Erol POV
Tangannya memeluk leherku erat. Tubuhnya perlahan rileks di bawah sentuhan lembutku. Aku masih mengecup pundaknya berulang kali, menunjukkan betapa aku menyayanginya. Lagi-lagi aroma tubuhnya yang kuat semakin membuat gelap mataku yang dipenuhi oleh birahi. Aku kembali meraih wajahnya dan mengulum bibirnya dalam. Erangan lembut kembali terlontar dari bibirnya yang memerah mempesona. Napasnya terengah-engah, matanya menatapku berkabut. Daisy menginginkanku juga meski awalnya dia menolakku.
"Aku..." lirihnya.
"Hm?"
"Aku sama sekali tidak bisa mengingatmu namun tubuhku seakan mengenalmu. Aku tidak tahu harus bagaimana." Daisy merasa malu.
Aku tersenyum dan mengecup keningnya, "Banyak hal yang ingin aku ceritakan, tapi tidak sekarang. Aku sangat bahagia memelukmu saat ini. Jangan pernah meninggalkan kami lagi."
"Kami?" tanyanya bingung.
Aku terdiam sejenak dan ganti mengecup bibirnya. "Aku akan menjelaskan nanti."
Daisy terlihat berpikir, "Lalu, apa benar kita suami istri?" wajahnya merona.
"Tentu saja. Aku mengerti jika kamu sulit menerima karena kehilangan ingatanmu."
"Kei tak pernah membahasnya. Kei hanya mengatakan jika aku mengalami kecelakaan hebat." Daisy terlihat semakin bingung.
"Sssshhhh." Aku membungkam mulutnya dengan kecupan panjang. "Kamu tak perlu berusaha mengingat itu sekarang. I love you."
Wajah Daisy semakin merona, tangan kanannya terangkat dan menyentuh wajahku lembut. Matanya menatapku takjub. "Kamu cinta aku?"
Aku mengangguk, entah mengapa pertanyaan itu seperti menghujam hatiku. Aku mencintainya tetapi aku yang melukainya. "Ya. Aku sangat mencintaimu, Daisy Kathryn Candra." Mataku berkaca-kaca dan Daisy terkejut.
"Ke... kenapa kamu menangis?" Daisy mulai menghapus air mata yang mengalir dipipiku.
"Karena aku sangat bahagia. Aku bisa melihat dan menyentuhmu lagi." Aku ikut menghapus air mataku. Aku begitu lemah jika berkaitan dengan Daisy.
"Aku memang masih bingung dengan semuanya namun aku tak bisa menyalahkan Kei. Aku tetap harus meminta penjelasannya. Selama ini dialah yang merawatku tanpa kenal menyerah."
"Aku tahu. Aku bersyukur karena itu." Kembali kekulum bibirnya cepat. Mendengarnya menyebut nama Kei, aku cemburu. Kedua tanganku meremas payudaranya gemas. Daisy tidak menyangka akan apa yang kulakukan. Dirinya mengerang keras, masih mengulum bibirnya lapar. Jemari kananku menyentuh kewanitaannya dan memasukkan jari tengahku kedalam kewanitaannya yang basah.
"Ohhh..." Daisy meremas pundakku mencari topangan. Wajahnya memerah menahan gelora. Aku mulai menarikan jemariku di dalam kewanitaannya yang semakin basah. Otot kewanitaannya erat memeluk dan memijat jemariku. "Damn!" makinya dan meliukkan tubuhnya keatas. Aku menambahkan satu jari lagi. Aku terus menyetubuhi kewanitaannya dengan kedua jari gemukku. Tak menunggu lama, Daisy mencapai orgasmenya keras. Tubuhnya bergetar hebat. Matanya tertutup rapat menikmati sensasinya. Aku merasakan tangan kananku yang basah oleh cairannya. Aku segera mengeluarkannya dan menghisapnya habis. Daisy menatapku berkabut, wajahnya terlihat malu-malu. Aku meraih kejantananku dan mulai menggesekkan kepalanya di depan liang kewanitaannya.
"Wait!" tahannya. Tangan kirinya menutup area sensitifnya. "Aku belum pernah... aku sangat takut."
"Percayalah padaku, Sayang. Oke?" yakinku. Daisy mengangguk pelan. "Mungkin pertama kali akan terasa sedikit sakit karena kita sudah lama tidak berhubungan badan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel Sunset (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* "Kamu cinta dia bukan aku. Aku bisa memiliki semuanya, tapi tidak dengan hatimu." Kecewa Erol. "Aku memberikannya padamu...