19 - Answer

30 9 0
                                    

Pagi-pagi sekali Tazia sudah bangun. Kira-kira sekitar pukul enam pagi. Ia langsung pergi ke dapur untuk masak. Perutnya terasa lapar saat tengah malam. Karena ia tak makan lagi sehabis dari kafe.

Tazia menghirup aroma masakannya. Membuat perutnya semakin meronta meminta makan. Ia menyajikan masakan buatannya ke piring lalu ia bawa ke meja makan untuk disantap.

Bunyi piring dan sendok terdengar berdenting. Ia sarapan seorang diri tanpa mau direcoki oleh sang kakak. Namun, tak disangka, terdengar sebuah bangku yang ditarik oleh sang empu yang langsung duduk di hadapan Tazia.

Rean bangun dengan keadaan muka bantalnya. Belum cuci muka apalagi sikat gigi. Ditambah rambutnya yang terlihat urakan.

"Tumben bangun pagi lo, gak sabar jawab pertanyaan gue semalem ya?" Tanya Rean.

Tazia berhenti mengunyah seketika. "Laper gue," ia kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Masih inget ternyata, gue kira udah lupa."

Rean tersenyum miring. "Mana bisa gue lupa, jawaban lo gue tunggu-tunggu dari sebelum gue tidur."

Tazia menghela napas pelan. "Nanti gue jawab, gue mau makan dulu dengan khidmat. Lo jangan ganggu, mending mandi dulu sana!"

Rean tengah mengambil minum. Ia kembali duduk di hadapan Tazia sambil meneguk segelas air putih.

"Emang lo udah mandi?" Ledek Rean.

"Udah," jawab Tazia ragu.

"Bohong aja, gue tau ya gimana muka lo kalo udah mandi."

"Glowing ya, Kak?" Tazia terkekeh.

Rean tersenyum meledek. "Gue mandi, lo bikinin gue sarapan. Okey?"

Rean berdiri lalu berjalan menuju kamarnya untuk mandi.

"GAK MAU! BIKIN AJA SENDIRI," jawab Tazia sambil berteriak.

Teriakan Tazia barusan tak dihiraukan Rean ternyata. Setelah mandi, Rean menghampiri Tazia yang sedang asyik bermain ponsel sambil merebahkan tubuhnya di sofa. Rean langsung menarik tangan adiknya itu dan diseret ke dapur.

"Kak, ih... Gue mager," rengek Tazia sambil memegang ponselnya di tangan kanan.

"Gak boleh mager lo buat masakin kakaknya sendiri juga. Buruan masak! Yang enak ya, Mbak. Ditunggu nih, perut saya udah laper banget ini." Rean duduk di bangku.

"BOSSY LO!!" Kesal Tazia.

Mau tak mau Tazia memasak untuk Rean. Setelah jadi, Rean mengajak Tazia untuk menemani makan di sofa. Sambil mengobrol.

"Jadi gimana, Ta?" Tanya Rean meminta penjelasan.

Tazia sedang me-scroll beranda Instagram-nya.

"Makan dulu ah abisin,"

"Sambil makan gue dengerin, Ta."

"Gak mau, Kak."

"Harus mau,"

"Maksa dih!"

"Cepet gak!?"

Tazia berdecak kesal. "Apa sih pertanyaannya? Gue lupa,"

Rean memutar bola mata malas. "Pura-pura lupa lo mah, Ta, kayak judul lagu."

Tazia terkekeh.

"Ngapain lo janjian sama si Aree?" Tanya Rean.

"Gak sopan lo sama alumni!" Tazia melempar bantal ke arah Rean yang sedang makan.

"Bodo amat," jawab Rean tengil.

"Dia ngajak ketemuan, ada yang mau dia omongin sama gue. Kalo lewat DM gak enak katanya,"

"Ngomong apaan dia ke lo?"

"Sewot amat sih, Kak? B aja kali,"

"Gak bisa, Ta."

Diam-diam ada seorang cowok yang hendak masuk ke dalam rumah namun langkahnya terhenti karena ingin mendengar lebih ucapan Tazia. Ia berdiri di balik pintu tanpa berniat masuk sebelum Tazia mengatakan yang selanjutnya.

"Dia suka sama gue, Kak."

Rean terkejut. Ia berhenti mengunyah dan meneguk minumnya. Matanya terbelalak kaget.

"Terus?" Tanya Rean cepat.

"Waktu itu dia nembak gue,"

"Terus-terus?"

"Gue gantung sampe sekarang,"

"Terus?"

Rahang cowok yang sedang menguping mengeras.

"Sekarang dia udah punya kerjaan tetap, udah mapan."

"Gak penting,"

"Terus, kemaren dia lamar gue." Ucap Tazia dengan santainya.

Brak!

Pintu rumah terbuka dengan keras. Terlihat Rizan dengan wajah yang tidak biasa saja dan kedua tangan yang mengepal.

Tazia menatap ke arah Rean. Rean menatap Rizan dan Tazia bergantian.

"E... Ta, g-gue.." Rean hendak menjelaskan.

"Lo udah janji ya semalem buat gak bawa-bawa Kak Rizan," ucap Tazia penuh penekanan dan setengah berbisik. Ia menatap tajam ke arah kakaknya itu.

Rizan mendekat ke arah mereka. "Gue udah denger semuanya, Ta. Semalem Rean gak bilang ke lo kalo gue bakal ke sini pagi-pagi?"

What the fuck! Kenapa bisa barengan pas Tazia ngejelasin semuanya sih? Batin Rean.

Tazia mengulas senyum terpaksa sambil menggeleng.

"E... Sebenernya Rizan emang gue suruh dateng lagi ke sini pagi-pagi, Ta. Karena -"

"Karena kemaren dari abis Maghrib sampe abis Isha gue di sini nungguin lo balik, Dek. Tapi, lo gak dateng-dateng. Jadi gue lebih milih balik dan bakal dateng lagi ke sini besok pagi." Jelas Rizan sedikit emosi.

"Maaf, Kak." Hanya itu yang bisa Tazia ucapkan untuk Rizan.

"Gue balik dulu. Mungkin lo masih mau ngejelasin semuanya ke Rean." Rizan melenggang pergi begitu saja.

Rean menatap wajah Tazia yang sudah terlihat frustrasi. Tazia memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya.

"Gue udah pusing diteror sama Kak Aree ditambah sekarang Kak Rizan yang udah tau tentang gue sama Kak Aree, Kak. Udahlah."

Rean hendak menggenggam tangan Tazia namun langsung Tazia tepis. Rean menatap Tazia iba. Ia tak tahu harus apa sekarang.

•••

Nahloh masalah lagiii

Selamat hari kemerdekaan yang ke-75!🇲🇨 Semoga Indonesia merdeka dari corona, aamiin...

Vote comment jangan lupa!😉

RIZZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang