Part 17 (Takdir Cinta)

35 3 0
                                    

Diwaktu muda kamu senang berkelana sendiri dalam dunia yang kamu ciptakan
Tapi akan ada waktunya kamu berkelana berdua, dengan sosok yang ditakdirkan oleh-Nya dalam bingkai ketaatan
Untuk menyempurnakan agama.

~Ani Nurjannah~

Setelah 4 tahun kemudian.
Berbeda dengan Ainun, ketika ketiga sahabatnya dan Raka lulus SMA dan sekarang telah menggelar profesinya masing-masing, ia tetap dipondok untuk pengabdian atau menjadi pengajar dipesantren abah nya sendiri. Gelarnyapun bukan satriwati lagi melainkan Ustadzah.

Suasana indahnya dipesantren membuat Ainun tambah betah, keseharian yang penuh makna dan berfaedah.
Ainun dan kedua temannya yang bernama Zahra dan Aisyah itu hendak ke perpustakaan.
Saat itu ada acara pertemuan wali santri yang diadakan diperpustakaan, dengan guru-guru akwat ataupun ikhwan datang.
Tanpa sengaja Ainun dan ke2 temannya berpapasan walau jarak cukup jauh dengan Zakir, guru yang sangat pintar dan shaleh.

Ainun, Zahra dan Aisyah pun segera menundukkan kepalanya memalingkan mata agar tak menimbulkan Zina. Setelah melewatinya.
"Kalian tau kan itu tu Pak Zakir, dulu beliau santriwan disini sangat berprestasi,terus jadi guru yang terpopuler dari segi semuanya hingga sekarang, masyaaAllah kan" ujar Zahra memuji Zakir. "Sudah sudah jangan membicarakan ikhwan" sahut Aisyah dengan nada rendah. "Iya, hayu atuh cepetan, masih banyak yang harus kita kerjakan" ujar Ainun memalingkan pembicaraan Zahra.

Pertemuan yang seharusnya sudah pernah ada saat zakir menjemput mereka distasiun tapi baru kali ini Ainun melihat sosok yang sering dibahas teman-temannya ataupun abah dan ummi walau hanya sekilas saat berpapasan. Begitupun Zakir.

Waktu terus berputar acara pertemuan wali santri telah selesai. Semua kembali seperti biasa, mengajar dan menghabiskan waktunya dipondok.

Handphone dirumah abah berdering. Ummipun mengangkatnya.
"Assalamualaikum Wr. Wb eteh". "Waalaikumsalam Wr. Wb, adekku kan ini?" ucap Ummi bahagai mendengar suara adeknya. "Hehe iya atuh eteh, ini ibunya si Ainun yang caaanntikk" ujar Ibu Ainun gemas. "MasyaaAllah kumaha atuh sarehat dek?". "Alhamdulillah eteh sehat". "Alhamdulillah syukurlah" ."Bagaimana kabar Ainun teh, rindu ini hehe". "Alhamdulillah baik atuh". "Gini teteh insyaaAllah saya dan Ayah Ainun mau ke bogor ingin tengok Ainun sekalian mainlah sudah lama tidak silaturrahmi langsung kan". "Iya hayu atuh, pan sibuk kerja terus kaliannya". "Hehe iya puguh pingin tinggal sebulan lah gitu disitu, kerjaan belakangan hehe". "Hayu atuhlah teteh mah siap dan seneng banget. Kapan atuh mangkat na?". "Kalau ga ada halangan insyaaAllah besok teh". "Alhamdulillah, cepet ya, ini kabar bahagia bagi Ainun". "Iya teh, ada juga yang pingin dibicarakan dengan Ainun". "Iya besok kalau sudah distasiun bogor kabarrin biar dijemput sama orang disini". " Iya teh, nuhun, lanjut siap-siapkan barang dulu ya eteh, Assalamualaikum Wr. Wb". "Iya atuh Waalaikumsalam Wr. Wb, ditunggu kedatangan" jawab Ummi girang.

Keesokan harinya Ayah dan Ibu Ainun berangkat dari Bandung-Bogor, beberapa jam kemudian tiba di stasiun bogor, sesuai perbincangan Ummi dan Ibu Ainun, Ibu Ainun mengabari Ummi, setelahnya tak lama kemudian jemputan datang. Menghabiskan waktu 30 menit tiba lah mereka di pesantren abah dan menuju rumah abah dan ummi.

"Tok tokk. Assalamualaikum " sahut Ayah dan Ibu Ainun. "Waalaikumsalam Wr. Wb..alhamdulillah adekku dan suaminya tiba" ujar ummi sambil memeluk Ibu Ainun. "Alhamdulillah teh". "Abang dan teteh sehat? tanya Ayah Ainun "Alhamdulillah kami sehat jang" jawab Abah. "Yaudah masuk dulu, Ainun lagi menuju sini tadi sudah ummi kabarrin, ummi bilang kalau ummi punya sesuatu hehe, pasti dia kaget lihat kalian disini". "Yaampun eteh, yaudah atuhlah".

Tak lama Ainun datang "Assalamualaikum Abah, Ummi". "Waalaikumsalam Wr. Wb Ainun" sambut Ayah dan Ibu Ainun. "Yaallah, Ayah, Ibuuu" ucap Ainun sembari memeluk mereka. "Sudah besar anak Ayah, sudah tambah dewasa" ujar Ayah sambil mengelus kepalanya " ."Iya anak ibu juga tambah cantik dan shalehah, ibu bangga nak" ujar Ibu terus memeluk Ainun. "iya ayah ibu, ainun rindu kalian". "Kami juga nak". "Ayah ibu kok tidak ngabarin Ainun kalau mau ke sini"tanya Ainun sembari melepas pelukan dan melihat Ayah dan ibunya. "Suprise atuh nak Ainun, itu kejutannya" sahut Ummi dari depan pintu. "Hem Ummi. Makasih". "Iya nak, yaudah ayuk masuk kedalam".

