04 | KEMATIAN

760 51 1
                                    

Tevi tak membalas pertanyaan dari Arga, dia terdiam sembari terus memandangi cermin. Sampai kemudian, Arga baru menyadari jika bayangannya Tevi juga tidak ada di cermin.

“Bayangan lo, kok juga nggak ada di cermin sih?” Arga mulai diselimuti oleh rasa keanehan yang luar biasa.

“Karena gue sama lo itu, bukan manusia.”

“Bukan manusia? Maksud lo tuh apa sih?”

“Lo sama gue itu, hantu.”

Arga memandangi Tevi dengan wajah penuh keanehan. “Apaan sih lo? Hantu-hantu, manusia gini disebut hantu.”

“Gue ngomong secara fakta, kok, kita ini emang hantu. Makanya bayangan kita nggak ada di cermin, karena jiwa kita itu udah mati.”

“Otak lo udah bener-bener nggak waras, dasar gila lo!”

“Udah gue bilang kita itu hantu, malah bilang gue gila.”

“Diem lo!” Arga membentak Tevi. “Gue manusia! Gue bukan hantu!”

“Lo udah mati Arga. Sekarang lo itu hantu.”

“Bener-bener gila lo Tevi!” Arga kembali membentak Tevi. Sampai tiba-tiba, dia merasakan dadanya terasa sangatlah sakit. “Aaaahhh!”

Tevi terdiam, memandangi Arga yang tiba-tiba terjatuh dan merenges kesakitan sembari memegangi dada.

“Aaaahhh!” Arga semakin merasakan kesakitan yang luar biasa di dadanya. Rasanya seperti dalam mimpinya semalam. “Aaahhh! Tevi tolongin gue.”

Tevi sama sekali tak menolong Arga. Dia terus terdiam memandangi Arga yang terus merenges kesakitan.

Sampai kemudian, mimpi yang Arga alami semalam terjadi kenyataannya. Bola matanya berubah menjadi merah, tumbuh kuku hitam panjang nan tajam di jari-jari tangannya.

Tevi masih saja terdiam, memandangi keadaan Arga yang mulai berubah.

Sebuah goresan luka tiba-tiba muncul dengan cepat di kening dan bagian kanan wajah Arga, perutnya juga tiba-tiba meneteskan banyak darah, dan dua taring muncul di bagian atas giginya.

Setelah keadaan Arga berubah menjadi seperti itu, rasa sakit di dadanya menghilang. Dia kemudian kembali berdiri.

Sementara Tevi, dia tiba-tiba menarik tubuh Arga untuk menghadap ke cermin. Lalu dia menembakan sebuah cahaya biru muda dari tangannya ke cermin itu.

Tak lama kemudian, cermin  menunjukkan bayangan Tevi dan juga wujud Arga yang sekarang telah berubah menjadi wujud yang sangat menyeramkan. Melihat wujudnya yang sangat menyeramkan, membuat Arga langsung terkejut dan panik.

“Itu wujud asli lo yang sekarang Arga, begitupun dengan gue.” Tevi lalu memejamkan matanya. Tak lama kemudian, dia kembali membuka matanya, dan wujudnya kini telah berubah sama dengan wujudnya Arga.

Kedua bola mata Tevi berwarna merah, giginya memiliki taring, kedua tangannya ditumbuhi oleh kuku hitam panjang nan tajam, terdapat luka di bagian perutnya yang terus mengeluarkan darah. Sebuah goresan luka juga terdapat di kening dan bagian wajah kanannya. Rupa Tevi dan Arga sekarang benar-benar mirip.

“Sekarang lo percaya kan sama omongan gue?” tanya Tevi.

Arga terdiam sejenak, memandangi wujud Tevi yang sama dengannya. “Apa yang sebenernya udah terjadi? Kenapa gue bisa jadi kayak gini?”

Seorang murid pria tiba-tiba datang ke toilet. Begitu dia melihat wujud Arga dan Tevi yang menyeramkan, membuat tubuhnya mendadak menjadi kaku.

“Ha-ha-ha-hantu!” hingga akhirnya murid pria itu pingsan karena ketakutan.

Hantu Tampan [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang