Nami membantu Haruto agar cowok itu duduk tegak, karna tubuh Haruto kayak lagi lesu gitu.
"Terus condongin badan kamu kedepan Ru" setelah Haruto condongin badannya kedepan sesuai perkataan Nami, cewek itu segera menjepit hidung Haruto.
"Hidung kamu aku jepit dulu biar darahnya berenti keluar, kalo mau napas lewat mulut aja dulu"
***
Haruto mencuci wajahnya di wastafel toilet, tanpa sadar cowok itu tersenyum sambil geleng-gelengin kepala. Wajah Nami yang panik entah kenapa begitu lucu bagi Haruto. Saat cowok itu keluar dari toilet ternyata gadis berpipi bulat itu sudah ada didepannya menatapnya cemas.
"Kamu gak papa kan?, pusing gak mau ke UKS?"
"Lo kenapa segitunya perhatian sama gue? Lo naksir sama gue?"
Mendengar pertanyaan Haruto bikin Nami mencibir.
"Geer kamu, wajar dong aku perhatian kamu kan teman aku"
"Teman?"
"Iya teman, kamu teman aku kan?"
"Gak tuh, gue gak ngerasa lo teman gue"
"Ihh Haru kok gitu sih? Haru kan baik sama Nami kita tu teman, kalo Haru gak mau temanan sama Nami kok Haru baik sih sama Nami"
Haruto panik saat tiba-tiba ngeliat mata cewek itu berkaca-kaca.
"Lo nangis? Jangan nangis"
"Aku gak pernah loh Haru punya teman, gak pernah ada orang yang mau temanan sama aku, wajar dong aku baper sama kebaikan kamu, wajar dong aku nganggap kamu teman"
Haruto menghusap pipi Nami yang dipipinya itu udah basah sama air mata.
"Baperan lo, yuk kekelas"
Haruto gandeng tangan Nami, jari-jarinya diselipin diantara rongga jari cewek itu.
"Kamu teman aku kan?" tanya cewek itu memastikan.
"Iya" jawab Haruto singkat tapi bikin cewek yang ada disampingnya itu tersenyum.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Different || Haruto
Подростковая литератураHaruto yang disekolah dikenal sebagai siswa pintar, dewasa, beribawa, bermulut pedas, dan dingin. Tapi ternyata remaja laki-laki itu begitu berbeda sifat saat dirumah, dirumah Haruto cuman anak manja, yang suka dielus-elus sama bundanya, yang senang...