Enjoy!
Erol POV
Aku sudah berada di dalam jet pribadi dan sedang membaca beberapa email saat Carolus menghampiriku. "Masih membutuhkan 7 jam hingga pesawat mendarat, lebih baik anda beristirahat di kabin belakang, Tuan. Sebab begitu mendarat, anda akan segera menghadiri graduation nona."
Aku mengangguk dan mematikan Ipadku. Aku segera memasuki kabin ketika seorang pramugari menghampiriku. Sangat jelas dia berusaha menggodaku, Carolus dengan tanggap membawa pramugari itu kembali kebelakang dan memberikan jalan untukku. Aku menghela napas panjang saat duduk di atas tempat tidur. Aku meraih handphoneku dan menghidupkannya, seketika wajah Daisy dan Cara tersenyum menyambutku. Aku menjadikan foto mereka sebagai wallpaper. Aku tersenyum kecil. Malaikat kecilku, aku mengelus pelan foto Cara. Tubuhku perlahan mulai terbaring di atas kasur yang hangat. Carolus benar, aku harus istirahat. Ini pertemuan pertamaku dengan Cara dan aku tak ingin mengecewakannya. Beberapa jam berlalu, ketukan lembut membangunkanku.
"Siapa?" tanyaku serak.
"Pesawat akan landing dalam 30 menit, mohon kembali kekursi anda, Tuan." Salah satu pramugari memberitahuku. Aku bangkit dan membuka pintu. Wajah Carolus dan salah satu pramugari hanya menunduk saat aku melewati mereka. Aku bisa merasakan suasana Jakarta, seketika mengembalikan kenangan-kenanganku. Bagaimanapun sudah 4 tahun aku tidak kembali. Owen menjemputku di bandara dan kami berangkat menuju sekolah Cara. Owen begitu bahagia melihatku dan nyaris menangis, matanya berkaca-kaca memelukku. Aku tersenyum mengejek melihatnya dan mulai menggodanya.
"You know bro... kami semua menyayangimu. Kamu tidak sendirian. Jangan lakukan hal bodoh lagi." Katanya.
"I know..." balasku lirih dan memilih memandangi jalanan melalui jendela di sebelah kiriku. Aku melirik jam dan masih memiliki waktu 30 menit. "Apa jaraknya jauh?" tanyaku.
"Tidak terlalu. Aku sudah memastikan tidak akan ada kemacetan."
"Thanks. Kamu sudah menyiapkan bunganya?" tanyaku lagi. Aku meminta Owen menyediakan buket bunga mawar pink untuk Cara. Aku juga sudah membeli boneka lumba-lumba baru untuknya. Membayangkan itu sudah membuatku tersenyum.
"Ya. Bersama Mami dan Papi. Mereka sudah menunggumu di sekolah Cara." Terang Owen. Aku mengangguk mengerti. Tak lama mobil kami berhenti di depan sekolah tersebut, sebenarnya sekolah ini adalah yayasan yang di dirikan ayahku untuk siswa-siswi berprestasi nasional. Awalnya kakiku bergetar, namun Owen membantuku dan menguatkanku. Aku menggenggam boneka lumba-lumba itu erat. Kami memasuki ruangan, acara sudah di mulai 10 menit lalu. Ibuku berlari memelukku begitu melihatku.
"Oh Nak." Katanya sendu.
"Hai Mi." aku balas memeluk ibuku. "Apa kamu baik-baik saja?" ibuku melerai pelukannya dan mengamatiku atas bawah.
"Anak kita baik-baik saja, Sayang." Ayahku menenangkan.
"Syukurlah. Acara baru di mulai. Ayo kita masuk." Ibuku menuntun tanganku. Saat memasuki area teater tersebut, beberapa anak-anak level Nursery sedang menari-nari lucu menggunakan beberapa kostum hewan. Ruangan itu penuh dengan orang tua yang hadir. Kami mendapatkan kursi VVIP. Aku bisa melihat ada sekitar 2000 hadirin yang ada di sana. Mereka semua tertawa melihat penampilan siswa-siswi tersebut. Tanganku mulai berkeringat dingin dan ibuku mengetahuinya. Tangannya yang lembut menenangkanku. Aku tersenyum kecil. Lalu setelah beberapa penampilan, Cara hadir di atas panggung dengan beberapa teman sekelasnya untuk bernyanyi dan menari mengenakan kostum balet. Haru menyelimutiku. Sosoknya berbeda dari video yang sering aku terima. Dalam kenyataannya, Cara bahkan sangat menyerupai Daisy. Mataku mulai berkaca-kaca, tubuhku menegang. Ibu dan Owen berada di kiri dan kananku menenangkan lagi. Para hadirin bertepuk riuh setelah beberapa pertunjukan selesai berlangsung. Kini tiba saatnya untuk kata perpisahan dan ungkapan terima kasih kepada pengajar yang akan di wakili oleh salah satu murid. Hatiku berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel Sunset (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* "Kamu cinta dia bukan aku. Aku bisa memiliki semuanya, tapi tidak dengan hatimu." Kecewa Erol. "Aku memberikannya padamu...