Selepas kepergian Jaehyun, Lee Taeyong tidak berlama-lama mengasihani diri di muka pintu. Pemuda ini dengan segera bangkit untuk membersihkan kamarnya.
Yang dimaksud membersihkan di sini bukan hanya sekedar merapikan dan menyapu, melainkan benar-benar membersihkan. Tiap jengkal kamarnya ia gosok dengan sikat dan desinfektan. Bukan hanya lantai, tapi juga permukaan meja, pintu, lemari, bahkan rangka kasur. Seluruh tempat itu juga ia semprot dengan febreeze. Tak menyisakan satu celah pun. Hingga tak ada bau lain yang terhirup penciumannya selain bau febreeze dan desinfektan.
Setelah itu, ia merendam sprei, selimut, serta pakaian yang dikenakannya semalam dalam ember penuh busa. Kain-kain itu lalu ditariknya keluar untuk digosok di papan cucian. Sebelum kembali direndam, lalu ditarik dan digosok kembali. Berulang-ulang hal itu dilakukannya. Rasanya tidak mengherankan bila kain itu menjadi pudar atau bahkan nyaris robek.
Selama mengerjakan itu semua, bibir tipis sesekali menggumam, "Kotor. Masih kotor."
Saat hendak menggosok sebuah jaket berwarna hitam, namun, pergerakan tangannya terhenti. Aroma samar yang tercium di antara bau deterjen dan desinfektan membuat pemuda ini termangu. Bagai terhipnotis oleh aroma yang memabukkan. Sekeping memori yang berusaha dikuburnya, kembali naik ke permukaan dan menjeratnya bak fatamorgana.
Ting. Tong.
Lamunan Taeyong terputus oleh suara bel. Mengira itu adalah orang yang ditunggunya, pemuda ini dengan segera berlari menuju pintu. Nyaris terpeleset akibat kakinya yang basah.
Akan tetapi, saat lapis kayu bercat putih itu dibuka, raut penuh harapnya berganti dengan ekspresi terkejut. Yang bertahan setengah detik sebelum berganti menjadi horor. Dan detik berikutnya, pintu itu kembali dibantingnya hingga menutup.
"Apa yang kau lakukan di sini Jung Jaehyun??" Pertanyaannya lebih terdengar bagai sentakan. Walau jemari kurus yang menggenggam handle pintu tampak gemetar.
Jung Jaehyun yang mendapati pintu dibanting di depan wajahnya sebelum ia sempat mengucapkan apapun, justru bergerak semakin dekat. Merapat pada celah pintu untuk menyampaikan kalimatnya.
"Kau sudah makan, Hyung? Mau kubelikan sesuatu?"
Bagai reka ulang kejadian semalam.
Bedanya, beberapa jam lalu, Taeyong menginginkannya di dalam sementara Jaehyun bersikeras berada di sisi lain pintu. Kini, keadaan bagai berbalik.
Di dalam apartemennya, Taeyong tersentak karena baru teringat sesuatu. Kepalanya menoleh cepat ke arah meja makan, di mana segelas susu dan sepiring omelet rice telah dingin dan belum tersentuh.
Ia lupa.....
Taeyong telah membuka mulut untuk memberikan jawaban tak bersahabat atas pertanyaan Jaehyun. Namun, benaknya memutar kembali perkataan Sang Alpha saat ia mengusirnya tadi pagi. Membuat perutnya melilit dan tenggorokannya terhimpit. Tak kuasa membalas kebaikan itu dengan lontaran kata tak mengenakkan.
Bagai mengerti ketiadaan respon sebagai jawaban negatif, Jung Jaehyun di sisi lain pintu kembali berujar. "Jangan lupa makan, Hyung. Jangan sampai sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Cinta Sang Alpha
Random"Jae, kau tidak mau punya pacar apa? Di antara kita hanya kau yang belum punya mate." Jaehyun paling sebal kalau teman-temannya sudah mengungkit soal itu. Siapa yang bilang dia tidak mau punya kekasih?? Tiap hari juga dia iri dengan teman-temannya...