Part 14 (Pamit)

36 5 2
                                    

Setelah tiba diRS, mereka langsung menuju keruang Rafael dirawat.
Pak supir menunjukkan ruangan tempat dimana Rafael berada.

Hentakan kaki Ainun berlari dengan cepat, tapi tak seirama dengan detak jantung Rafael yang berdetak semakin lambat.

Menahan nafas yang terus berhembus.
Abah, ummi, Ainun dan Raka berlari dengan usaha bisa mendengar suara Rafael untuk terakhir kalinya.
Seakan nafas sudah tak teratur, jantung berdetak 12 kali lebih cepat dibanding biasanya.
"Ainun pelan nakk" teriak ummi yang sudah kecapean. "Iya Ainun nanti kamu kecapean nak" ujar abah.

Tapi Ainun tak memperdulikan dan terus berlari, seketika tiba didepan pintu ruang Rafael dirawat. Ainun memberhentikan hentakan kaki saat berlari dan apa yang terjadi?.

SAAT ITU JUGA AINUN DISAMBUT DENGAN SUARA

Tiiiiiiiiiitttttttttttttt~~~~~~~~~~~

Tiiiiiiiiiitttttttttttttt~~~~~~~~~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alat Ventilator bergaris datar dan berbunyi nyaring, bertanda detak jantung Rafael telah hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alat Ventilator bergaris datar dan berbunyi nyaring, bertanda detak jantung Rafael telah hilang.

Dokter mengumumkan kematian Rafael dengan mengucapkan "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un...atas nama Rafael meninggal pada pukul 17:29".

Ayah dan ibu Rafael yang terus berada disamping memeluk Rafael.
"Nakkk banguun!!kamu tidak boleh pergiii!!!, nakkkk banguunnn demii ibuu."(menangis histeri ibu Rafael seakan tak rela ini semua terjadi)."Sudah bu, anak kita sudah dipanggil sang ilahi, dia sudah bahagia disana buuuuuuu, kita doain anak kita"(ucap ayah menenangkan istrinya).

Tanpa berkutik seketika air mata Ainun menetes...Raafaaeellllllllllll~~~~menjerit dibatin.

Persis ketika saat Ainun koma, ia memanggil Rafael yang meninggalkannya, tapi alurnya beda, kali ini Rafael benar-benar pergi untuk selamanya.

Sekujur tubuh Ainun lemas rasanya melihat dan mendengarkannya sesuatu yang tidak bisa ia kontrol.
Tak lama, Ainun terjatuh pingsan.

Brruuuuuuukkkkkkkkkkk....~~~~~~~~~~~~~

Abah, ummi, dan Raka kaget...
"Ainuunn~~ Ainuunn..."Ucap Raka.
"Ainun bangun nakkkk..."ucap Bibi.

Ibu dan Ayah Rafaelpun kaget melihat Ainun pingsan.
"Nak Ainuunn?.."ucap ibu Rafael.

Raka dan abah membawa Ainun keruangan untuk dirawat.

Setelah dirawat, Ainun tak lama kemudian sadar...ia menggumamkan berkali-kali...
Rafaaaeellllll rafaaaelllll~~~kamu tidak boleh pergii. Rafaeelll~~~sembari meneteskan air matanya.
"abah , ummi, Raka dimana kak Rafael?".tanya Ainun. "Nakkk..." ujar ummi menangis sembari mengelus kepala Ainun. "Kakkk Rafael ga boleh pergiii ummi!!!" bantah Ainun terus menangis.

Semua hanya diam dan terus menangis...
Seakan semua tak terima, tapi ini sudah takdir Sang Maha Kuasa, Rafael telah meninggalkan semuanya.

Acara pemakamanpun dilakukan. Rafael telah dimandikan dan dishalatkan.
Keluarga Rafael, teman-teman kuliah, kerabat, tetangga, teman kerja orangtua Rafael, Ainun, abah , ummi, dan Rakapun semua ikut kepemakaman mengantarkan jenazah Almarhum Rafael. Sembari mengucapkan.

Laillahaillallah laailahailallah................... (berulang-ulang kali).....

Sesampainya ditempat pemakaman.
Ayah dan Ibu Rafael memeluk peti Rafael sebelum dimasukkan kedalam liang kubur.
Semua yang ada menangis merasa kehilangan orang yang sebaik Rafael.

"Kasihan yah, padahal nak Rafael itu udah baikkkk, pinteerrrrr lagi, tapi sudah takdirnya dia diberi penyakit dan sekarang meninggalkan semuanya" ujar salah satu tetangga. "Iya benar, pernah tuh nak Rafael bantu saya saat kesusahan bawa barang dari pasarrr, baik bangettt memangg orangnya yaahhhh" tanggap tetangga yang lain.
(Menggunakan bahasa jerman)...

Suasana duka masih menyelimuti keluarga Rafael. Saat pulang, Orang-orang berdatangan kerumah Alamarhum mengucapkan rasa duka nya.

Ainun yang berada dirumah Rafael pun hanya terduduk diam meratapi semuanya, ia sangat terpukul tidak bisa menuruti permintaan terakhirnya. Semua benar-benar ia sesali.

Tak tega melihat Ainun yang bersedih, Ibu Rafael yang tak sengaja melihatnya pun menghampiri Ainun.

"Nakk Ainuunn?". "Em iyya Buu" jawab Ainun kaget sembari mengusap air matanya. "Ibu tahu kamu sedih sekali, dan sangat merasa bersalah tidak menuruti permintaan Rafael, tapi kamu jangan sedih yah nakk nanti Rafael juga ikut sedih" ucap ibu Rafael menangis sembari mengusap air mata Ainun. "Ibuuuuuuuu" bergetar suara Ainun menangis dan memeluk ibu Rafael."Sekeluarga sangat terpukul atas kehilangan Rafael nak, tapi ini sudah rencana Allah, hanya Allah yang mengatur semuanya nak, insyaa Allah kami akan mengikhlaskan, ibu harap kamu juga yah nakk" ucap Ibu Rafael memeluk Ainun. "Maafkan sayaaaa Buuuuuuu". "Tidak, kamu ga boleh merasa bersalah nak, Rafael sangat tidak suka melihat kamu bersedih". "Iya buuuu" terus menangis. "Rafael sering cerita tentang kamu, tentang kalian berdua saat masa SMA.
Rafael anak yang baik, kamu wanita pertama yang dia sering cerita ke ibu, saat dia antar jemput kamu sekolah, saat katanya makan Ayam geprek sampai kepedisan, hemm semuanya dia cerita, katanya "Ainun itu wanita tercantik dan terunik yang pernah Rafael temui loh buuuu", ibu senang kamu sudah jadi yang terbaik untuk Rafael, Rafael akan bahagia nak kalau kamu juga bahagia, Rafael sayang banget sama kamu nak, Rafael ga mau kamu sedih makanya dia tidak memberi tahu siapapun tentang penyakitnya termasuk kamu". "Tapi buuu, Ainun merasa bersalah tak bisa menuruti permintaan terakhirnya Buuu". "Jangan sesali nak, ini sudah jalan terbaik kalian berdua, ibu yakin Ainun akan mendapatkan lelaki yang baik dan shaleh ini salah satu harapan Rafael untuk kamu". "Makasih Buuu, Ainun juga sangat senang bisa mengenal kak Rafael yang baik". "Hemm ini nak, ada surat dari Rafael, katanya "tolong kasih surat ini buat Ainun ya bu, bila Rafael sudah tiada, Rafael yakin Ainun pasti datang walaupun nanti Rafael sudah ga ada"...kamu bisa buka kalau sudah tenang yah nak.." sambil memberikan surat pada Ainun. "Iyya Buuu terimakasih". "Yasudah Ibu permisi yahh nak Ainun... Assalamualaikum" ujar Ibu Rafael pamit. "Iyaa bu Waalaikumsalam".

Suasana mencekam, tak ada setiap jam, menit, dan detik tanpa air mata.
Ketika Ainun duduk ditepi pantai melihat ombak menyapa dan senja seakan melambaikan tangannya, saat itu juga Ainun menguatkan dirinya untuk membuka surat dari Rafael.
Dengan berlinang air mata dan bergetarnya tangan, Ainun perlahan membuka lipatan surat dan membacanya.

[For : Ainun....................................................................................................................................]

Ada diPart 15:)Jangan lupa diVote dan komentarnya yah para pembaca setia♡:)

Jelas Dan Buram (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang