DUA PULUH SATU

9.1K 527 85
                                    

Siapkan tisu:)

Enjoy!

Erol POV

Ini bulan ke dua Daisy dalam keadaan koma, aku selalu merawatnya sepulang berkantor. Tidak ada kemajuan signifikan. Kandungannya yang kini memasuki bulan ke 3 mulai menunjukkan gundukan kecil di perutnya. Jika melihat itu aku hanya bisa menangis sambil tertawa. Aku bahagia di samping aku berduka. Ini adalah impian kami. Memiliki buah hati dan merawatnya hingga tumbuh besar. Kuelus perutnya lembut dan mengecupnya berulang kali. Air mataku ikut mengalir. Daisy seperti tertidur lelap, wajahnya sangat damai. Apa dia sudah mendapat kebahagiaan di alam bawah sadarnya sehingga dia tak ingin kembali di dunia ini?

"Sayang..." aku meraih tangannya dan mengecupnya. "Kembalilah. I love you."

Semenjak kejadian itu, aku memfokuskan bisnis di Indonesia dan memilih berpindah. Cabang di Amerika akan di handle oleh direkturku untuk sementara waktu. Kei mengetahui kondisi Daisy dan sangat marah. Kei bahkan memukulku dan kami terlibat perkelahian hebat di halaman rumah sakit. Jika bukan karena pengawalku dan pengawalnya, kami sudah babak belur.

"BRENGSEK!" Kei memakiku. "Aku sudah memperingatkan Daisy untuk meninggalkanmu. Aku bisa membahagiakannya tetapi dia terlalu polos karena mencintaimu. Dae tak ingin pergi dari sisimu." Kei menangis keras. "Aku tahu bagaimana menderitanya dirinya sejak kecil dulu. Kenapa penderitaan itu bahkan berlanjut hingga sekarang? Apa dia tidak pantas untuk bahagia?"

"Dia adalah milikku." Kataku.

"Lalu mengapa kamu menyakitinya!!!" Kei sudah akan kembali bangkit memukulku tetapi pengawalnya menahan.

"Aku sangat menyesal."

"Buang bualanmu! Aku tidak akan mempercayainya!" air mata Kei tidak berhenti mengalir. "Sebelum aku kembali ke Jepang, aku sudah memintanya berpisah denganmu tetapi dia menolaknya. Apa kamu tahu Dae begitu mencintaimu? Kenapa pria itu bukan aku!" Kei luruh ke lantai, darah yang mengalir dari sudut bibirnya tidak menghalanginya untuk menangis meraung-raung. Tubuhku pun ikut luruh ke lantai.

"Tuan." Carolus sudah akan memegangku tetapi ku halangi.

"Tinggalkan kami."

"Tapi anda akan..."

"Tinggalkan kami." Kataku sekali lagi. Pengawalku pun mundur beberapa langkah menjauhiku, memberi privasi. "Sejujurnya aku sangat cemburu padamu." Lirihku. "Daisy terlihat sangat mempercayaimu. Aku termakan api cemburu sesaat. Aku berpikir dia tidak pernah tulus terhadapku." Air mataku pun ikut mengalir mengingat Daisy yang masih terbaring antara hidup dan mati. "Maafkan aku. Percayalah aku sangat menyesalinya sekarang. 2 bulan tanpa mendengar suara manisnya membuatku menjadi hilang akal." Kei hanya diam mendengarkanku. "Aku mohon, restui kami. Ijinkan aku bersamanya." Kei menatapku tak percaya. Seorang Erol Shane Batmajaya bahkan rela memohon demi seorang wanita yang di cintainya. "Daisy sudah memiliki hatiku seluruhnya. Aku akan berusaha menebusnya seumur hidupku." Kataku memohon.

Kei menelan ludah keras, matanya sendu menatap Erol yang sudah bersujud di hadapannya. Kei menggeleng pelan, dia sudah kalah. Pria di hadapannya jauh lebih kuat. Cinta dan tekadnya jauh lebih kuat. Kei bangkit berdiri di bantu oleh beberapa pengawalnya. "Baiklah. Tetapi jika kamu menyakitinya lebih dari ini. Aku tidak segan-segan merebut Dae tanpa atau dengan sepengetahuanmu." Ancam Kei tegas. Aku menatapnya lurus.

"Kamu bisa memegang kata-kataku." Kei mendekatiku dan mengulurkan tangan kanannya membantuku berdiri. Kusambut dengan cepat. "Thanks."

"Aku ingin menemui Dae." Kata Kei kemudian.

"Ya."

"Apa tidak ada perubahan?"

Aku menggeleng lemas dan berjalan beriringan bersamanya. "Dokter mengatakan efeknya terlalu dalam, kita hanya bisa berharap pada keajaiban."

Caramel Sunset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang