Haruskah Kita...?

3.6K 539 91
                                    

Jaehyun tidak ingat kapan ia tertidur. Pemuda ini terbangun masih dalam posisi duduk bersandar ke pintu kamar Taeyong. Barangkali ia terbangun karena kepalanya membentur kusen. Atau karena lantai yang dingin. Jangan lupa, Jung Jaehyun hanya mengenakan celana jeans karena jaket dan kausnya ia serahkan pada Taeyong.

Melirik keluar jendela, matahari belum sepenuhnya muncul. Semburat jingga dini hari masih berpadu dengan langit biru tua. Beruntung ini hari Minggu sehingga ia tak perlu mengkhawatirkan soal kelas.

"Hyung?" Jaehyun mengetuk pintu kamar perlahan. Ia tidak tahu berapa lama heat berlangsung. Apakah Taeyong sudah tidak di bawah pengaruh nafsu? Atau ia hanya terlelap kelelahan? Jung Jaehyun tak bisa memastikan.

Setelah meyakinkan miliknya tidak lagi...ehem...keras, dan pikirannya cukup jernih, alpha muda ini memutar kunci dan perlahan membuka pintu kamar. Seketika aroma khas omega beserta cairannya yang menggoyahkan iman menerpa penciuman Jaehyun.

Hati-hati ia mendorong lapis kayu itu. Khawatir membentur Taeyong yang mungkin saja tertidur di ambang pintu. Dan benar saja dugaannya. Ia tak bisa membuka pintu lebih lebar karena terantuk postur Taeyong yang bergelung di lantai. Meringkuk di antara jaket dan kausnya yang dililit di sekitar tubuh dan didekap sedemikian rupa.

Lelaki itu tampak tertidur dengan pulas. Mungkin kelelahan.

Jaehyun menyelinap melewati celah pintu. Untung saja cukup besar untuk dilewati tubuh bongsornya. Berjongkok di dekat Sang Senior, sebelah tangan terulur untuk mengusap jejak air mata di wajah tirus. Ada ngilu di hatinya membayangkan bagaimana Taeyong melewati semalam dengan penuh tangis. Ia tak mengerti apakah heat memang semenyiksa itu.

Mulanya Jaehyun masuk hanya ingin mengecek kondisi Taeyong. Mungkin membantunya berbaring di kasur agar tidak masuk angin. Akan tetapi, melihat kekacauan di dalam, Jaehyun memberanikan diri untuk mengangkat tubuh Taeyong ke kamar mandi.

Tindakan yang sangat beresiko, ya. Taeyong bisa saja terbangun dan marah atas tindakan tak sopannya. Atau bisa jadi masa heat-nya belum selesai dan Jaehyun membuatnya semakin sulit. Jaehyun paham itu. Hanya saja, ia tak bisa membiarkan lelaki pujaannya tertidur dalam keadaan seperti itu.

Sambil berdoa agar Taeyong tidak terbangun, alpha satu ini mendudukkannya di bath tub yang belum terisi air. Dengan hati-hati ia melepas pakaian Taeyong.

Barangkali karena entitas aslinya ada di sana, Taeyong yang masih terpejam, melepaskan jaket dan kaus Jaehyun dengan mudah. Lengannya ganti melingkari leher Sang Alpha bagai mendekap guling. Gestur sederhana yang sempat membuat Jaehyun tekejut, sebelum kemudian parasnya dihiasi senyum penuh kasih. Seandainya saja ini adalah rutinitas yang bisa mereka lakukan tanpa rasa bersalah ataupun perasaan takut.

Ia sempat bimbang saat harus melepas celana dalam Taeyong. Namun, karena lelaki di hadapannya masih memeluknya dari dalam bath tub hingga pandangan Jaehyun sebenarnya terhalang, pemuda ini pun melepaskan seluruh kain yang melekat. Dan ia berakhir memandikan Taeyong dalam posisi masih memeluknya. Badannya sendiri mau tak mau ikut basah dalam upayanya mengeramasi helai merah.

Selama beberapa waktu ia membiarkan omega itu berendam. Jaehyun mencondongkan tubuhnya agar Taeyong tidak terlalu memelintir pinggangnya. Memposisikan diri agar lelaki yang dikasihinya itu mendapatkan posisi senyaman mungkin.

Membiarkan air hangat membersihkan entitas di hadapannya, Jaehyun bersenandung pelan. Sesekali menepuk-nepuk kepala yang bersandar di ceruk lehernya, bagai meninabobokan seorang bocah.



Tak bisa mencari handuk dengan posisi seperti ini, Pemuda Jung mengangkat tubuh tak berbusana Taeyong kembali ke kamar. Sepanjang prosesnya, Jaehyun berusaha keras menjaga pandangan.

Perjuangan Cinta Sang AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang