"Jaehyunnniiieeee~~~"Baru saja Jaehyun keluar kelas, suara yang teramat familiar terdengar. Tidak lama, tubuhnya langsung digelayuti oleh tangan-tangan ramping yang juga familiar.
"Hai, Hyung," sapa alpha satu ini dengan senyum di bibir.
"Jangan coba-coba kabur latihan kau yaaa!" Lelaki bertubuh mungil yang ia panggil hyung itu berujar sambil menyeretnya pergi.
Jaehyun terkekeh. "Aku tidak berniat kabur latihan kok, Ten-hyung," ujarnya, membiarkan tubuh bongsornya digelayuti dan diserer menuju studio tempat Klub Dance biasa berlatih.
Berhubung tadi Ten tiba-tiba menyeretnya pergi, Jaehyun jadi lupa pamit pada Eunwoo. Mengeluarkan ponsel, lelaki ini mengirim pesan pada Eunwoo untuk menjadwalkan pengerjaan tugas kelompok mereka. Sementara di sampingnya, Ten berceloteh macam-macam.
Sepanjang perjalanan menuju gedung Jurusan Musik, Jaehyun bisa merasakan banyak pasang mata memperhatikan mereka. Beberapa alpha bahkan menunjukkan terang-terangan tatapan cemburunya.
Hahh... Susah memang berjalan dengan primadona kampus.
"Hyung. Kalau kau menempel begini orang nanti salah paham," Jaehyun berbisik pada Ten yang masih merekat di lengannya bak koala.
Senior terpaut satu tahun mendongak dan menelengkan kepalanya. "Salah paham apa?" tanyanya dengan seulas smirk samar.
Jaehyun bisa merasakan omega di sampingnya ini tengah menguarkan feromonnya. Sengaja sekali memang hyung-nya yang satu ini.
"Hyuuuungg jangan menggodakuuu. Aku tidak mau mati di tangan Johnny-hyung," rengek Jaehyun. Bagaimanapun cintanya ia pada Taeyong, kalau diberi feromon kuat sambil digelayuti begini, Jaehyun juga takut khilaf.
Ten tertawa jahil dan menghentikan pesona omega-nya. "Kau menggemaskan sekali sih, Jae. Kau menantangku untuk menggodamu," ujarnya.
Sontak saja Jaehyun mengerutkan kening. Menantang bagaimana, coba? Ia alpha baik, kok. Tidak suka menantang-menenteng.
Sebelum Jaehyun sempat bertanya lebih jauh, mereka sudah tiba di ruang latihan. Pintu ruangan setengah terbuka dan degup jantung Jaehyun naik jadi dua kali lebih cepat saat melihat pujaan hatinya sudah ada di dalam.
"Taaeyooonggiiieeeee~~~~"
Begitu melihat Taeyong, Ten langsung melepas rangkulannya di lengan Jaehyun dan ganti menghamburkan diri pada alpha yang tengah serius melihat ponselnya--mungkin sedang memonitor sesuatu.
Tidak, Jaehyun tidak iri pada Ten yang bisa dengan bebas melingkarkan tangannya di tubuh Taeyong. Ia juga tidak iri dengan Ten yang mengusakkan wajahnya manja sementara jari-jari panjang Taeyong mengelus rambutnya. Jaehyun tidak iri, kok......
Hanya sesaat ingin bertukar tempat dengan Ten saja.
"Hai, Jae."
Paras yang teramat rupawan itu kemudian menoleh dan menyapanya.
Dan Jaehyun tiba-tiba kesulitan bicara. Bagaimana tidak? Taeyong terlihat sangat tampan dengan rambut merahnya yang dibelah dan disisir ke belakang, menampilkan dahinya yang indah. Mata hitamnya tertuju padanya, yang walaupun masih ditemani garis tegas alis tebalnya, menunjukkan sorot bersahabat. Belum lagi bibir tipisnya yang tertarik membentuk senyum. Hanya sedikit tarikan di ujung, memang. Tapi, masih terhitung sebagai senyum, kan?
Betapa seulas senyum tipis Taeyong begitu berharga!
Tidak mampu berkata-kata saking terpesonanya, Jaehyun hanya melambaikan tangan dengan cengiran bodohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Cinta Sang Alpha
Aléatoire"Jae, kau tidak mau punya pacar apa? Di antara kita hanya kau yang belum punya mate." Jaehyun paling sebal kalau teman-temannya sudah mengungkit soal itu. Siapa yang bilang dia tidak mau punya kekasih?? Tiap hari juga dia iri dengan teman-temannya...