27 - Sebenarnya

26 7 0
                                    

Tok tok tok.

Terdengar suara orang yang sedang menggedor-gedorkan pintu rumah. Reni mengintip dari jendela. Ia bisa melihat jelas siapa yang datang ke rumahnya sore-sore seperti ini.

Ia memutar kunci lalu memegang knop pintu dan membukanya. Menampilkan seorang lelaki paruh baya dan perempuan di sebelahnya yang masih terlihat lebih muda dibanding dirinya dan lelaki itu.

"Mana Tazia?" Tanya Wira tidak santai.

"Mau ngapain?"

"Jemput dia-lah! Besok dia sekolah," Wira memaksa untuk masuk ke dalam rumah, berniat mencari keberadaan anak gadisnya. "Ta! Keluar kamu! Ayo, pulang, besok kamu harus sekolah." Teriak Wira.

Ia membuka pintu kamar namun tak bisa karena pintunya dikunci dari dalam. Jelas, karena di dalam ada Tazia.

Tazia kebingungan harus bagaimana. Apa buka saja pintunya? Atau tidak?

Tok tok tok.

Wira mengetuk pintu kamar dengan kencang dan tak sabaran.

"Keluar, Tazia. Atau saya dobrak pintunya!?"

Ceklek.

Dengan terpaksa Tazia membuka pintunya dan memunculkan wajahnya yang ditekuk.

"Apaan sih, Yah? Ini rumah Mama, jangan main ngerusak gitu aja dong!"

"Cepet kemasi barang-barang kamu. Kita pulang sekarang," ucap Wira tegas.

"Mas, mungkin Tazia masih mau nginep di sini.." ucap Ella lembut.

Tazia tak tahu, ucapan ibu tirinya itu benar tulus sampai berbicara selembut itu atau hanya setting-an saja. Bukannya masuk ke dalam kamar untuk mengambil tasnya, ia justru berjalan mendekat ke arah Reni dan menggandeng tangan Mamanya itu. Ia tak mau pulang dan tinggal bersama Ayah dan Ibu tirinya itu.

"Ta, kenapa? Kamu udah dijemput mending pulang. Besok juga harus sekolah. Kamu gak bawa seragam sekolah 'kan?" Tanya Reni.

"Aku gak mau pulang, Ma. Aku mau di sini aja sama Mama. Aku gak mau tinggal sama mereka! Mereka gak pernah ada di rumah, aku sama Kak Rean dibiarin gitu aja berdua di rumah. Aku gak suka, Ma." Tazia menangis. Ia meneteskan air matanya.

"Ta, gak boleh gitu. Mereka udah jauh-jauh loh jemput kamu ke sini. Masa gak bawa kamu pulang?" Reni mengusap air mata Tazia.

Tazia menggeleng. "Gak mau, Ma, pokoknya gak mau!"

"Tazia! Ayo, pulang." Ucap Wira. Ia menarik paksa tangan Tazia dengan kasar.

Tazia berusaha melepaskan tangannya dari tarikan Wira. Namun, tak bisa. Cekalan itu terlalu kencang dan keras.

"Gak mau, Ayah! Aku gak mau!" Tangisan Tazia semakin kencang.

Reni diam tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya melihat anaknya ditarik seperti itu oleh mantan suaminya sendiri.

"Mas, jangan tarik-tarik gitu kasihan Tazia tangannya sakit." Tegur Ella.

"Gak usah sok baik lo sama gue, sekretaris kegatelan!"

"Tazia! Yang sopan kamu sama Ella, dia Ibu kamu."

"Bukan! Ibu aku cuma Mama Reni bukan dia!"

"Tazia! Gak boleh gitu!" Reni melotot ke arah Tazia.

"Ma, aku gak mau pulang." Rengek Tazia.

"Kenapa? Kenapa kamu gak mau pulang, hah!? Di rumah ada Kakak kamu kok," ucap Wira.

"Aku gak suka ada dia!" Kata Tazia sambil menunjuk ke arah Ella.

"Tazia, kamu kenapa gak suka sama Bu Ella? Kamu harus terima, sayang. Sekarang dia juga Ibu kamu," ucap Reni dengan lembut sambil memeluk kepala Tazia.

RIZZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang