“Mwo?” tanya Miyeon dengan suara pelan. Dia menatap pria tinggi yang berada beberapa langkah di depannya. Wajahnya yang tampan sedikit tersorot oleh cahaya lampu jalanan, sehingga membuat sisi wajahnya yang lain terlihat gelap, menyatu dengan malam.
Melihat pria itu yang masih diam membuat Miyeon sedikit bingung. Apa katanya? Tinggal bersama? Pria itu bercanda atau gila?
“Tinggallah bersamaku,” ucapnya ulang. Wajahnya tampak serius tapi entah kenapa Miyeon malah tergelak melihatnya. Dokter itu mengernyit melihat sang gadis tertawa, lalu bertanya, “ada yang lucu?”
“Ya, ada. Kau,” jawab Miyeon, lalu gadis itu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans bagian depannya, “kau pikir kau bisa mengambil kesempatan? Mohon maaf saja Dokter Ong Seongwoo, aku bukan perempuan yang gampang untuk memutuskan tinggal dengan pria yang sama sekali tidak kukenal,”
Enak saja. Memangnya Miyeon terlihat seperti jalang yang mudah tidur dimana saja dan dengan siapa saja? Rasanya dia ingin melemparkan tas gendong besar yang dibawanya ini ke wajah pria itu.
“Tunggu dulu,” Ong tampak bingung kali ini, “kau pikir aku mengajakmu tinggal bersamaku karena aku mengarah ke hal yang seperti itu? Aku?!” tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Ong Seongwoo tampak tidak suka dengan tebakan Miyeon. Biasa, pria memang senang sekali berpura-pura.
“Tentu saja. Memangnya ada alasan lain selain itu? Dasar dokter cabul,”
Ong Seongwoo membuka mulutnya, “Musun—yak! Apa katamu? Dokter cabul?! Choi Miyeon-ssi, aku mengikutimu kemari karena—
“Lihat? Kau bahkan menguntitku, bukankah ini semakin jelas?” Miyeon menggerakkan tangannya.
Ong mengalihkan pandangannya sambil menghela napas, tampak jengah dengan persepsi Miyeon. Dia kembali menatap Miyeon dengan kedua tangan di pinggang, “aku tidak habis pikir dengan isi kepalamu,”
“Kenapa? Aku cukup cerdas karena bisa menebak semua rencanamu?”
“Kau terlalu memandang orang lain secara negatif. Dengar, aku akan menjelaskannya sekali maka dengarkan baik-baik—
“Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi, Pak Dokter. Lebih baik kau kembali ke rumah besarmu lalu tidur,” Miyeon bergerak melewati Ong, namun sebelum Miyeon berjalan cukup jauh, Ong menahan lengannya.
“Miyeon-ssi,”
“Yak, lepas!” Miyeon melepaskan cekalan tangan itu, dia menatap Ong Seongwoo tajam. Dia tidak suka. Dia tidak suka disentuh sembarangan, apalagi oleh orang yang tidak dia kenal.
“Sebagai dokter, aku tau seharusnya aku bersikap profesional. Tapi kali ini, aku merasa bersimpati. Aku merasa bertanggung jawab karena tidak bisa menyelamatkan Ibumu. Maka dari itu aku ingin menawarimu tempat tinggal, kupikir itu bisa menebus rasa bersalahku,” pria itu menjelaskan. Miyeon tau ada kejujuran di sana, namun ketika ingat kenyataan bahwa pria ini adalah orang terakhir yang dia beri kepercayaan untuk menyelamatkan Ibunya, tiba-tiba saja Miyeon menjadi marah. Pria ini tidak menepati ucapannya. Dia bilang kalau dia akan menyelamatkan Ibunya tapi ternyata...
Dan entah kenapa, kini Miyeon mulai berpikir kalau pria di depannya ini adalah penyebab kematian Ibunya, bukan dirinya.
“Kau ingin bertanggung jawab?”
Miyeon menatap pria itu dengan mata yang mulai berair. Kenyataan tentang dirinya yang kini tidak memiliki siapapun di dunia yang kejam ini membuatnya sesak.
“Hidupkan kembali Ibuku,”
Setelah itu, Choi Miyeon melangkah menjauh. Menuruni tangga di area padat penduduk itu lalu menggigit bibirnya kencang saat memasuki area yang tidak diterangi cahaya lampu jalanan. Di tengah gelapnya malam itu, perempuan yang selalu terlihat kuat itu akhirnya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
Fanfiction(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...