Eunha menambahkan titik pada akhir kalimat cerita, lalu menyimpannya. Tiga jam terakhir ia sedang berada di dunia orennya. Tersenyum melihat profil akunnya. Ia punya banyak pengikut dan banyak cerita miliknya yang punya vote juga komen disana.
Senggaknya dalam dunia oren. Eunha merasa bahagia. Begitu pikirnya.
Hampir satu bulan. Eunha harus menghadapi dunia suram di kampus. Tentu ia tetap tersenyum saat dengan Sana atau Bona. Gadis itu gak pernah bosen merasa bersyukur ada Sana dan Bona.
Ia juga tetap memberikan tutor kepada Sagang dan Heejin. Beberapa kali Wonwoo menanyakan apa dirinya baik-baik saja. Tentunya Eunha selalu menjawab ia baik, tidak ada masalah.
Orang tua Eunha sepertinya belum tahu apa yang menimpa Eunha belakangan. Gadis itu cuman bisa berharap kalau keluarganya gak bakal pernah tau.
Sahabat-sahabatnya juga tetap disampingnya. Eunha cukup dengan itu. Ia bisa bertahan dengan adanya mereka.
-
Eunha bersiap menuju tempat belajarnya. Perpustakaan.
Langkahnya berhenti karena merasa banyak mata yang memerhatikannya. Eunha cukup terbiasa, namun tetap saja gak nyaman. Gadis itu mengambil topi dan memakainya.
Duduk dan memulai belajar.
Satu jam berlalu. Eunha menutup bukunya dan berjalan sekitar perpustakaan. Menghilangkan rasa bosannya.
Ia melihat kumpulan buku cerita dengan berbagai genre. Bibirnya membentuk garis, tersenyum senang. Merasa puas karena kampus pilihannya juga punya sudut novel-novel usang seperti ini.
Kepalanya menegak dan melihat satu judul buku. Letaknya cukup tinggi. Eunha mencoba berjinjit dan tangannya lurus keatas, mengambil buku. Ujung jarinya dapat meraih bagian buku. Kakinya ia lebih jinjitkan agar dapat meraih buku itu.
Tangan seseorang menyelang tangan Eunha. Gadis itu menurunkan jinjitan kakinya. Melangkah mundur untuk melihat siapa orang yang merebut bukunya.
"Aku duluan," ucap Eunha. "Bukunya. Aku duluan yang lihat."
Pria yang mengambil buku incaran Eunha terdiam. Ia memberikan buku yang sudah ia ambilkan.
"Tau," pria itu meyodorkan buku novel itu lagi karena gadis di depannya tidak kunjung mengambil dari tangannya. "Lu pendek, jadi gua bantu ambil."
Eunha berkedip. Gadis itu merasa bersalah tiba-tiba. "Maaf."
"Merasa bersalah banget?" pria itu memajukan badannya melihat wajah bersalah Eunha. "Kalau gitu masuk klub gua." ucap pria itu lalu menjulurkan tangannya, "Omong-omong, gua Mingyu."
Eunha menyambut uluran tangan Mingyu. "Aku Eunha." balasnya. "Klub apa tapi?"
Mingyu menunjuk buku yang tengah Eunha peluk. "Klub menulis. Lu suka nulis cerita, kan?"
Eunha terbuka mulutnya. Kaget karena pria di depannya ini bisa tau.
Wajah Mingyu mengernyit. Tangannya mencubit bibir Eunha agar kembali tertutup seperti semula.
"Ga inget gua, kan? Di deket taman yang nawarin kamu masuk klub. Terus-" Mingyu mengebaskan tangannya didepan wajah. "Udahlah. Udah berapa kali gua ajakin. Tapi lu kek orang ga ada nyawa."
Eunha ingat!
"Gua juga sering lihat kamu nulis. Tempat kesukaan lu di danau, kan?" tambah Mingyu. "Kenapa suka kesana, sih? Kan banyak rumor disana banyak arwah."
Eunha menggaruk belakang lehernya. "Iyakah? Kurang tau sama rumor itu. Aku sering disana, karena disana sepi, enak buat nulis."
Mingyu memberikan kertas yang berisikan nomor ponselnya— lagi. "Kali ini telpon."
Lalu pria itu pergi dari sana.
▶▶▶
Eunha keluar dari kelas dengan wajah murung. Seperti biasanya. Ia tidak berani tersenyum disini.
"Stop."
Seseorang menghentikan langkah Eunha. Gadis itu menegakkan kepala karena mendengar suara Wonwoo.
Benar saja, Wonwoo kini ada di depannya.
Wonwoo meraih dagu Eunha. Melihatnya menjadi sangat kurus. Wonwoo tidak suka itu.
"Katanya baik-baik aja? Kenapa kepala ditundukin terus?" pria itu mengguncang pelan dagu Eunha. "Kenapa kamu jadi kurus banget?"
Suara Wonwoo menarik perhatian banyak orang. Eunha melepaskan tangan Wonwoo dari dagunya. "Kita ngomong di tempat lain aja ya, ka?"
"Oh! Kak Wonwoo!" dari dalam kelas terdengar suara yang memanggil Wonwoo. Bukan Eunha, bukan Sana. Namun Zara.
Zara ikut keluar kelas dan menyiku Eunha agar menjauh dari Wonwoo. Namun tidak ada yang melihat Zara, mereka tetap memandangi Wonwoo ataupun Eunha. Lebih tepatnya memandang rendah. Terlebih kepada Eunha.
"Harus ya, main siku begitu?" tanya Wonwoo merasa geram.
"Gapapa. Orang kek dia ga perlu dipeduliin."
"ApA?" suara Wonwoo jengkel dengan ucapan Zara.
"Omong-omong kenapa kakak kesini?"
Wonwoo tidak membalas Zara. Ia berjalan ke Eunha dan meraih tangannya. Sementara gadis itu ragu-ragu melepaskan tangan Wonwoo, enggan digenggam.
"Kak jangan pegang Eunha. Tau gak? Dia pernah ke Bar pas masih di bawah umur lagi." hasut Zara. " Jijik ngeliat dia aja. Pemilik Bar rugi gak ya, gegara Eunha?"
Sebenarnya Zara merasa kesal melihat Wonwoo menghampiri Eunha seperti itu. Meski ditolak, Zara gak bisa bohong kalau dia masih suka sama Wonwoo. Gadis itu melipat tangannya, "Gak kasihan apa sama orang tuanya? Atau emang diajarin orang tuanya kayak gitu."
"ZARA!" Wonwoo semakin mengencangkan suara.
Kepala Eunha terangkat. Alisnya merapat tidak percaya, berani sekali mulut Zara bicara buruk tentang orang tuanya.
Bona datang dan menahan tangan Eunha. Berharap tidak ada keributan. Karena Eunha sudah terlihat mulai emosi. Bona menggeleng kepala, meminta agar Eunha tidak mengikuti emosinya.
Namun Eunha tidak bisa diam saja. Orang tuanya juga dipertaruhkan. Eunha melepaskan tangan Bona, meyakinkan gadis itu bahwa dia tidak akan kelewat batas.
Eunha melangkah maju.
"Anda tipenya kayak gini, ya?" Eunha berujar membuat Zara terdiam bingung.
"Maksudnya?" hanya itu yang bisa Zara keluarkan.
"Tipe irian," Eunha memberi jeda. "Saya udah denger," gadis itu mengepalkan tangannya. ".. situ kan yang nyebar video saya."
Eunha gak bakal ngebiarin orang tuanya dilibatkan dan dipandang buruk, cuman karena Zara.
never.
######
AN
vote sama komen!~
semoga suka chapter ini<3
visualnya zara kira2 sapa ya? 🤔 belum nentuin akutuh wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
my best boy. (jung eunha)
Fanfiction• GFriend series [Series] 1# Math - Jung Yerin 2# ILYMTY - Kim Sojung 3# My Best Boy - Jung Eunha 4# coming soon 5# coming soon 6# coming soon © cover : ashui.zz Start : 17 april 2020 End : 27 desember 2020