Choi Miyeon baru saja keluar dari kopi shop Rumah Sakit. Kali ini dia berhasil membawa susu cokelatnya sampai ke dalam Rumah Sakit. Menyesapnya sesekali untuk menghangatkan tubuhnya. Karena pekerjaannya di restoran ayam sudah tidak ada, Miyeon jadi punya waktu luang di Rumah Sakit untuk menunggui Ibunya. Biarlah, hari ini dia akan berbohong lagi pada Ibunya kalau dia diizinkan bosnya untuk menemani Ibunya di Rumah Sakit. Besok saja mencari pekerjaan lainnya, dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Ibunya hari ini.
Namun, begitu dia berjalan di koridor ruang rawat pasien, dia dibuat kebingungan saat melihat ada beberapa perawat yang terlihat pontang-panting masuk ke ruang rawat Ibunya. Ada apa? Apa yang terjadi. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak, bahkan ujung jemarinya terasa mendingin biarpun sedang menggenggam susu cokelat panas. Dia melangkah lebar di tengah kepanikannya. Ketika ingin masuk, tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang karena kaget ada seseorang yang baru saja keluar.
Susu cokelatnya kembali tumpah, tidak banyak, tapi cukup untuk membuat kaos putih yang dikenakannya menjadi terlihat kotor. Orang dengan jas putih itu menatap Miyeon dengan pandangan sedikit panik, tak lama beberapa perawat di belakangnya keluar dari ruang rawat bersama dengan Ibunya yang berada di atas ranjang. Dari jarak dua langkah, Miyeon bisa melihat Ibunya memejamkan matanya. Ada apa?
"Ibu... Ibu!-
"Miyeon-ssi-
"Apa yang terjadi pada Ibuku?!" ditengah kekalutannya, Miyeon semakin kesal ketika pria berjas putih itu menghalangi jalannya. Matanya memandang ranjang Ibunya yang didorong oleh dua suster yang semakin menjauhinya. Miyeon ahirnya menatap dokter di depannya itu dengan mata nanar, "Apa yang terjadi?!"
"Nyonya Choi mengalami serangan jantung. Saat ini beliau tidak sadarkan diri, kami akan melakukan tindakan dengan memindahkannya ke ruang kate-
"Persetan dengan prosedurnya!" Choi Miyeon berteriak marah, dia menatap dokter Ong Seongwoo dengan mata berair dan kembali berkata, "tolong selamatkan Ibuku,"
Dokter itu diam, dan Miyeon kembali berkata dengan lirih, "kumohon... selamatkan... tolong selamatkan Ibuku,"
Pria tinggi itu tertegun sesaat, sebelum kemudian berkata, "ne," dia membungkukkan tubuhnya, lalu setengah berlari mengejar para perawat yang sudah lebih dulu membawa Nyonya Choi.
Choi Miyeon terpaku di tempatnya. Kakinya gemetar, bajunya yang kotor karena ketumpahan susu cokelatnya pun tidak dia pedulikan. Rasa lapar yang sebelumnya dia rasakan kini lenyap seketika. Yang saat ini dia rasakan adalah perasaan takut. Takut. Sangat takut. Kemungkinan-kemungkinan buruk mulai membayangi kepalanya dan Miyeon takut kalau pikiran negatifnya itu menjadi nyata. Tidak, dia tidak siap pada skenario terburuknya.
Tuhan, tolong. Dari sekian banyak keinginannya, tolong kabulkanlah keinginan yang ini. Tolong selamatkan Ibu.
*The Moon*
Ong Seongwoo segera memasuki ruang kateterisasi.
"Dokter, denyut nadi pasien melemah," ucap seorang suster yang sedang mengecek keadaan pasien. Masih dengan napas memburu, Ong Seongwoo segera mendekat, menatap Nyonya Choi yang memejamkan matanya dan alat bantu pernapasan sudah melekat dihidungnya.
Ong Seongwoo mengintruksikan para perawat untuk menyiapkan defibrilator, sementara itu Ong segera mengecek intensitas detak jantung pasien. Tiba-tiba saja Ong merasa sedikit panik, pasien serangan jantung akan sulit ditangani jika keadaan pasien tidak sadar. Terlebih lagi, saat ini kondisi Nyonya Choi yang semakin memburuk. Detak jantungnya berdentum cepat sedangkan alur napasnya semakin lama semakin memendek.
Pria dengan jas putih berteriak, menyuruh perawat mempercepat gerakannya menyiapkan alat defibrilator ketika monitor detak jantung yang menunjukkan garis lurus disertai bunyi melengking yang membuat jantung Ong Seongwoo terasa berhenti saat itu juga. Perawat Hwang berucap keras, memberitahu bahwa alat kejut jantung itu sudah siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)
Fanfiction(UNCONTINUED) Karena rasa bersalahnya, Ong Seongwoo nekat mengajak Choi Miyeon untuk tinggal bersamanya. Awalnya, gadis yang memiliki gengsi yang tinggi itu menolak mentah-mentah tawaran Ong Seongwoo. Namun, disaat bersamaan rintangan mulai berdatan...