03 | TRAGEDI

792 55 1
                                    

Reno sedang berjalan di koridor kelas X. Tak lama kemudian, tiba-tiba Arga datang dan mendorongnya dengan sangat kasar ke dinding sekolah. Selama ini, mereka memang sama-sama bersekolah di SMA Pahlawan.

“Heh!” bentak Arga sembari menarik kerah seragam Reno, dan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. “Bukannya selama ini gue itu selalu bilang ya sama lo, kalau gue ini bukan Kakak lo! Jadi stop ngadu setiap hal sama Papah!”

Reno terdiam sejenak, memandangi Arga yang bertubuh lebih tinggi darinya. “Kenapa sih? Lo tuh benci banget sama gue, Kak? Salah gue apa sih sama lo?”

“Pake nanya lagi! Salah lo, karena lo terlahir dari perempuan selingkuhan Papah gue! Perempuan yang pernah ngerusak keutuhan hubungan nyokap gue!”

“Meskipun kita terlahir dari rahim yang berbeda, tapi kita berasal dari darah daging laki-laki yang sama. Biar gimanapun kita ini tetep saudara kandung. Lo Kakak kandung gue, dan gue Adik kandung lo.”

“Denger baik-baik ya bocah! sampai kiamat pun gue nggak akan pernah mau jadi Kakak lo, dan lo nggak akan pernah gue akuin sebagai adik gue!Paham lo?”

Arga kemudian kembali mendorong Reno dengan sangat kasar hingga Reno terjatuh. Kelakuan kasarnya itu dilihat oleh Tevi dan Rissa, murid seangkatan Arga. Mereka berdua lalu langsung membantu Reno untuk kembali berdiri.

“Keterlaluan lo Arga. Tega banget lo ngasarin Adik lo kayak gini.” kata Tevi.

“Sadar lo Arga! Dia ini Adik kandung lo. Harusnya sebagai Kakak, lo itu ngelindungin dia, bukan malah ngasarin dia.” kata Rissa.

“Heh muka pucet! Dari mana kalian tahu kalau dia itu Adik gue? Perasaan gue nggak pernah ngasih tahu ke kalian.”

Arga memanggil Tevi dan Rissa dengan sebutan muka pucat. Karena Tevi dan Rissa memang memiliki wajah yang sangat pucat, dan semua orang di sekolah mengetahui itu.

Arga mendadak heran, karena Tevi dan Rissa bisa mengetahui jika Reno adalah Adiknya. Padahal Arga tak pernah memberi tahu mereka, karena mereka itu berbeda kelas. Arga hanya memberi tahu perihal Reno kepada Rival, Aldo, dan Ferry saja.

Tevi dan Rissa terdiam setelah Arga menanyakan perihal tersebut. Tapi Arga tak mempedulikan hal itu, dia lalu pergi ke koridor kelas XII yang ada di lantai atas sekolah.

Setibanya Arga di kelasnya, dia langsung menghampiri ketiga temannya.

“Woy!”

“Apaan?” tanya Aldo.

“Gue mau nanya sama kalian.”

“Nanya ya nanya aja. Ngapain pake bilang dulu segala?” kata Ferry.

“Iya lu, kayak yang lagi belajar aja nanya harus izin dulu ke guru.” kata Rival.

“Tadi si dua muka pucet bilang kalau si Reno itu Adik gue, padahal kan gue nggak pernah ngasih tahu hal itu sama mereka. Gue cuma ngasih tahu sama kalian. Apa kalian yang udah ngasih tahu mereka?”

“Apaan sih? Ya nggak lah, ngapain juga gue ngasih tahu si Tevi sama si Rissa. Beda kelas juga, mereka kan kelas IPA 2.” balas Aldo.

“Nggak ada faedah banget ngasih tahu hal gituan.” balas Ferry.

“Lagian siapa sih yang mau temenan sama tuh dua muka pucet? Muka nggak ada ekspresi, kayak yang nggak ada kehidupan tuh jiwa mereka.” balas Rival.

“Terus, kok mereka bisa tahu sih kalau si Reno itu Adik gue?”

“Ya mungkin, si Reno yang ngasih tahu tuh dua muka pucet.” kata Rival.

“Atau, si Reno udah bilang sama temen-temennya, kalau lo itu Abangnya. Terus nyebar deh ke satu sekolah ini.” kata Ferry.

Hantu Tampan [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang