7 - Alumni

62 11 0
                                    

Pagi ini matahari terlihat cerah, secerah wajah Tazia yang sedaritadi tersenyum sendiri. Berjalan di sepanjang koridor sekolah, menebar senyuman manis, menyapa dengan ramah kepada tiap orang yang ia kenal.

Sampai di kelas, sudah ada Vita yang duduk di bangku sambil memainkan ponsel dan mendengar lagu memakai earphone.

Vita yang menyadari kedatangan Tazia pun langsung melihat ke arah teman sebangkunya itu.

"Selamat pagi, Pita suaraku!" Sapa Tazia dengan wajah berseri. Lalu, ia meletakkan tas ranselnya di bangku dan mendudukkan diri di sebelah Vita.

"Tumben amat muka lo cerah gitu, Ji. Lagi jatuh cinta ya?" Ucap Vita menebak-nebak.

Tazia tersenyum senang. "Emang biasanya muka gue kayak gimana, Pit?"

Tazia menopang dagunya menggunakan tangan kirinya sambil melihat ke arah Vita.

"Gak ada senyum-senyumnya!"

"Dih, tiap hari aja gue sapa temen-temen gue dari anak kelas lain. Emangnya elo gak punya temen,"

"Oh, berarti lo bukan temen gue ya? Oke, fine."

Tazia terkekeh. "Canda kali, Pit, elah baperan lo!"

"Eh, tapi serius deh, Ji. Lo kenapa sih? Ditembak cowok ya? Seneng dianter balik sama Kak Rizan? Atau, di -"

"Syuttt, salah semua tebakan lo. Btw, kok lo tau gue dianter balik Kak Rijan?"

"Iya dong! Gue 'kan mata-mata," Vita tertawa kencang.

"Diem ya, lo jangan ngomong-ngomong." Bisik Tazia.

Vita mengacungkan jempol ke Tazia. "Siap, bosku! Tapi, lo harus cerita alasan lo senyum terus hari ini."

Tazia menarik napas lalu mengembuskannya. "Okey, jadi, lo liat story WhatsApp gue yang semalem 'kan?"

Vita mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti dan membulatkan mulut. "Ooohhh, jadi karena lo DM sayang-sayangan sama si alumni itu?"

Ah, mengingatnya saja membuat Tazia baper gak ketulungan. Membuat perut terasa hangat dan tersenyum tiada hentinya.

Tazia tersenyum lebar. "Ya gitu deh, Pit."

Vita mencolek-colek pipi Tazia. Menggoda sahabatnya itu yang sedang berbunga-bunga.

"Udah, jadiin aja sih sama Kak Aree."

"Ah, gak taulah. Ikutin aja alurnya gue mah, Pit. Tapi, ya Pit, Kak Rijan mirip gak sih sama Kak Aree?"

"Iya-ya? Ih, iya tau, Ji. Mirip sih, tapi lebih bersihan Kak Rijan. Kayaknya juga lebih bad boy-an Kak Aree,"

Tazia tersenyum. "Kok bisa gitu ya, Pit?"

"Kebetulan aja kali, Ji. Tapi, kalo diliat-liat cakepan Kak Rijan tau, Ji."

Tazia pura-pura sedang berpikir. Meletakkan jari telunjuk di dagu dan sedikit menengadahkan kepala.

"Hm, kayaknya -"

Ucapan Tazia terhenti karena dipotong oleh guru yang masuk untuk mengajar di jam pertama. Saking serunya curhat-curhatan, mereka lupa kalau jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Tanda bahwa pelajaran akan segera dimulai.

•••

Vote comment💚

RIZZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang