Arga memandangi sekeliling keadaan di ruangan tunggu dokter spesialis mata yang berada di dalam rumah sakit dengan menggunakan kacamata hitamnya.
Dia bersama keluarganya kini tengah menunggu antrian untuk memeriksa matanya yang merah. Sedari tadi, perasaan Arga sangat panik diiringi dengan ketakutan.
“Si Tevi mana nih? Katanya dia mau bantuin gue? Kok masih belum kelihatan badang hidungnya sih?” ucap Arga dalam hatinya. “Kalau misalnya dokter sampe meriksa mata gue, bisa-bisa ketahuan kalau gue ini udah mati dan jadi hantu.”
“Arga Rendiana.”
Arga langsung menghela napas terkejut saat suster memanggilkan namanya untuk segera diperiksa.
“Arga, Mamah temenin ya?” ucap Ibunya Reno.
“Nggak usah Mah, aku sendiri aja. Aku kan udah gede, nggak perlu ditemenin.”
“Yaudah.”
Arga terdiam sejenak, pandangannya lalu menoleh ke sekitar ruangan tersebut. Dia mencari keberadaan Tevi yang mengatakan akan membantunya.
“Arga cepet! Kamu udah dipanggil.” kata Papah.
“Iya Pah.” Arga lalu bergegas pergi menuju ruangan pemeriksaan.
Dengan perlahan, Arga membuka pintu ruangan tersebut kemudian masuk ke dalamnya. Setelah tiba di dalam ruangan, dia melihat seorang dokter pria.
Dokter itu berdiri menunggu kedatangannya yang merupakan pasien berikutnya. “Ayo duduk di sini, Dek.” dokter mempersilahkan Arga untuk duduk di kursi pemeriksaan.
Ketika Arga bergegas untuk duduk di kursi tersebut, Tevi muncul secara tiba-tiba di belakang dokter. Melihat kedatangannya, Arga langsung tersenyum senang.
Tevi tersenyum kepada Arga sembari mengangkat alis kanannya. Dia kemudian memasuki tubuh dokter yang tak mengetahui kemunculannya. Kini, Tevilah yang menguasai tubuh dokter tersebut.
Arga langsung menghampiri Tevi yang berada dalam tubuh sang dokter. “Jadi gini toh cara yang bakal lo lakuin, gue pikir apaan?”
“Mana gue lihat mata lo?”
Arga melepas kacamatanya, hingga Tevi dapat melihat kedua bola matanya yang merah.
Tevi menghela napas sejenak. “Udah mau jam tujuh, sebentar lagi gue masuk kelas. Gini aja deh, lo bilang ke orangtua lo kalau ternyata lo itu punya kelainan mata uiveitis.”
“Uveitis itu apaan?”
“Gue udah baca di google tadi. Uveitis itu peradangan mata yang ngakibatin mata jadi merah.”
“Lah, berarti gue ngebohong dong sama Papah gue? Itu kan dosa.”
“Nggak apa-apa kalau bohongnya demi kebaikan. Emangnya lo mau diperiksa sama dokter aslinya terus nanti dia bilang ke Papah lo kalau anaknya ini udah meninggal dan matanya itu bukan mata manusia, lo mau?”
“Ya nggak lah.”
“Yaudah, bilang ke Papah lo kalau dokter udah meriksa mata lo dan ngasih tahu lo kalau lo itu terkena kelainan mata uveitis. Lo bisa beli kacamata di optik supaya orang-orang ngiranya kalau mata lo emang beneran uveitis, bilang aja kalau kelainan mata ini itu cuma buat sementara.”
“Nanti di optiknya gimana? Pasti nanti bakal diperiksa lagi.”
Tevi terdiam sejenak, sembari mengangkat tangan kanannya, dan menadahkah telapak tangannya itu. Tak lama kemudian, sebuah kertas kecil muncul di telapak tangannya.
“Nih.” Tevi memberikan kertas itu kepada Arga.
“Apaan nih?” tanya Arga sembari mengambil kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan [Revisi]
RomanceArga Rendiana terlahir dengan wajah yang sangat tampan. Namun, tidak dengan sifat dan hatinya. Dia memiliki sifat yang sangat dingin, pendendam, sombong, dan selalu memainkan hati banyak perempuan. Karena dia terus-menerus hidup menjadi manusia yang...