“Pasang oksigen! Pasien nyaris kritis!”
“Dokter! Denyut nadi pasien melemah!”
“Siapkan defibrilator, atur untuk melakukan bradycardia pacing,”
“Baik,”
“Dokter! Denyut nadi pasien semakin melemah!”
“Defibrilator siap!”
“Dalam hitungan ketiga. Satu... dua...”
‘DEG!’
“Intensitas denyut nadi 40 kali bermenit, dok!”
“Naikkan menjadi 200 joule,”
*The Moon*
Ketika matahari terbit, Ong Seongwoo baru keluar dari Unit Gawat Darurat. Pria itu tampak kelelahan, matanya pun terlihat sayu karena begadang semalaman. Maklum saja, kemarin jadwalnya shift malam dan pukul lima pagi tadi, seorang pasien yang terkena serangan jantung nyaris saja tidak bisa diselamatkan. Beruntung, pasien tersebut sepertinya masih memiliki semangat untuk hidup, detak jantungnya perlahan pulih setelah dilakukan pertolongan pertama.
“Oh? Annyeonghaseyo songsaengnim,”
Ong Seongwoo menoleh, menatap ke arah seorang perawat di bagian meja depan rumah sakit. Ong tersenyum lembut, berjalan mendekat kemudian.
“Selamat pagi perawat hwang,” sapa balik Ong Seongwoo, lalu menoleh ke samping gadis itu, “kau jaga sendiri?”
“Aniyo... perawat Im sedang ke toilet,”
Ong Seongwoo mengangguk paham, lalu gadis bernama Hwang Yiren itu kembali berbicara, “apa anda butuh kopi? Aku bisa mengambilkannya untukmu,”
“Ah iya, tapi aku bisa mengambilnya sendiri. Tapi sepertinya aku ingin beli kopi di kopishop di depan,”
“Aku bisa melakukannya,” Hwang Yiren menjawab dengan semangat namun Ong juga tak kalah semangat untuk menolaknya.
“Aniyoo, Yiren-ssi. Kau bisa tetap di sini, aku sedikit mengantuk jadi sepertinya harus jalan-jalan sedikit supaya segar kembali,” kata Ong sambil tersenyum ramah. Sungguh, perawat Hwang adalah salah satu orang yang baik padanya di rumah sakit ini. Sebenarnya semuanya baik, tapi Hwang Yiren terkadang banyak memberikannya banyak perhatian tanpa Ong minta.
Gadis itu kadang suka berinisiatif membelikannya kopi saat menjelang jam makan siang, terkadang dia akan menanyakan kabarnya, kadang juga membelikan Ong Seongwoo camilan untuk dibawa pulang. Ong sebenarnya senang saja menerima kebaikan gadis itu, tapi kadang dia merasa canggung dan sungkan.
“Oh begitu,” Yiren tampak sedikit kecewa namun mampu menutupinya dengan senyum manisnya kemudian, “baiklah, aku mengerti,”
“Aku ke depan dulu, ya,”
“Ne, songsaengnim. Jangan lupa sarapan sebelum pulang nanti,”
“Kau juga perawat Hwang,”
Kemudian, Ong Seongwoo melangkahkan kakinya keluar dari area rumah sakit. Kopishop yang ia maksud masih berada di area rumah sakit, namun berada di bagian luar, dekat taman rumah sakit dan dekat kantin juga. Selama Ong bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini, Ong tidak pernah absen membeli kopi di kopishop itu. Selain rasanya enak, rasa kopi mampu membuatnya kembali segar, apalagi setelah shift malam. Bisa dibilang, dia adalah penyuka kopi.
Begitu memasuki pintu kaca itu, udara pendingin langsung menerpa kulitnya. Ong mengedarkan pandangannya, kopishop rumah sakit yang buka dua puluh empat jam tampak sedikit sepi. Biasanya memang akan ramai saat siang atau malam hari. Ini masih pagi, dan budaya orang Korea sebenarnya tidak mengonsumsi kafein di pagi hari. Tapi pria yang sudah menanggalkan jas dokternya di ruangannya itu butuh kopi. Mungkin butuh sepotong donat juga untuk mengganjal perutnya agar tidak perih jika minum kopi dalam keadaan perut kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
أدب الهواة(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...