1

3.2K 253 62
                                    

Haruto rasain pipinya di cubit-cubit sama tangan kecil seseorang, meski terganggu remaja laki-laki itu tetap enggan untuk membuka mata karna masih mengantuk.

"Abang, bangun!" kali ini Haeun jambakin rambut abangnya, kesal karna sudah lebih dari sepuluh menit membangunkan Haruto tapi Harutonya gak bangun-bangun.

Ngerasain sakit karna rambutnya ditarik Haruto akhirnya bangun dengan wajah ling-lung dan mata masih menyipit.

"Ngeseliiinnn" Haruto tarik tubuh adik kecilnya sampe jatuh ke kasur lalu dikelitikin sampai Haeun meminta ampun, kegiatannya terhenti saat telinganya mendengar teriakan sang bunda dari lantai bawah.

"ABAAANG CEPETAN MANDI, GAK INGAT KALO HARI INI HARI PERTAMA MASUK SMA??"

Pllaaakk

Haruto menepuk jidatnya sendiri, dan dengan segera remaja laki-laki itu berlari menuju kamar mandi.

Saat dikamar mandi Haruto langsung gosok gigi, lalu dia ingat kalo dia pergi ke kamar mandi tanpa membawa handuk.

"Haeuunn anterin handuk abang, cepetan"

Haeun geleng-geleng kepala dengar teriakan abangnya.

"Ambil cendili, ciapa tuluh telat bangun" balas balita manis itu dengan aksen cadelnya.

"YA! KIM HAEUN"








Setelah selesai mandi, mengenakan seragam sekolah, dan menyandang tasnya, Haruto turunin anak tangga dengan muka loyo, rasanya dia masih ingin menikmati liburan, liburan terlalu cepat berakhir, pikirnya pagi hari ini. Padahal saat pertengahan liburan dia sendiri yang menggerutu kenapa liburan terasa begitu lama. Benar-benar jenis pikiran siswa-siswi jaman now. Ya kan?

Sesampainya dimeja makan Haruto liatin bundanya yang lagi nyuapin dua bayi, satu bayi balita 4 tahun, satu lagi bayi besar 35 tahun.

"Ayah kenapa gak makan sendiri sih?" tanya Haruto menghampiri.

"Kamu gak liat kalo tangan ayah lagi ngetik?" balas Hanbin tanpa melirik putra sulungnya itu, Haruto menghembuskan nafasnya, kasian juga liat ayahnya yang kerja kadang sampai lembur, tapi kerjaan tetap aja gak habis-habis.

"Bundaa" Haruto lingkarin tangannya dileher sang bunda, memeluk bundanya dari belakang.

"Aku juga mau disuapin" lanjut remaja laki-laki itu dengan suara manja.

"Ya ampun abang, tangan bunda cuman dua loh, ini udah nyuapin ayah sama adik kamu juga" balas Hayi natapin Haruto dengan gemas.

"Kalo gitu aku aja yang nyuapin bunda" Haruto duselin wajahnya di ceruk leher Hayi, kemudian kecupin pipi Hayi bikin wanita dua anak itu gak bisa nahan senyumannya.

"Gak usah sayang, kamu sarapan aja, bentar lagi harus kesekolah, lagian bunda bisa makan nanti, soalnya hari ini shift siang"

"Iya" lagi-lagi Haruto kecupin pipi bundanya kemudian pergi duduk disamping sang ayah yang meliriknya dengan iri sejak tadi.

"Ciumin bunda terus kamu tu, punya ayah itu" celetukan Hanbin mendapat jitakan di dahinya dari sendok yang dipegang Hayi.

"Sama anak sendiri cemburu" ejek istrinya itu yang dibalas Hanbin cuman dengan senyuman bodoh.

"Bunda, mau loti"

"Roti Haeun, bukan loti"

"Loti"

"Roti"

"Loti"

"Roti"

"Ih bunda abang tu" Haeun ngadu karna kesabarannya abis digodain Haruto.

Haruto ketawa liat adeknya kesal, gak peduli sama tatapan tajam bundanya, baginya menggoda Haeun merupakan suatu kesenangan tersendiri yang membangkitkan mood.

***

Setelah turun dari mobil ayahnya Haruto jalan memasuki gerbang SMA Emerald.

Pluk

Satu pukulan dikepala membuat remaja laki-laki itu hampir mengumpat, sedangkan si pelaku hanya menatapnya dengan tatapan polos tanpa dosa.

"Taik, lo sekolah disini juga?" cerca Haruto pada Dongpyo.

Song Dongpyo, putra sulung samcon Song Yunhyeong dengan imo Jang Hana, orang tuanya sahabat orang tua Haruto, dan itu bikin mereka juga sahabatan dari kecil.

Jadi meskipun Haruto punya sifat introvert bin dingin yang menyeramkan di luar rumah, Dongpyo sama sekali gak takut, karna baginya Haruto cuman anak mami yang senang diketek bundanya.

"Kenapa? Senang kan lu ketemu gue lagi" balas Dongpyo dongakin mukanya dengan wajah sombong.

"Seneng? Musibah iya. Moga aja gue gak sekelas sama lu" balas Haruto pergi mendului Dongpyo.

"Moga aja gue sekelas sama lu biar bisa nyontek" balas Dongpyo nyusulin Haruto.

"Bangke emang lu"

"Sorry ya bro bangke mah baunya busuk, kalo gue jelas wangi dong"

"Serah"

"Iya dong, mulut kan mulut gue"

Haruto dan Dongpyo jalan memasuki ruang aula, disana udah rame sama anak-anak baru kelas satu, kakak-kakak OSIS, serta guru pembina OSIS.

Jangan berpikir bakalan ada acara penyambutan siswa baru kayak jaman dulu yang ada masa orientasi siswanya alias MOS yang permainin adik-adik kelas dengan cara sadis. Itu udah gak zaman.

Acara penyambutan siswa baru di aula cuman dengarin sepatah dua kata dari kepala sekolah, dan ketua osis, abis itu pembagian kelas, dan setelahnya siswa boleh bubar pergi ke kelasnya masing-masing.

"Haaaaaahhh"

Helaan nafas panjang Haruto bikin Dongpyo tersenyum cerah, mereka ternyata sekelas dan Dongpyo lagi duduk manis disamping Haruto.

"Makanya jadi anak soleh, biar doanya didengar Tuhan" kata Dongpyo dibarengi dengan tawa.

Haruto memutar kedua bola matanya, rasanya tangan cowok itu gatal pengen cakarin muka menyebalkan Dongpyo.

"Anjirrrr cantik bener" kata Dongpyo tiba-tiba membuat Haruto ikutin arah pandang Dongpyo kearah pintu kelas, disana ada beberapa anak cewek yang keliatan emang cantik lagi jalan masuk kelas.

"Gak pernah liat cewek cantik lu?" tanya Haruto ngejek, soalnya meski cewek-cewek itu cantik tapi menurut Haruto jangan sampai ditatap lebai juga, karna Cewek cantik bukan sesuatu yang langka.

"Pernah lah, tiap hari malah gue liatin cewek cantik"

"Siapa?"

"Mak gue dong"

"Anjiirr sa ae lu Saepudin"

"Hahaha"

Lalu keduanya sama-sama ketawa ngakak.

Tbc

Gue pengen bikin sifat Haruto dingin, tapi kok jadi banyak bacot gitu ya gegara Dongpyo 😂🤣🤣

Different || HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang