The Moon (Chapter 6: Care?)

46 10 0
                                    

Choi Miyeon sampai di tempat kerjanya tepat waktu. Setelah sebelumnya sering datang terlambat, saat ini adalah pertama kalinya dia tepat waktu. Tidak perlu mendengar omelan Pak Manajer dan tidak perlu harus menundukkan kepala karena menyesali perbuatannya. Baiklah, mungkin kali ini Miyeon harus berterimakasih pada pria menyebalkan itu.

Sebelum pria itu berangkat bekerja, entah kenapa dia mau repot-repot menaruh beberapa lembar won di meja makan. Tak lupa juga secarik kertas yang bertuliskan kalau dia boleh memakai uang itu untuk naik bus. Miyeon tidak paham, bisa saja dia langsung bicara dan memberikannya pada Miyeon, tapi malah tidak ia lakukan.

Miyeon tersenyum miring. Dasar, gengsinya besar sekali. Sepertinya mereka berdua hampir mirip. Miyeon juga sebenarnya tidak terlalu suka menunjukkan rasa terimakasihnya atau sejenisnya. Dia terlalu... entah lah, selama ini dia selalu berusaha terlihat dingin dan tak tersentuh dan dia tidak ingin jika dia menunjukkan sisinya yang seperti itu, orang-orang akan melihatnya dengan tatapan yang berbeda.

Kalau diingat lagi, dirinya yang sekarang sangat jauh dengan dia yang dulu. Dulu, dia adalah anak yang ceria, suka sekali tertawa dan tak sungkan mengucapkan terimakasih pada orang lain. Tapi seiring berjalannya waktu, ketika dia dewasa, Miyeon sendiri merasa kalau sisi dirinya yang seperti itu sudah lama mati. Entah karena apa, tapi yang pasti... Miyeon merasa tidak bisa kembali seperti itu lagi.

Jika mau bertahan dengan dunia yang kejam ini, dia pun harus kuat dan tidak boleh bergantung pada orang lain. Pada akhirnya memang orang lain tidak akan bisa diandalkan, hanya dirinya lah bisa dipercaya hingga akhir.

"Miyeon-ssi!"

"Ne!" sahutan refleks itu Miyeon keluarkan ketika mendengar Manajer restoran memanggil namanya. Miyeon buru-buru keluar dari ruang ganti. Membenarkan topinya lalu melangkah menuju kasir.

"Ada pesanan," Miyeon mengangguk, kemudian mendengarkan intruksi arahan alamat dari sang Manajer. Baiklah, Miyeon merasa kalau hari ini akan berakhir baik.

*The Moon*

Memandangi jarum jam dinding yang bergerak, itulah yang sedang Ong Seongwoo lakukan. Sejak dia absen kehadiran 2 jam lalu, tidak ada pasien yang datang. Itu bagus. Bukan berarti Seongwoo ingin bersantai, tapi memang dia tidak ingin mengharapkan ada yang sakit. Saat ini dia sedang berada di IGD. Ruangan yang dimana pertolongan pertama dilakukan ketika ada pasien yang datang.

Di ruangan ini lah biasanya pasien yang datang ditentukan bagaimana jenis perawatan lanjutan yang harus dijalani sesuai diagnosa. Seongwoo ingat saat pertama kali dia menjadi dokter magang di rumah sakit ini. Dia pernah menemui berbagai macam jenis pasien dalam hari pertamanya. Ada pasien yang keracunan, serangan jantung, dan yang paling parah adalah yang mengalami kecelakaan.

Saat itu dia masih mendampingi dokter umum dan tugasnya lebih banyak memantau dan mempelajari. Namun tentu saja, praktek secara langsung berbeda jauh dengan praktek semasa kuliahnya. Ini lebih serius, karena menyangkut nyawa orang lain. Salah sedikit mendiagnosis, maka prosedur perawatan yang dijalani akan percuma.

Dahulu, Ong Seongwoo juga masih belum bisa mengendalikan emosinya. Dia mudah sekali menyalahkan dirinya sendiri saat ada pasien yang dirawatnya meninggal dunia. Dia merasa kalau dialah penyebabnya. Dia selalu merasa gagal menjadi dokter ketika harus memberikan kabar duka itu pada keluarga pasien. Namun seniornya memberitahunya, bahwa tugas dokter hanyalah sebagai perantara. Sembuh atau tidaknya pasien adalah keputusan Tuhan. Karena membuat pasien lolos dari kematian, bukanlah kuasa dokter.

"Saengnim,"

Tepukan di bahunya itu membuat Seongwoo menoleh, mendapati perawat Hwang Yiren yang sudah mengganti pakaiannya dan kini tengah tersenyum manis padanya.

2. The Moon (Wannaone Universe - Ong Seongwoo) (UNCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang