TUJUH

11.9K 463 19
                                    

[21+]

"YESSSS!" teriakku memenuhi ruangan saat berhasil mengosongkan benihku didalam kondom yang tertanam di kewanitaan wanita ini.

"Oh babe..." bisiknya lelah. Tubuhnya terjatuh diatas tempat tidur. Aku bangkit dengan segera dan menuju kamar mandi, melepaskan kondom tersebut dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Seks barusan lumayan melepaskan stressku seharian ini. Tetapi sepanjang aku melakukannya justru wajah Daisy yang terpampang jelas. Ada apa ini? Apa aku juga mulai terpengaruh dengannya? Bahkan dua hari kami baru bertemu. Ini tidak mungkin. Aku menghubungi Carolus dan menginstuksikan memberikan cek dengan nominal tertentu kepada wanita itu dan segera menyingkirkannya sesegera mungkin dari kamar milikku.

Beberapa waktu berlalu, aku sedang menghirup kopi yang terhidang ketika Carolus menghadapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa waktu berlalu, aku sedang menghirup kopi yang terhidang ketika Carolus menghadapku.

"Bagaimana dengan nona Daisy?" tanyanya.

"Ada apa dengannya?" tanyaku bingung.

"Beliau masih menunggu anda di lobby selama 2 jam ini. Apa anda ingin menemuinya sekarang?"

Menungguku? Daisy benar-benar... aku tidak bisa menebak pikirannya. "Biarkan saja. Aku tak ingin menemuinya. Terserah jika dia ingin menunggu."

"Tetapi anda menyuruhnya datang." Aku menatap tajam Carolus sebagai jawaban. "Baik tuan." Jawabnya final dan berlalu.

Esok harinya, aku bertemu dengan Daisy saat berkunjung keperusahaan ibuku. Bagai tak terjadi apa-apa, ekspresinya tetap sama. Tak ada protes pun terlontar. Aku mulai menyukai sikapnya yang seperti ini. Aku mulai berpikir jika dia memang sangat cocok untuk menjadi pendampingku. Daisy dapat menyembunyikan emosinya sempurna. Aku tetap tidak terkekang dan dia bisa menjadi tameng menyenangkan hati ayah dan ibuku. Bukankah ini akan menjadi scenario yang begitu sempurna.

Saat mengecek beberapa file, salah satu sekretaris ibuku memasuki ruangan. Pita. Aku membaca name tag nya. Pita menatap genit kearahku dan berusaha memperlihatkan buah dadanya yang besar. Tentu saja aku tidak akan menolak, Pita mendekatiku dan mulai berjongkok dihadapan kakiku. Aku sedang dalam posisi duduk.

"Blow job." Kataku singkat sembari masih membaca beberapa berkas. Pita segera membuka restleting celana milikku dan mulai menghisap kejantananku yang setengah tertidur. Pita mulai memainkan lidahnya dan menghisap kepala kejantananku keras membuatku meleguh. 10 menit kemudian aku meraih kondom didalam laci meja dan memasangnya. Pita sudah menurunkan celana dalamnya dan berdiri dengan posisi menungging. Memperlihatkan kewanitaannya yang lembab. Sekali hentakan seluruhnya masuk. Pita bertumpuh pada meja mahogany milikku. 10 menit kemudian, aku meminta Pita terbaring diatas meja dan kembali memasukkan kejantananku. 5 menit kemudian aku menerima intercom. "Ya?" jawabku sembari terus menghujam kewanitaan Pita.

"Daisy dari departemen produksi ingin meminta tanda tangan anda."

"Masuk." Tak lama setelah mengatakan itu, Daisy memasuki ruanganku. Awalnya wajahnya terkejut karena melihat pemandangan dimana aku masih menyetubuhi Pita. Namun dia terhenti lama, matanya menatapku lekat. Ada kemarahan terpancar disana. Berkas yang dibawanya segera diletakkan diatas meja sofa tak jauh dari tempatku berada. Tanpa memandang lagi Daisy keluar dari ruanganku dengan cepat.

Caramel Sunset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang