Seorang pemuda dengan tubuh tinggi bertelanjang dada meninggalkan salah satu pintu apartemen di pinggir kota Seoul. Beruntung selama perjalanannya menuju tempat parkir, ia tidak berpapasan dengan penghuni apartemen lain. Pun tidak dicegat oleh sekuriti dan dicurigai macam-macam.Walau, seandainya pun pemuda itu ditegur seseorang, besar kemungkinan ia tidak akan menyahut. Paras tampan dengan kulit seputih susu itu memiliki pandangan yang kosong. Seolah kesadarannya tidak ada di sana. Tubuh jangkungnya yang atletis bagaikan robot yang bergerak secara autopilot.
Begitu tiba di basement, ia memasuki mobil dan melaju menuju kediamannya.
Saat tiba di rumahnya sendiri pun entitas itu masih dalam kondisi serupa. Tak mengindahkan sapaan kedua orang tuanya yang tengah sarapan. Tidak juga menggubris kalimat ibundanya yang dengan semangat berujar,
"Yeobo! Anak kita sudah besar! Dia sudah berani pulang pagi dengan bertelanjang dada begitu! Hahahaha... Dengan siapa ya ia melakukannyaa?"
"Bukannya semalam pesta lajang alpha?"
"Heee....siapa tahu kan, dia lanjut berpesta di tempat lain--"
Walau obrolan itu mencapai indera pendengar, informasi yang dibawa bagai tak berhasil diterima oleh sel neuronnya. Seolah ada barrier di tempurung otaknya, yang menolak informasi lain selain yang berkaitan dengan apa yang ia pikirkan.
Begitu pintu kamarnya tertutup, pemuda yang tak lain adalah Jung Jaehyun itu menenggelamkan diri di kasur empuknya. Sebelah lengan dibawa menutup kelopak mata yang terpejam.
Apapun yang terjadi semalam, lupakan saja, huh?
Bagaimana mungkin ia bisa melupakan itu semua??
Di balik pelupuk matanya, Jaehyun bagai bisa me-reka ulang apa yang terjadi sekian jam kebelakang. Setelah meninggalkan TKP, benaknya bagai mendapat kesempatan untuk mencerna informasi yang didapat. Ada banyak sekali pengetahuan baru yang perlu disimpan otaknya, eh?
Seperti.....
Bibir Taeyong yang terasa begitu lembut saat mereka----
Aaaahhhh....!!!
Jung Jaehyun bergelung dan menyembunyikan wajah di balik bantal. Seratus persen yakin telinganya sudah semerah kepiting rebus saat ini. Kalau dipikir sekarang, kejadian itu tak ubahnya mimpi. Seandainya ia tidak mengingat bagaimana rasa bibir sewarna cherry itu saat menyentuhnya, Jaehyun mungkin akan meyakini dirinya hanya berhalusinasi.
Tanpa sadar menyentuh bibirnya sendiri, pemuda ini menghela nafas panjang.
Mungkin akan lebih baik bila ciuman itu hanya mimpi. Karena itu berarti pertengkarannya dengan Taeyong pun sekedar mimpi.
Ia tidak ingin datang ke kampus dan menemukan fakta bahwa hubungan mereka telah rusak. Hubungan rapuh yang tak lebih dari senior-junior.
Sel neuron Jaehyun mau tak mau menarik inti permasalahan yang mendasari segala kejadian kemarin : status Taeyong.
Bila seseorang memberitahunya bahwa Taeyong ternyata berstatus omega, pemuda ini akan merasa gembira. Karena ia tak lagi memiliki halangan untuk mengejar cintanya. Walau, kegembiraan itu akan dibarengi dengan ketidakpercayaan dan berakhir mengasihani diri atas kemustahilannya.
Akan tetapi, tak sampai 12 jam lalu, dengan kelima inderanya, ia menerima informasi bahwa Taeyong adalah omega.
Sebenarnya Jaehyun bukan orang yang sangat mengklasifikasikan status orang lain. Mengingat dirinya sendiri sering dikata melenceng dari imej seorang alpha, pemuda ini tak memiliki stigma tertentu pada status lain. Hanya saja......
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Cinta Sang Alpha
Sonstiges"Jae, kau tidak mau punya pacar apa? Di antara kita hanya kau yang belum punya mate." Jaehyun paling sebal kalau teman-temannya sudah mengungkit soal itu. Siapa yang bilang dia tidak mau punya kekasih?? Tiap hari juga dia iri dengan teman-temannya...