Tangis bahagia keluarga kecil mereka dengan abah dan ummi. Dari segala obrolan, tawaan, menyantap makan dan minum.
Seketika ada obrolan menengangkan bagi Ainun.
"Ainun umur kamu sudah 23 tahun kan?tidak ada niat selanjutnya?" tanya Ayah Ainun serius. "Maksud Ayah gimana? Ainun tidak paham Ayah" jawab Ainun kebingungan. "sudah waktunya kamu untuk menikah sayang" ujar ibu Ainun seketika mengagetkan Ainun. "Ainun belum siap ayah, ibu".
Belum siap apa lagi? Ayah rasa sudah saatnya Ainun, ayah dan ibu ingin lihat kamu bahagia dengan pasangan yang diberi Allah SWT". "Emm. Ainun ga punya pasangan ayah, mau nikah dengan siapa?" tanya Ainun polos. "Ayahmu dan Abah sudah bicarakan hal itu, kami mau jodohkan kamu dengan lelaki kepercayaan abah selama ini Ainun" ujar Abah.

Ainun hanya terdiam.
"Ya udah atuh kamu mikirin dulu, besok bisa kasih tau keputusannya bagaimana yah". "Iya Ayah". "Malam ini kamu tidur dulu disini, nanti abah bilangin kamu ijin sehari tidak ngajar" ujar Abah. "Iya abah muhun".

Keesokkannya saat waktu usai shalat subuh, ibu menghampiri Ainun dikamar yang sedang mengaji.
Ainunpun memberhentikan lantunan ayat sucinya.
"Ibu" sahut Ainun tersenyum melihat kedatangan ibunya. "Ainun sini nak" ujar ibu dengan nada lembut. "Iya bu gimana?". "Ainun sayang dan percaya ibu kan, ibu yakin ini jalan yang Allah beri untuk kamu menemukan pasangan hidupmu nak". "Iya bu Ainun paham, Ainun sudah pikirkan dengan baik, atas ridho Allah SWT, juga ridho ayah dan ibu pastinya insyaaAllah Ainun siap bu" ujar Ainun menyakini hatinya. "Alhamdulillah, biar ibu kabarrin ke ayahmu yah nak". "Iya ibu" ujar Ainun tersenyum.

Sebelum persiapan dimulai tak lupa Ainun segera mengabari pada ketiga sahabatnya untuk dapat hadir dimoment kebahagiaannya. Ainunpun menelphon salah satu dari ketiga sahabatnya yaitu Rasyi. Obrolan lewat telphon, rasa sedih campur bahagia. Kabar itupun sudah diketahui ketiga sahabatnya, yang belum mengetahuinya ialah Raka, Ainun meminta agar Rasyi yang memberi tahu.

Rasyi, Silfi, dan Tina pun bergegas untuk berkumpul dan mempersiapkan diri berangkat ke bogor sebelum acara akad Ainun dimulai.
"Kalau Raka tau, dia bakal sedih atau ga yah?" ujar Rasyi. "Ga tau, tapi kita harus kabarrin, kan Ainun suruh juga" jawab Tina. "Yaudah aku telphon Raka yah suruh kekita biar enak bicara langsung". "Setuju" sahut Silfi.

Rakapun datang, dan mendengarkan semua yang dibicarakan oleh Rasyi. Raka hanya terangguk dan sempat terdiam, tapi tak membuatnya jatuh patah hati. Ia mengagetkan dengan berkata "Alhamdulillah, kalau gitu kuylah kita siap-siap, Ainun pasti sedang menunggu kedatangan kita" ujar Raka tersenyum walaupun ada segores kekecewaan dihatinya.

Tanpa basa basi langsung mereka bersiap-siap dan berangkat kestasiun melakukan perjalanan dari bandung sekitar 3/4 jam menuju bogor. Sempat macet membuat mereka tersendat dan telat.

Pergelaran akad nikahpun telah dipersiapkan dengan nuansa putih dihiasi bunga, cukup sederhana namun mempersona. Dihadiri para santri, guru, ustad, ustadzah, tetangga, orang-orang dekat baik dari keluarga Ainun ataupun calon imamnya.

Ainun sama sekali tak berusaha mencari tahu siapa calon imamnya, yang ia pikirkan ini sudah jalan terbaik yang Allah beri, ikhlas lillahitala. Dalam hatinya selalu berdoa semoga bisa menjadi wanita seperti Aisyah yang selalu setia pada Rasulullah SAW, tak lupa Ainun selalu mendoakan sosok Rafael yang sedang menunggu Ainun menemukan lelaki yang akan membuat dia bahagia:).

Ketika sang calon imam datang menuju penghulu, Ainun menyempatkan melihatnya walau hanya sekejap. Rupanya lelaki itu adalah Muhammad Zakir, lelaki yang pernah berpapasan dengannya kini akan menjadi teman hidupnya.
Janji suci yang sakralpun berlangsung dan berakhir dengan kata "Saahh!!! " diramaikan oleh para saksi.
Semua sangat terharu bahagia, termasuk Ainun dan Zakir.

Ketiga sahabat dan Raka tiba walau telat masih bisa sempat mendengarkan orang saat berseru kata "Sahhh!!!". Ketiga sahabatnya tersenyum melihat Ainun sudah tak sendiri lagi. Bagi Raka apapun yang membuat Ainun bahagia, ia pun ikut bahagia.

Next on dipart 18 akan ada sedikit alur yang mengingatkan sosok Rafael.
:)

Jelas Dan Buram (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang