Datting

2.5K 273 21
                                    

Malam minggu malam yang di tunggu para remaja kasmaran, begitu juga bagi Sasuke pemuda cool dan judes yang berubah tiga ratus enam puluh derajat. Ia kehilangan ke cool-an dan kejudesannya semenjak menyadari jika dirinya telah jatuh cinta pada seorang gadis cantik reinkarnasi Persephone dewi tanaman.

Sasuke menggelengkan kepalanya saat menyamakan Sakura dengan dewi mitologi Yunani itu, karena jika Sakura adalah Persephone maka dia adalah Hades. Mana mungkin Uchiha Sasuke jadi penghuni dunia bawah jika ada orang yang pantas berada di sana itu adalah Haruno Gaara.

Remaja bersurai raven itu mematut dirinya di cermin ia cukup percaya diri dengan penampilannya yang tanpa cela tapi masih saja sering di cela oleh calon kakak ipar masa depannya yang mirip panda itu. Sentuhan terakhir ia meraih botol parfum mahal milik ayahnya yang ia pinjam agar aromanya terasa lebih maskulin dibandingkan bau colonge miliknya yang hanya dua jam baunya sudah memuai entah kemana.

Terimakasih untuk ibunya tercinta yang telah menyiapkan buket bunga untuk sang kekasih tercinta tapi masih belum berani ia bawa ke rumah untuk di kenalkan pada kedua orang tuanya.

"Untuk mu." Sasuke menatap tangannya, ia tidak tahu mimpi apa semalam hingga Ayahnya memberinya beberapa lembar uang sepuluh ribu yen.

Ayahnya memang bukan orang yang pelit tapi ia hanya akan memberikan uang jika anak-anaknya memberutahu akan digunakan untuk apa uang itu dan baru saja Ayahnya membwri uang secara cuma-cuma. Mungkinkah ayahnya sedang mabuk? Atau mungkin kepalanya terbentur meja kerjanya?

"Arigatou Tou san." Ia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada ayahnya setidaknya ia punya tambahan uang untuk nonton dan makan malam dengan Sakura.

Langit teelihat sangat cerah, secerah wajah Sasuke yang dihiasi senyum tipis membuat beberapa gadis yang melihatnya merona, ia ingin meminjam motor kakaknya tapi Itachi tidak mengijinkannya karena ingin berkencan denga Izumi namun itu tidak membuat Sasuke muram meskipun sedikit kesal. Ia memilih naik kereta untuk menjemput sang pujaan hati di rumahnya.

Sasuke merapihkan pakainnya sebelum menekan bel. Bukannya ia tidak percaya diri atau merasa berantakan hanya saja Gaara sangat menyebalkan saat mengomentari penampilannya.

Ding dong!

Klik!

Pintu terbuka menunjukan wajah kaptennya yang terlihat sangat kusut dan mengelurkan aura suram. Mata jade itu menatapnya dari atas hingga ke bawah lalu kembali ke atas meneliti setiap inchi tubuh Sasuke.

Sasuke mencoba memasang wajah seramah mungkin. Ia tidak ingin jika Gaara mengatakan jika wajah sombongnya itu harus di operasi plastik agar terlihat lebih ramah membuatnya ingin menonjok kakak dari kekasihnya itu.

"Aa, kau membawa bunga." Mata Gaara menatap lekat pada buket bunga yang ada di tangan kanan Sasuke.

"Hn." Saauke menjawab tak acuh. Bisakah ia segera amsuk dan beetemu pujaan hatinya tanpa harus melewati Cerberus berambut merah.

"Aa, aku mengerti." Gaara menepukan kepalan tangan kanannya ke tangan kirinya yang terbuka membuat Sasuke mengernyitkan alisnya.

"Seperti itulah cintamu pada Sakura mudah layu dan tidak bertahan lama seperti bunga yang kau bawa."

Sasuke membulatkan matanya dari mana kapten psychonya bisa berpikir jika cintanya untuk Sakura hanyalah sebuah perasaan fana yang mudah menghilang. Jika Hades berani menculik Persephone untuk mendapatkan cintanya maka ia seratus persen berani membuang Gaara ke Pluto untuk mendapatkan Sakura.

.
.
.
.

Mikoto menatap Sasuke heran karena putra bungsunya itu membeli bunga mawar artificial untuk kekasihnya. Padahal di taman rumahnya ada banyak bunga Mawar, Lily, dan Tulip yang sedang bermekaran dan dia justru membeli bunga yang terbuat dari kain.

Minggu lalu ia melihat putranya pulang dengan wajah kusut dan kesal. Entah apa yang terjadi selama kencan, mungkinkah kekasihnya itu tidak suka dengan bunga yang di bawa oleh putranya? Atau mereka sedang bertengkar?

"Sasuke kun, kenapa kau membawa bunga itu?"

"Tidak apa-apa kasan. Ini sebagai bukti jika cintaku tidak akan pernah layu dan abadi."

Wanita paruh baya itu hanya bisa terkekeh dengan penjelasan putranya. Apa-apaan itu, ia baruendengar jika bunga palsu bisa menjadi simbol keabadian cinta.

Seperti de ja vu Sasuke kembali beediri di depan pintu yang sama dan hari yang sama bahkan jam yang sama dan sialnya bertemu dengan orang yang sama pula. Orang yang paling tidak ingin dia temui karena ulahnya membuat moodnya memburuk.

"Apa itu?" Dengan dagunya Gaara menunjuk bunga yang lagi-lagi dipegang dengan tangan kanan Sasuke.

"Apa matamu buta? Ini bunga." Saauke mwnjawab kesal membuat Gaara mendengus.

"Dasar menjijikan, jadi selama ini yang kau tunjuka pada adikku hanyalah kepura-puraan. Cinta yang penuh keindahan tapi palsu seperti binga yang kau bawa."

Oh Kami sama bolehkah ia memghajar orang yang berdiri di hadapannya ini? Apa yang sebenarnya dia inginkan? Kenapa semua yang ia lakukan selalu salah di mata manusia panda jadi-jadian ini?

"Sasuke kun." Sakura muncul dari balik bahu kakaknya. "Ayo masuk."

"Onii chan, kau sedang apa?" Sakura menatap kakaknya yang sedang berbaring si sofa panjang di ruang tamu dan bermain psp.

"Main game." Jawabnya tak acuh.

Hei langit di luar mendung dan orang tuanya melarang mereka pergi setidaknya biarkan mereka mengobrol berduan dan kenapa kapten setannya itu malah berbaring santai di hadapan mereka. Apa dia sebwgitu inginnya punya kekasih sampai mengganggu mereka yang sedang pacaran.

"Akan ku ambilkan minuman." Sakura bangkit dan berjalan ke dapur.

"Untukku juga ya Saki!"

"Apa yang kau lakukan?"

"Apa kau buta eh anak ayam."

"Tidak bisakah kau bermain di tempat lain." Sasuke kesal setengah mati pada Gaara, di sekolah ia menyuruh Naruto, Kiba dan Juugo untuk selalu mengawasinya dan sekarang ia dengan sengaja bermain game di hadapannya.

Ia tidak punya waktu berduan dengan Sakura di sekolah karena ketiga temannya yang selalu membuntuti kemanapun ia pergi dengan Sakura dan pacarnya yang kelewat polos akan dengan senang hati menerima mereka untuk makan siang bersama.

Sakura kembali membawa nampan berisi tiga gelas jus jeruk dan tiga potong ciffon cake. Meletakan semuanya di atas meja dan duduk di sebelah Sasuke.

"Sepertinya hujan." Sakura menatap keluar jendela.

"Saki, jika ada yang mengatakan akan menyeberangi lautan untukmu jangan pernah percaya. Karena saat hujan seperti inipun banyak lelaki yang memilih tidur dari pada bertemu kekasihnya."

Rasanya Sasuke ingin sekali menyumpal mulut Gaara dengan kaos kaki milik Itachi yang sudah seminggu belum di cuci karena ada di kolong tempat tidur.

"Tidak semua laki-laki seperti itu."

"Oh benarkah, apa kau akan hujan-hujanan dari stasiun ke rumah kami untuk menemui Sakura?

"Tentu saja."

"Meski kau basah kuyup"

"Tentu saja."

"Apa kau sebegitu inginnya meminjam pakaianku karena dengan sengaja datang dalam keadaan basah kuyup?" Gaara menyeringai melihat wajah kesal adik kelasnya itu.

Sasuke menatap tajam kakak kelasnya yang sejak tadi terus saja mengganggunya. Rasanya ingin sekali membawanya ke kebun binatang dan memasukannya ke dalam kandnag bersama spesiesnya panda merah.

Kenapa hari ini harus hujan dan membuatnya terjebak dengan, setan merah menjengkelkan ini. Kami sama bisakah kau membawa siluman panda ini ke dunia yokai agar tidak mengganggunya bersama sang pujaan hati?

.
.
.
.

TBC

.
.
.
.

Thanks for reading ^^

Voment please!!

08042020

I Love Your ImoutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang