Ong Seongwoo keluar dari ruangannya ketika waktu sudah menunjukkan waktu makan siang. Pria itu segera berjalan menuju kantin rumah sakit. Pemandangan ini tentu saja menjadi sesuatu hal yang sangat jarang terjadi. Semua orang tau kalau Seongwoo jarang sekali makan di kantin dan lebih memiliki memesan sesuatu dari luar untuk makan siangnya. Tapi siang ini, pria itu muncul di kantin.
Seongwoo sendiri sebenarnya memang malas ke kantin. Bukannya dia tidak suka berbaur dan mengobrol dengan para rekan kerjanya, tapi jujur saja makanan di kantin menurutnya kurang enak dan sering kali saat makan siang, suasana kantin terlalu ramai. Hal itu kadang membuat Seongwoo pusing sendiri, padahal yang dia inginkan saat istirahat makan siang adalah membuat pikirannya tenang.
Dan tentu saja, satu-satunya alasan kenapa Seongwoo muncul di kantin adalah seorang gadis yang sedang membagikan kimchi ke nampan para pegawai. Sudah seminggu dia tidak bertemu gadis itu dan beragam pertanyaan muncul di kepalanya.
Apa gadis itu betah tinggal di tempat barunya?
Apa gadis itu makan dengan baik?
Apa gadis itu baik-baik saja?
Seseorang menyentuh bahu Seongwoo hingga membuat pemuda itu menoleh, dilihatnya dokter Park Yaeri yang berada di sebelahnya.
“Jarang sekali aku melihatmu di sini,” ucap dokter wanita itu keheranan.
“Annyeonghaseyo songsaengnim,” sapa Seongwoo sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.
“Kau makan siang bukan? Ayo,” ajak dokter Park sambil menarik lengannya pelan. Seongwoo mengiyakannya dengan gerakan yang sedikit kikuk.
Dia berbincang dengan dokter Park sesekali saat dokter itu menanyainya sambil mengantre jatah makan siang. Di sela-sela obrolan mereka, Seongwoo sesekali berusaha mencuri pandang ke arah Miyeon yang sepertinya masih belum menyadari keberadaannya. Seongwoo pun berusaha bersikap senatural mungkin.
“Oh iya, omong-omong bagaimana dengan pacarmu?”
Aish.
Kenapa disaat dua langkah lagi mereka sampai ke tempat Miyeon, Dokter Park memilih mengubah topik obrolan menjadi yang sepert ini?!
Ong Seongwoo terkekeh tanpa humor. Satu langkah maju, mereka menerima mangkuk sup kecil di atas nampan.
“Mwoya, kenapa hanya tertawa,” kata dokter Park dan pas sekali berada di depan Miyeon. Dokter Park malah menghentikan langkahnya sambil menatap Seongwoo dengan tatapan kesal. “kau harus segera menikahinya,” katanya mulai menceramahi.
“Songsaengnim—
“Bayangkan saja jika bayinya lahir tanpa ayah, dia pasti akan kesulitan merawatnya seorang diri,” Dokter Park memotong ucapan Seongwoo.
Seongwoo melirik cemas ke arah Miyeon, gadis itu tak menatapnya, tatapan gadis itu menunduk ke bawah menatap bak makanan di depannya yang berisi kimchi.
“Dokter Park, mari bicarakan sambil duduk,” kata Seongwoo masih berusaha ramah dengan menyelingi ucapannya dengan tawa.
“Aku serius. Aku yakin dia pasti sekarang benar-benar membutuhkanmu,” Dokter Park kembali berbicara.
Seongwoo menerima sejumput kimchi yang diberikan oleh Miyeon di nampannya.
“Miyeon-ssi,” ucap Seongwoo pelan.
“Massitke juseyo,” kata Miyeon ramah tanpa menatap mata Seongwoo.
Entah kenapa Ong Seongwoo jadi merasa takut, takut jika Miyeon marah padanya. Padahal.... bukannya seharusnya hal seperti ini tidak berarti apa-apa? Maksudnya, Seongwoo tidak perlu menjelaskan kesalahpahaman ini pada Miyeon, bukan? Lalu kenapa Seongwoo malah khawatir?
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
Fanfiction(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...