Vote dulu!
•••
Rean sedang asyik bermain gitar di ruang televisi bersama Wira dan Ella. Sesekali ia melihat ke arah ponselnya untuk melihat chord karena tidak semua lagu ia hafal chordnya.
Tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk dari ponselnya. Langsung ia membuka dan membacanya.
Aree
Yan
Ke rumah mama lo cepet
SekarangRean
Ngapain kenapa ada apaAree
Penting
Trauma adek lo kumat gara gara cowo gue gatau siapa
Tungguin aja bentar lagi juga emak lo nelponSontak, Rean meletakkan gitarnya di atas sofa. Lalu, ia fokus menatap ke arah ponsel. Sedangkan, Wira dan Ella sibuk menonton televisi yang sedang menayangkan sebuah sinetron.
Drt drt drt.
Mama is calling...
Dan benar saja. Reni menelepon Rean. Langsung saja ia terima panggilan itu.
"Halo, Assalamu'alaikum, Ma." Salam Rean dengan nada tenang.
Lantas, Wira dan Ella menatap ke arah Rean yang sedang meletakkan ponselnya ke dekat telinga sebelah kanan.
"Wa'alaikumsalam, Rean. Kamu lagi sibuk gak, nak?"
"Enggak kok, Ma. Ada apa?"
"Bisa tolong antar seragam sekolah Tazia buat besok, Yan?"
"Oh, bisa. Kalo gitu Rean siapin dulu ya, Ma."
"Iya, sayang. Hati-hati di jalan ya."
"Iya, Ma. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam..."
Rean membawa ponselnya lalu beranjak. Sedangkan pandangan Wira dan Ella masih bingung ke arah Rean.
"Mau ke mana, Yan?" Tanya Wira.
"Ke rumah Mama, Yah." Jawab Rean.
"Ada apa sama Mama? Atau sama Tazia?" Tanya Ella penasaran.
"Trauma Tazia kambuh, Bu. Dia bakal nginep di sana, ini Rean mau bawain bajunya."
"Ya Allah, ya udah, Yan. Kasian adek kamu, ditenangin ya." Ucap Wira.
"Iya, Yah. Rean ke atas dulu, Yah, Bu." Pamit Rean.
Wira dan Ella termenung. Ia merasa sedih. Pertama karena saat dirinya dan Ella sudah menepati janji bahwa mereka akan sering berada di rumah namun Tazia justru pergi ke rumah Reni. Dan yang kedua karena trauma anak gadis satu-satunya itu muncul kembali. Wira tahu bahwa Tazia sangat takut jika dibonceng kebut-kebutan.
Karena satu kejadian.
"Tazia punya trauma apa, Mas?" Tanya Ella bingung.
"Dulu, Tazia mau berangkat sekolah, tapi Rean lagi sakit jadi gak bisa sekolah. Terus, aku juga gak bisa anter Tazia sekolah karena jarak dari sekolah Tazia ke kantor sangat jauh."
"Aku suruh dia pesan ojol. Dan ternyata ojol itu bawa motornya kebut-kebutan, nyalip sana nyalip sini. Kamu bisa bayangin gimana rasanya pagi-pagi buta diajak kebut-kebutan, pasti kaget 'kan?"
"Pulang sekolahnya dia cerita ke Reni sama aku juga Rean. Katanya, sampai di sekolah dia langsung lemas dan disuruh minum sama teman sekelasnya. Tazia langsung kasih bintang satu buat ojol itu."
"Sejak saat itu, Tazia jadi trauma kalau diajak kebut-kebutan apalagi menyalip sebuah kendaraan baik motor maupun mobil." Jelas Wira panjang lebar dan sangat detail.
Ella mengangguk-anggukkan kepalanya paham dengan penjelasan Wira.
"Aku turut prihatin. Kasihan Tazia. Rasanya pasti takut banget, Mas."
Wira mengangguk. Ia menghela napas gusar. "Sekarang, kita udah di rumah gini, dia malah nginap di Reni. Sedih ya, La?" Ucap Wira memasang raut wajah sedih.
"Iya-ya, Mas. Mungkin seperti ini yang dirasain Tazia pas kita gak di rumah. Sepi, Mas."
Sedangkan dengan keberadaan Rean. Ia memasukkan baju-baju Tazia ke dalam tas ransel miliknya. Setelah selesai dimasukkan semuanya, ia menggendong tas itu dan keluar dari kamar Tazia.
Rean menuruni satu persatu tangga dengan sangat cepat.
"Yah, Bu, Rean berangkat dulu ya." Pamit Rean.
"Iya, Yan. Hati-hati ya, sayang!" Ucap Ella.
"Siap. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Jawab Wira dan Ella bersamaan.
Rean langsung menancapkan gas menuju rumah Reni dengan kecepatan penuh. Ia akan menghabisi siapapun orang yang membawa Tazia kebut-kebutan dan membuat traumanya kambuh kembali.
Bisa-bisanya nyakitin Tazia dengan cara ini. Gue gak terima adek gue terluka. Batin Rean.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIZZIA
Подростковая литератураBerawal dari saling DM di Instagram. Tazia jadi memiliki perasaan. Namun, ia pikir, untuk apa mengejar dia yang entah sudah ke mana? Lebih baik dengan yang sudah ada di depan mata. Rizan, kakak kelas Tazia yang menurutnya memiliki wajah yang mirip d...