20

395 43 11
                                    

°••°

Senja benar-benar telah menelan mentari hingga cahayanya meredup bak fatamorgana. Kini sang raja malam rembulan yang menjalankan takdir alam sebagai penerang dunia kegelapan.

Tengkuk leher lelaki itu terus menunduk, bibirnya menutup tanpa kata--matanya terpejam. Sudah hampir dua jam, namun dokter dari ruang operasi belum juga keluar dan memberi kabar Taehyung tentang kondisi Sakura. Hal ini membuat Taehyung kalut, kabut kecemasan mengelilingi hatinya--bahkan detak jantung semakin terpompa seperti habis lari maraton.

Taehyung takut. Bagaimana jika? Tidak, Taehyung menepis pikiran negatifnya terhadap Sakura di dalam sana. Taehyung percaya Sakura beserta anaknya pasti terselamatkan.

Lelaki itu menatap arloji di tangan sudah menunjukkan pukul jam 6.30 petang, tapi belum ada tanda-tanda operasi selesai. Haruskah Taehyung mendobrak pintu agar ia tahu apa saja yang dilakukan dokter dokter itu didalam?

Tidak mungkin, hal gila bila Taehyung melakukan tindakan seanarkis itu. Tapi rasa gelisah terus berkecamuk. Hatinya tidak tenang.

Taehyung berdiri dari duduknya, lantas berjalan mondar-mandir supaya rasa penatnya sedikit hilang. Ia mulai memikirkan hal-hal positif.

"Sakura dan anakku pasti akan selamatkan?" batin Taehyung.

Sedangkan di dalam ruangan, 4 dokter ahli persalinan itu sedang dibuat khawatir. Peluh deras tanda cemas mengaliri pori-pori kulit mereka saat melihat beside monitor yang dipasangkan pada tubuh Sakura tiba-tiba berhenti berbunyi, bahkan gambar hati di layar menghilang satu persatu.

Salah satu dokter membuka masker.
"Dokter Yena, apa ini akhir dari kehidupan Nyonya Sakura?"

DEG

Kedua maniak hazel milik dokter Hyewon terbelalak kala mendengar pernyataan dokter Yuri, ia tak percaya bila Sakura berhenti menghembuskan nafas. Oh tidak, debaran jantung dokter Hyewon yang awalnya mulai stabil karena operasi selesai kini kembali berdetak kencang.

"Ini tidak mungkin." ucap dokter Hyewon sembari menggeleng tanda tak percaya, lantas sejenak menatap wajah Sakura yang memucat pasi.

Ketiga dokter lainnya hanya diam.

"Yuri-ssi, tolong bawa bayinya ke inkubator room." Perintah dokter Yena selaku pimpinan operasi.

Dokter Hyewon mengernyit,
"I-I-inkubator? Yena-ssi apa bayinya prematur? Kenapa harus ke ruang inkubator?" Dokter Hyewon bingung, padahal jika diperhatikan--bayi itu terlihat biasa dan tidak seperti bayi prematur pada umumnya.

"Bayi itu benar-benar dalam kondisi dia perlu oksigen dan penanganan khusus. Inkubator bukan satu-satunya ruangan untuk bayi prematur tapi juga tabung untuk membantu proses berkembangnya organ bayi selama ibunya belum sadarkan diri. Aku rasa kau tahu hal itu, Hyewon-ssi." Beritahu Dokter Yena

Lalu bagaimana dengan Sakura?

Dokter Hyewon menatap wajah Sakura, ia berjalan ke sisi sebelah kiri ranjang tempat Sakura terbujur kaku.

"Tampaknya kau sangat dekat dengan Nyonya Sakura, Hyewonie?" tanya dokter Yuri.

"Dia sudah ku anggap seperti keluarga, karena sejujurnya---" kalimat dokter Hyewon menggantung.

"Yuri-ssi, Yunjin-ssi... Segera tutup tubuh Sakura dengan kain. Jangan pernah melawan takdir, seseorang yang sudah meninggal tidak mungkin hidup kembali, Dokter Hyewon..." Celetuk mengoyak hati terucap dari bibir dokter Yena.

Sakura meninggal? Oh tidak mungkin... Jangan bercanda. Kedua dokter tersebut berusaha menutupi seluruh tubuh Sakura dengan kain, namun dokter Hyewon tetap bersikeras melindungi wajah Sakura dari kain yang hampir menutupi paras pasi wanita malang itu.

Wedding 'DUMB'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang