2 - Guest

100 14 0
                                    

Sepulang sekolah, Rean dan teman-temannya sudah berniat akan bermain ke rumahnya. Rean ini sudah seperti ketua geng di sekolah. Tapi, ketua geng bukan anak berandalan. Rean anak baik-baik, hanya saja memiliki empat orang sahabat laki-laki yang selalu saja membuntuti.

Seperti biasa, Rean akan selalu menunggu Tazia agar pulang bersama. Karena jadwal kelas 11 dengan kelas 12 berbeda. Kelas 12 tidak begitu padat karena sebentar lagi akan ujian. Justru dipadatkan pada saat kelas 11.

Rean sudah berada di parkiran sekolahnya. Duduk di sebuah motor besar berwarna merah miliknya dan memegang ponsel. Sudah lumayan lama ia menunggu Tazia di sini. Namun, adiknya itu tak kunjung datang.

Rean : masi lama ga?

Akhirnya, ia mengirimi Tazia pesan. Dan selang beberapa menit kemudian pesannya dibalas oleh Tazia.

Tazia : sebentar, lagi beres beres

Rean : oke

Rean memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantung celana. Ia menatap sekitar.

"Yan, adek lo lama amat sih." Protes Eri pada Rean yang mulai bosan menunggu.

"Bentar lagi juga nyampe," ujar Rean santai.

Sebelumnya Rean memang sudah memberitahu kepada teman-temannya bahwa ia akan menunggu adiknya bubaran terlebih dahulu.

Terlihat Tazia dan Vita yang sedang berjalan di dekat lapangan sekolah. Tazia dan Vita sedang mengobrol dan sesaat kemudian keduanya saling ber-dadah-ria. Tazia berjalan menghampiri Rean dengan wajah ceria seperti biasa.

"Hoi! Udah nunggu lama ya? Tadi Bu Dian lama banget ngocehnya, jadi baliknya lama." Jelas Tazia memberitahu Rean.

Rean sudah memberikan helm kepada Tazia dan langsung dipakai oleh adiknya itu.

"Temen-temen gue mau main ke rumah," beritahu Rean.

Rean berdiri lalu memakai helmnya. Lalu, mulai menaikkan motornya.

"Oh? Gue gak tau kalo temen-temen lo mau ke rumah. Maap ya, Kakak-Kakak kalo nunggu lama." Tazia terkekeh.

"Sans, Dek sama kita-kita mah. Ye gak, bro?" Ujar Wildan.

"Iya, santai aja, Dek. Tadi 'kan udah gue bilang,"

Itu suara Rizan. Kakak kelas yang bertubrukan dengannya tadi pagi. Rean menyuruh Tazia untuk segera naik ke boncengannya.

Seperti biasa Tazia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong hoodie yang digunakan Rean. Ia takut seperti sebelum-sebelumnya ketika ia dibonceng dengan sangat kencang dan hampir membuat Tazia terjengkang.

"Udah kayak orang ngebucin aja lo berdua," celetuk Lio yang hanya ditanggapi kekehan oleh Rean dan Tazia.

"Trauma gue, Kak." Ucap Tazia.

Lalu, mereka berlima mulai melajukan kendaraannya. Menyusuri jalanan sore yang kian memadat karena banyak anak sekolah lain yang juga pulang sekolah.

Sesampainya di rumah, mereka memarkirkan motornya di pelataran rumah dengan berjajar. Lalu, masuk ke dalam rumah yang didahului oleh Tazia.

Sedikit lagi Tazia menginjakkan kakinya ke tangga untuk menuju kamar miliknya yang berada di lantai dua. Dirinya dipanggil oleh Rean sang kakak.

"Ta, kayak biasa ya."

Sontak, Tazia menoleh ke arah belakang. Sekumpulan cowok-cowok itu sudah terduduk manis di sofa. Sedangkan, Rean masih berdiri sambil menenteng tas ranselnya.

"Kayak biasa apaan!?"

"Masak, lo 'kan jagonya, Ta."

Di rumah sebesar ini mereka mempunyai asisten rumah tangga yang pulang-pergi setiap hari karena jarak rumahnya yang dekat dengan komplek. Jadi, pagi datang, setelah pekerjaan selesai, sorenya akan pulang.

"Ish! Iya deh iya, tapi gue ganti baju dulu."

Baru satu tangga saja Tazia melangkahkan kakinya, lagi-lagi ditahan oleh Rean.

"Eh, tunggu!" Rean berjalan mendekat ke arah Tazia lalu memberikan tas ranselnya kepada adiknya itu.

"Sekalian nitip," Rean terkekeh. Tazia memberenggut kesal.

Mau tak mau ia menuruti perintah kakaknya itu. Menaruh tas Rean di dalam kamarnya, mengganti baju dengan pakaian rumah, dan segera memasak untuk teman-temanya Rean.

Tazia memang pintar memasak. Keturunan dari sang ibu kandung. Sekarang, ia tinggal bersama papa dan ibu tirinya. Keduanya sama-sama sibuk bekerja di kantor.

•••

Kalo ada typo bilang ya.

Mangatin nugas napa, tugas gue banyak amat ini woi :(

VOTE COMMENT YAH BABE💚

RIZZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang