Ong Seongwoo tidak mengerti ketika dirinya baru saja menyelesaikan masakannya pagi hari ini. Sebenarnya, Seongwoo sangat ingin makan nasi dengan japchae, mandu dan juga kimchi, tapi entah kenapa... dia justru malah memasak sup lobak dengan nasi yang cukup lembek dibanding biasanya. Ayolah! Kenapa dia harus memasak makanan seperti yang ada di rumah sakit?
Sambil menghela napasnya, Ong Seongwoo melepas apron yang dikenakannya, lalu menggantungnya di tempat semula. Dia berjalan ke arah rak, lalu mengambil piring dan mangkuk. Dia mulai menata nasi, sup, telur gulung dan juga kimchi ke atas dua nampan. Saat sedang memindahkan telur ke piring, Seongwoo merasa ada seseorang yang baru saja menarik stool di belakangnya. Seongwoo menoleh dan mendapati gadis bermarga Cho itu sudah duduk seperti anak kucing di atas stool.
Seongwoo membalikkan tubuhnya, "bagaimana keadaanmu?" tanya Seongwoo sambil berjalan ke meja counter marmer dan meletakkan piring persegi panjang yang di atasnya terdapat telur gulung.
"Sudah lebih baik," jawab gadis itu dengan suara serak. Seongwoo memandang wajah pucat Miyeon dengan sebelah tangannya yang memegang pinggang, lalu pria itu bergerak mengambil teko kaca dan menuangkan segelas air pada gadis itu.
"Aku harus berangkat kerja jam sembilan nanti," kata Seongwoo sambil menarik stool selagi Miyeon meminum air pemberian Seongwoo hingga tandas. "setelah selesai makan kau harus habiskan obatmu, sudah kutaruh di atas nakas,"
Cho Miyeon tersenyum miring, "lain kali jangan masuk kamarku sembarangan,"
Seongwoo mengernyitkan alisnya tidak suka, "aku hanya menaruh obatmu,"
"Aku tau," kata Miyeon lalu meraih salah satu mangkuk berisi nasi, "bukankah rasanya aneh? Kita tidak sedekat itu. Aku baru mengenalmu beberapa hari, begitupun denganmu. Lagipula... aku ini perempuan jika kau lupa," kata Miyeon lalu menyumpit nasi lalu memakannya.
Senyum miring yang sekilas tampak itu membuat Seongwoo sebal dan sangat yakin kalau gadis itu kini sudah mulai membaik, lihat saja dia. Dia sudah bisa melayangkan kalimat tajamnya disertai senyum seperti itu.
"Selesaikan makanmu," kata Seongwoo tak acuh, dia meraih supnya lalu memakan kuah kaldu gurih yang membuat perutnya semakin keroncongkan. Mereka berdua makan dalam keheningan, hanya suara dentikan sumpit dan sendok yang sesekali terdengar. Ong Seongwoo lah yang pertama kali selesai. Dia melirik jam yang ada di dinding, sudah jam delapan, dia harus segera ganti pakaian dan berangkat kerja.
"Kau bilang kau sudah lebih baik," Seongwoo meraih tisu lalu mengelap sudut bibirnya, "karena aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, jadi kau bisa kan cuci piring kotornya,"
Itu bukan pertanyaan ataupun permintaan, tapi suruhan. Miyeon menoleh ke arah bak cuci piring dan sedikit terkejut melihat panci dan perlatan lainnya yang teronggok mengenaskan di sana. Belum lagi piring dan mangkuk bekas mereka berdua sarapan ini.
"Tentu saja," kata Miyeon dengan senyum yang dipaksakan. Cho Miyeon pikir kalau pria ini memang sosok yang baik dan perhatian, bodohnya dia karena sampai tertipu hanya karena pria itu datang ke kamarnya pada malam hari lalu mengucapkan kata 'cepat sembuh'. Nyatanya, Ong Seongwoo hanyalah orang yang menyebalkan.
Ong Seongwoo kemudian menggeser stool yang didudukinya, lalu bergerak memutari counter marmer itu dan bergerak ke arah lorong.
"Ah, aku lupa," Seongwoo menghentikan langkahnya saat baru tiga langkah memasuki lorong, "kau tidak perlu bekerja nanti malam, karena kau dipecat,"
"Apa?!" Miyeon memekik keras, lalu menoleh ke arah pria yang sedang melangkahkan kakinya menjauh itu, "bagaimana bisa? Yak! Jelaskan padaku!"
*The Moon*
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
Fiksi Penggemar(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...