Ketika membuka matanya, kepala gadis itu langsung terasa pusing. Matanya masih menyipit, berusaha membiasakan dengan cahaya ruangan. Tak berlangsung lama, denyutan di kepalanya perlahan mulai hilang. Gadis itu melenguh kecil saat berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya terasa lemas sehingga dia harus menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.
Cho Miyeon mengedarkan pandangannya. Agak sedikit bingung dengan apa yang sedang terjadi. Dia agak lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya dan sekarang tiba-tiba saja dia mendapati dirinya sudah berada di kamarnya.
Di tengah kebingungannya, tiba-tiba saja indra penciumannya berfungsi. Aroma kaldu panas mulai mengisi ruang kamarnya hingga membuat perutnya berteriak meminta untuk diisi. Namun detik itu juga dia ingat akan satu hal.
Dia belum menyiapkan sarapan untung Ong Seongwoo.
Dengan gerakan cepat, gadis itu segera lompat dari tempat tidurnya. Mengabaikan kepalanya yang terasa berdenyut sebentar karena gerakannya yang tiba-tiba, gadsi itu langsung berlari ke depan pintunya dan buru-buru melangkah ke dapur dengan kaki telanjangnya.
Bunyi khas langkah kaki yang bersentuhan dengan lantai marmer terdengar seiring kehadiran Miyeon di area dapur. Gadis itu kemudian menghentikan langkahnya ketika melihat Seongwoo yang baru saja selesai menuangkan sup ke dalam mangkuk kecil. Pria yang masih mengenakan pakaian kasual itu menyadari kehadiran Miyeon, dia menatap Miyeon sekilas kemudian berkata, "kau sudah bangun?"
Pria itu kemudian meletakkan mangkuk berisi kuah sup itu ke atas counter dapur. Miyeon masih terpaku di tempatnya, semua sarapan pagi ini sudah disiapkan oleh Seongwoo.
"Maaf, aku kesiangan," kata Miyeon pelan.
Seongwoo tak menanggapi, pria itu sedang membuka rice cooker lalu mulai menaruh secentong nasi ke dapat mangkuk.
"Biar aku saja, kau harus kerja," kata Miyeon lalu mengedarkan pandangannya ke arah jam dinding, "masih ada waktu untuk bersiap, kau pergilah, biar aku yang urus," gadis itu kini sudah berada di samping Seongwoo, berusaha ingin mengambil alih centong nasi itu namun Seongwoo tak memberikannya.
"Ong Seongwoo-ssi, biar aku yang lakukan," kata Miyeon lagi sambil menatap Seongwoo dengan dahi berkerut.
Alih-alih memberikan centong nasi itu, Ong Seongwoo justru malah meletakkannya lalu menarik tangan gadis itu lalu mendudukkan gadis itu di stool.
"Duduklah, biar aku yang siapkan," kata pria itu lalu hendak berbalik lagi.
"Itu pekerjaanku, biar aku yang lakukan," Miyeon sudah berdiri dari posisinya dan Seongwoo menoleh ke arah Miyeon dengan pandangan tajamnya.
"Duduk,"
Dan dari satu kata itu Miyeon terpaksa mendaratkan bokongnya pada stool counter dapur. Kemudian dia hanya bisa memerhatikan Seongwoo yang menyiapkan nasi lalu meletakkannya bersebelahan dengan sup yang sebelumnya ia taruh. Miyeon tidak mengerti, kenapa pria ini justru menyiapkan sarapan daripada bersiap dan pergi bekerja. Padahal seingat Miyeon hari ini Seongwoo masuk pagi, tapi kenapa dia tidak segera bersiap?
"Kau tidak kerja?" tanya Miyeon begitu Seongwoo duduk di hadapannya. Pria dengan rahang tegas itu menatap Miyeon lalu memberikan sumpit besi pada gadis itu.
"Aku ambil cuti,"
"Kenapa?"
"Apa aku harus bilang?"
"Seingatku kemarin kau bilang—
Ucapan Miyeon terputus ketika dia tiba-tiba saja ingat kejadian kemarin. Kemarin setelah mereka naik yatch Miyeon dan Seongwoo berencana untuk makan malam, tapi tiba-tiba saja...
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
Fanfiction(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...