DUA PULUH LIMA

6.3K 398 30
                                    

Hi dear! Enjoy<3

Erol POV

Urusan di Jepang begitu menyita perhatianku. Dengan masuknya raksasa bisnis Batmajaya Corp di area pangsa pasar tersebut, aku bisa dengan mudah mendapat akses lain di kawasan Asia Timur. Aku melepas kacamata bacaku dan meraih gelas whiskiku. Tubuhku bangkit dan melihat langit malam. Begitu tenang dan damai. Seutas senyum tercetak di bibirku. Apa kabar, Sayang? Aku berharap Daisy selalu di sisi kami terutama melihat bagaimana Cara bertumbuh dan semakin menawan.

Aku menyecap whiskiku pelan sambil menghela napas panjang. Aku begitu merindukan hangat tubuhnya. Aku menutup mata dan masih bisa mengingat jelas bagaimana senyum dan hangat tubuhnya yang selalu melepas penatku setelah bekerja seharian dengan keras. Aku kembali membuka mata dan melihat kearah langit hitam kelam tersebut. Sayang, aku sangat merindukanmu. Ini membunuhku. Jika sudah seperti itu aku akan sulit tertidur lelap. Perasaan cinta dan rasa bersalah terus saja menghantuiku. Entah sampai kapan.

Carolus membukakan pintu untukku, aku tidak sadar sudah sampai di kantor pagi ini. Kakiku melangkah menuju lift khusus. Ketika di depan ruanganku, sekretarisku Reta menghampiriku. "Selamat pagi, Pak. Nona Erlin menunggu di ruangan anda."

Aku menatapnya tajam, "Apa?"

Reta tertegun, "Eh?"

"Saya sudah mengatakannya berulang kali! Jika tidak berhubungan dengan pekerjaan, tidak ada yang boleh memasuki ruanganku!" gusarku.

Reta menatapku ketakutan, tubuhnya bergetar. Carolus sudah akan menjelaskan ketika Reta menjawab sambil menggenggam erat kedua tangannya. "Bapak James memberikan instruksi kepada saya."

"Damn!" makiku dan melangkah memasuki ruangan. Aku langsung di sambut oleh bau parfum yang menyengat. Sh*t! Bahkan Daisy selalu mengenakan parfum tetapi tidak sekuat ini. Erlin berbalik dengan wajah berbinar. Dirinya mengenakan dress biru yang ketat membungkus tubuhnya. Dadanya sengaja diperlihatkan maksimal. Aku tertawa sedih didalam hati. Aku berharap Erlin-Erlin yang selalu di sebut saudara-saudaraku adalah wanita berdedikasi setidaknya sedikit di bawah sosok Daisy, namun ini? Wajahku mengeras menahan marah. Mereka menyuguhkanku wanita pelacur! Mereka pikir siapa aku? Aku tidak sefrustasi itu untuk mendapatkan pengganti Daisy. Selamanya... aku tidak akan mendapatkan wanita seperti Daisy.

"Hey."

"Keluar!" kataku dengan kasar.

"Uh? Kita baru..."

"KELUAR!" teriakku geram. Carolus memasuki ruangan dan segera menarik pergi Erlin.

"Wait! Erol! Kita bahkan belum mengobrol." Protesnya berusaha melepaskan diri dari genggaman Carolus. Aku tak menjawab lagi dan menghubungi James. Carolus sudah menutup pintu kantorku. Aku sempat mendengar Erlin bahkan berteriak. My goodness... seumur-umur Daisy bahkan belum pernah berteriak selama kami bersama. Benar-benar tidak punya sopan santun.

"Yes, Bro? Gimana?" Godanya.

"Damn! Kamu menjodohkanku dengan wanita pelacur?" kesalku.

"Wow... wow... hey jangan sekasar itu dong." James terkejut.

Aku memijat kepalaku nyeri, "Kamu tahu bagaimana Daisy bukan? Teganya kamu memberikan ibu tiri untuk Cara macam wanita seperti itu. Paman macam apa kamu!"

James terdiam, "Erlin adalah puteri pejabat di sini. Saat bertemu denganku dia terlihat baik-baik saja."

"Ada yang salah dengan matamu!" aku begitu kesal.

James tertawa kecil, "Alright... Sorry kalau kamu kecewa. Tipikal dan sosok seperti Daisy sangat sulit ditemukan. Bahkan bisa saja tidak ada lagi sosoknya dijaman seperti ini."

Caramel Sunset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang