Drama

2.1K 263 21
                                    

Anggota klub basket menatap Gaara ngeri karena sejak tadi kaptennya terus saja menyeringai, mereka menebak pasti terjadi sesuatu antara remaja berema merah itu dan putra bungsu Uchiha yang wajahnya sedikit memar dan luka di sudut bibir remaja emo itu yang mengering.

Ia sangat puas saat kakaknya pulang dan mengatakan jika Sasuke tidka akan lagi mendekati Sakura karena bocah ayam itu kalah oleh kakaknya.

"Kau terlihat sangat senang, ada apa?" Gadis berema coklat sebahu itu mendekati Gaara yang telah menyelesaikan menu latihan individu yang diberikan pelatih mereka.

"Aa, tidak ada apa-apa."

"Aku melihatmu tersenyum." Gaara menatap Matsuri, mungkin ia tersenyum tanpa sadar. "Untukmu." Gadis itu mengulurkan botol minum pada Gaara dan mulai membagikan pada yang lainnya.

"Ya aku memang sedang senang." Ia meneguk minuman miliknya. "Karena si pantat ayam itu tidak akan lagi mendekati Sakura." Manik apelnya menatap Sasuke yang masih menjalankan menu latihan miliknya.

Meskipun ada rasa kesal dalam lubuk hatinya karena ia tidak bisa mengalahkan adik kelasnya membuat sang kakak sulung terpaksa turun tangan untuk menghajar bocah Uchiha itu.

"Ayo pulang bersama." Ajakan Gaara kepada menejer klubnya membuat anggota yang lain menatap takjub pada gadis yang baru masuk klub selama seminggu.

Gaara yang hanya peduli pada adik perempuannya mengajak seorang gadia pulang bersama. Mungkin sebentar lagi akan ada badai salju.

.
.
.
.

Sakura mulai uring-uringan karena kekasihnya tidak mau mengangkat panggilan darinya ataupun membalas pesannya. Sasuke juga tidak pernah lagi datang menjemputnya untuk berangkat bersama ke sekolah. Dan yang lebih menyebalkan Sasori selalu menjemputnya sehingga ia tidak bisa pergi melihat kekasihnya itu berlatih.

"Pantat ayam bodoh." Sakura membenamkan wajahnya ke bantal dan menghentakan kakinya ke tempat tidur.

Ini sudah tiga hari dan kekasihnya itu seolah menghilang padahal mereka ada di sekolah yang sama. Sakura mendatangi kelas Sasuke tapi pemuda itu tidak ada padahal Matsuri bilang jika putra bungsu keluarga Uchiha itu selalu datang ke sekolah dan masuk ke kelas tapi ia tidak pernah bertemu dengan Sasuke.

Mungkinkah kekasihnya itu sudah bosan padanya dan memiliki kekasih baru yang lebih cantik darinya? Bisa saja ia berkencan dengan teman sekelasnya atau bahkan kakak kelasnya. Dan tidak menutup kemungkinan ia mengencani siswi kelas satu yang lainnya.

"Arghh!" Sakura berteriak di dalam kamarnya. Ia takut jika itu semua benar lagi pula selama ini ia yang mengejar Sasuke dan mungkin saja Sasuke mengencaninya hanya untuk membalas dendam pada Gaara.

Sakura memukul kepalanya sendiri, apa-apaan itu. Sepertinya ia sudah jadi korban sinetron alay di tivi. Tapi bagaimana jika semua itu benar. Sakura mendudukkan dirinya di tempat tidur. Ia tidak mempunyai kontak teman Sasuke membuatnya kesulitan mendapatkan informasi kekasih pantat ayamnya itu.

Manik emeraldnya menatap jepit rambut pemberian Sasuke, ia merindukan kekasihnya itu. Tapi Sasuke seolah menjauhinya.

.
.
.
.

Manik obsidian itu menatap nanar benda persegi berwarna hitam yang terus bergetar di hadapannya. Foto sang kekasih berkali-kali muncul di layar gawainya. Bukannya ia jahat tidak mau mengangkat ataupun membalas pesan dari kekasih merah mudanya tapi ia adalah seorang Uchiha dan Uchiha memegang ucapannya.

Sejak awal ia bertaruh dengan Sasori karena ia yakin bisa mengalahkan pemuda pendek berwajah imut itu. Tapi ia terpaksa menelan kenyataan pahit karena pemuda itu mengalahkannya dengan telak. Jangan pernah menilai buku dari sampulnya, mungkin itu benar. Ia masih tidak percaya jika Sasori mampu membantingnya yang memiliki tubuh lebih tinggi dan sedikit lebih besar. Karena ia terlihat seperti orang yang memiliki kekuatan.

I Love Your ImoutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang