[21+]
Erol POV
Melihat tubuh telanjang Daisy, seketika aku sangat diliputi birahi. Kejantananku keras bagai kayu dan semakin sesak. Tanpa menunggu waktu, aku membuka seluruh pakaianku dan menindih tubuh Daisy. Wajahnya berpaling dariku dan menerawang jauh keluar jendela. Sebulir air mata jatuh membasahi pipinya namun bibirnya tersenyum kecil. Kuraih payudaranya yang ranum dan kuremas keras. Mulutku menghisap puting payudaranya kasar, Daisy hanya tergeletak tak bergerak. Bahkan ekspresi wajahnya tak terpancar ekspresi apapun, hanya matanya yang masih menerawang jauh.
Segera aku merentangkan kedua pahanya dan memperlihatkan kewanitaannya yang dicukur bersih. Kewanitaannya begitu wangi. Lidahku mengarah disana dan melahapnya tanpa ampun. 5 menit kemudian kepala kejantananku sudah mencoba memasuki pintu kewanitaannya yang sempit. Apa dia virgin? Aku semakin memaksa masuk dan disanalah aku bisa melihat kening Daisy berkerut nyeri. Sekali hentakan seluruhnya masuk. Benar... dia masih perawan. Bagaimana mungkin? Wanita seseksi dia, apa pria-pria diluar sana begitu buta? Tidak! Mereka tidak buta. Mereka juga terpesona terhadapnya. Namun mengapa Daisy masih murni seperti ini?
Fakta mengenai akulah pria pertamanya membuatku semakin menggila. Kewanitaan Daisy memijat dengan keras membuatku semakin cepat mendekati klimaks. 10 menit kemudian aku sudah mengeluarkan kejantananku dan menumpahkan seluruh benihku diatas perutnya. Ada bercak darah yang juga bercampur disana. Daisy masih diposisi awal, tak bergerak sedikitpun. Matanya juga masih menerawang. Ini adalah seks terhebat yang pernah aku miliki. Aku bisa dengan mudah klimaks tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga. Aku bangkit dan merapikan pakaianku.
"Aku akan kembali ke Amerika untuk melakukan beberapa bisnis besok." Terangku dan pergi meninggalkannya yang masih tak bergeming.
Esok harinya, Ibuku mengantarku sebelum menaiki jet pribadi milikku. Beberapa menit setelahnya dari kejauhan aku bisa melihat Daisy menghampiri kami dengan long dress neck turtlenya, dia terlihat cantik seperti biasanya. Aku sedikit terkejut dia hadir, ibuku pasti menghubunginya. Namun yang lebih membuatku terkejut, dia terlihat seperti boneka. Sorot matanya tidak terpancar apa-apa. Hanya hampa. Ibuku terpaku saat melihatnya. "Daisy?" sapa ibuku kaku. Daisy hanya tersenyum kecil menatap ibuku. Senyum itu tidak memiliki rasa sama sekali. Ibuku menelan ludah keras dan menatapku tajam. Ibuku menarik tanganku keras.
"What?!" kataku kesal dan memperbaiki kemejaku. Kami berdiri tak jauh dari Daisy yang memilih duduk. Bahkan saat duduk pun, gerak tubuhnya seperti boneka.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya ibuku tajam.
"Aku tidak melakukan apapun!"
"EROL!" ibuku meninggikan suaranya.
"Aku tidak melakukan apapun."
"Bohong! Kenapa Daisy seperti itu!" wajah ibuku memerah marah, napasnya memburu. Baru kali ini ibuku terlihat sangat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel Sunset (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* "Kamu cinta dia bukan aku. Aku bisa memiliki semuanya, tapi tidak dengan hatimu." Kecewa Erol. "Aku memberikannya padamu...