"Ne, kamsahamnida," seruan Cho Miyeon terdengar. Kemudian pintu kaca sebuah kafe terlihat ditarik dari dalam. Gadis yang mengenakan kaos putih dengan balutan kemeja biru tipis yang tidak dikancingi itu keluar dari dalam kafe. Dia menyipitkan matanya ketika terikny matahari terasa menusuk penglihatannya.
Hingga siang ini, Miyeon sudah mendatangi dua kafe dan dua tempat itu tidak sedang membutuhkan karyawan. Gadis itu menghela napas, kemudian mengeluarkan botol minum yang sebelum berangkat memang sengaja ia isi dengan air yang dicampur dengan irisan lemon. Sengaja, dia memang tidak bisa beli makanan di luar jadi dia menyiapkan minum dari rumah.
Kemudian dia mengamati sekeliling sambil menutup botol minumnya. Orang-orang berlalu lalang, sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sedang sibuk mencari kopi untuk makan siang, ada yang jalan dengan teman dan pacar, ada yang sibuk membagikan selebaran promosi restoran dan barang elektronik dan masih banyak lagi. Semua orang di daerah yang sibuk ini punya kegiatannya masing-masing.
Miyeon sendiri sibuk mencari pekerjaan. Pasalnya, dia harus mencari uang agar bisa segera keluar dari rumah yang seperti neraka milik Ong Seongwoo itu. Targetnya adalah satu bulan, setelah satu bulan dia akan segera pindah dan hidup bebas seorang diri. Tanpa Ong Seongwoo yang menyuruhnya ini itu.
Gadis itu menghela napas kemudian. Tapi mencari pekerjaan bukanlah hal mudah. Dia harus mengelilingi area ramai untuk tau tempat mana yang sedang membuka lowongan pekerjaan. Dan terkadang walaupun ada, mereka pasti pilih-pilih.
Cho Miyeon kemudian mulai kembali berjalan. Dia menerima brosur promosi makanan sambil tersenyum, kasian, daritadi perempuan yang membagikan brosur ini tidak ada yang menghiraukannya. Kemudian gadis itu meneruskan kegiatannya lagi.
*The Moon*
Sepertinya, hari ini memang bukan hari keberuntungannya. Cho Miyeon kembali ke rumah tanpa mendapat apa-apa. Dia sudah keliling dan hanya lelah yang didapat. Sekarang ini, dia sedang mencuci botol minum yang dibawanya dengan wajah lesu. Dia masih belum bisa merencanakan atau bahkan membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Hari esok masih terasa kelabu baginya.
Setelah selesai mencuci botol dan mengeringkan tangannya, gadis itu kemudian duduk di stool dapur. Kemudian menuangakn air putih ke dalam gelas. Lantas meminumnya sedikit sebelum kemudian menelan sebutir pil yang baru saja dikeluarkannya, lalu meminum airnya lagi sampai tandas. Miyeon menghela napas kemudian, dia menahan kepalanya dengan tangan yang bertopang menyiku di atas meja marmer. Sesekali memijat pelan untuk menghilangkan pusingnya.
Dia berjalan cukup jauh tadi, tenaganya terkuras sehingga kepalanya pusing lagi. Dia tidak seharusnya memforsir tubuhnya lagi, dia harus tau batasan, jangan sampai kejadian yang dulu terulang lagi.
Tak lama berselang, Miyeon membuka matanya ketika mendengar ada seseorang yang membuka pintu. Dia menegakkan punggungnya tatkala suara langkah kaki itu semakin terdengar mendekat. Kemudian, ketika laki-laki tinggi dengan kemeja biru yang berwarna nyaris sama dengannya itu muncul dari balik lorong, Miyeon berkata, "neo waseo,"
Ong Seongwoo memperhatikannya tanpa menjawab. Pria itu melangkah menuju lemari pendingin, lalu ketika melihat isi kulkas yang nyaris kosong—hanya tersisa beberapa kaleng soda dan kotak kimchi—pria itu kembali menutupnya. Lalu berjalan mencuci tangannya dan kini duduk di depan Miyeon sambil menuangkan air ke dalam gelas yang dibawanya.
Miyeon hanya memperhatikan saja ketika Ong Seongwoo masih sibuk menghabiskan minumnya, dia sendiri masih malas untuk kembali ke kamarnya.
"Mwo?" tanya pria itu ketika selesai minum dan menaruh gelasnya hingga menimbulkan bunyi denting pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
Fanfiction(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...