bagian 6 - sama-sama, cantik

176 29 4
                                    

"Saya antar pulang."

Eunha menggeleng tangannya. "Aku bisa naik ojek online. Kendaraan lain kayak bus juga masih bisa."

Wonwoo tetep kekeh ingin mengantarkan Eunha pulang, "Ini udah malem. Pokoknya gak ada penolakan."

Gadis itu merapatkan bibirnya dan mengangguk, "okay. Makasih, Kak." Kalau begini. Bagaimana Eunha bisa nolak?

-

"Belok kanan, Kak."

"Kamu masuk kemana?"

Eunha menoleh kepada Wonwoo dan tersenyum, tangannya menunjukkan foto pengumuman di ponselnya. Mengetahui, Wonwoo ikut tersenyum.

"Jago juga."

Eunha membuat tanda centang dengan ibu jari dan telunjuknya. Merasa bangga pada diri sendiri. Gemas dengan gadis itu, Wonwoo mengacak rambutnya.

"Rumah yang cat biru, Kak."

Lalu Wonwoo menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Eunha. Dan gadis itu turun dengan senyum yang masih belum pudar.

"Makasih ya, Kak."

Wonwoo menundukkan kepalanya mengintip sedikit rumah Eunha, "Orang tua kamu udah tidur kah?"

"Udah mungkin."

"Yaudah, saya pulang."

Wonwoo menyalakan mesin dan pergi dari depan rumah Eunha. Eunha pun melambaikan tangan pada Wonwoo. Bayangannya terlihat pada kaca spion mobil Wonwoo.

"Gemes banget."

▶▶▶

Hari-hari berlalu dengan biasa. Eunha manfaatin waktu libur buat cari uang. Ngasih tutor sama kerja sampingan lain. Wonwoo tetep kerja dan kadang ngawasin aktifitas belajar adik-adiknya. Sana juga kadang ikut turun buat ngajarin adiknya, kalau Eunha bener-bener udah kebingungan gimana ngejelasin materi ke mereka. Dan karena itu, Eunha sama Sana jadi tambah deket.

Mereka satu kampus. Namun bakal jarang ketemu. Soalnya Sana ngambil Kesehatan Masyarakat. Eunha ngambil Ekonomi.

Keluarga Wonwoo sama Eunha sendiri semakin deket. Eunha bersyukur banget dapet temen baru. Sampe hari liburnya selesai dan masalah ekonomi keluarga Eunha juga semakin membaik.

Dalam kamarnya. Eunha memeriksa kebutuhan dunia kuliahnya. Setelah merasa mantap sama semua. Eunha berbaring buat nyantai aja. Sambil baca buku novel.

Ini rahasia. Bagi Eunha, fiktif dan cerita-cerita novel itu adalah bahagianya. Bukan sepenuhnya rahasia, karena sobat smanya tahu. Eunha itu merupakan seorang penulis dunia oren.

Sejak smp, kemampuan Eunha dalam menulis bertambah. Dan namanya kini tambah dikenal. Meski belum satupun dari 12 buku yang ia publish dilirik penerbit. Tapi Eunha menikmati hobinya ini.

Ponselnya berdering dan tertampang kontak Wonwoo yang menelpon. Eunha terduduk dan bersandar pada kepala kasur. Memencet tombol hijau, mengangkat panggilan itu.

"Halo.. Ka?"

"Selamat ya, besok hari pertama kamu kan?"

Eunha tersenyum mendengar ucapan selamat dari Wonwoo, "Makasih Kak, doain aku besok ya. Oh iya, sampein ucapan selamat aku ke Sana juga, besok Sana juga hari pertama kan."

Dari panggilan Eunha mendengar suara Sana berteriak. "Kak mau ngobrol sama Eunha dong."

"E-eunha, ini tadi Sana yang mau nelpon kamu. Tapi aku mau ngucapin selamat dulu, jadinya-"

Tiba-tiba suara Wonwoo terhenti dan terdengar suara Sana disana. "Eunha!! Aww, sakit kak Wonwoo!"

Eunha hanya menebak itu situasi lucu. Makanya Eunha tertawa kecil mengdengar pertengkaran kecil antara Wonwoo dan Sana.

"Ada apa, Sana?"

"Besok berangkat bareng, yuk! Pokoknya kita harus keliling kampus bareng. Harus foto-foto bareng!"

Eunha menutup mulutnya, tertawa kecil, "Iya. Besok aku ke rumah kamu, ya." tutur Eunha mengiyakan keinginan Sana.

"Gausah. Nanti Kak Wonwoo aja yang ke rumah kamu. Besok kita tuan puteri pokoknya."

"Lah tapi... Bakal lebih deket dari rumah Kak Wonwoo, kan?"

"Udah, pokoknya besok Kak Wonwoo jemput kamu besok. Trus balik ke rumah, abistu berangkat bareng deh!"

Eunha hanya mengangguk, meski Sana tidak melihat. Setuju saja. "Iya-iya."

Lalu suara beralih pada Wonwoo lagi. "Sorry Eunha, Sana banyak mau ya."

"Wkwkwk. Gapapa, Kak. Imut malah jatohnya."

"Kamu lebih."

"Hm?"

"B-besok saya jemput jam berapa?"

Wajah Eunha memerah, ia melirik ke depan terlihat jam dinding dan AC. Padahal AC menyala, tapi kok panas ya?

"Jam 6 pagi, bisa Kak. Biar bisa nunggu Sana juga."

"Okay. Malem."

"Iya, Kak. Selamat malam."

▶▶▶

Eunha melihat dirinya pada kaca vertikal. Berbalik kanan dan kiri. Tersenyum saat merasa dirinya sudah cantik.

Jam tangannya menunjuk angka 7 dan 12. Ia melihat ponselnya, dirinya terkagum karena Wonwoo benar-benar tepat waktu. Lantas, Eunha keluar kamar dan berpamitan.

"Eunha berangkat, doain Eunha ya, Mah Pah."

Mereka mengantar Eunha sampai gerbang depan. Mobil Wonwoo terlihat bahkan orang di dalamnya turun dan menyapa orangtua Eunha.

"Pagi, Om, Tante."

"Iya, nak. Tolong antarkan Eunha dengan selamat ya."

Lalu mereka masuk ke dalam mobil dan kembali menuju rumah Wonwoo untuk Sana. Dalam perjalanan, Eunha terlihat excited namun juga gugup.

Wonwoo menepukkan tangannya pada bahu Eunha. "Kamu bisa, semangat ya." ucap Wonwoo dan membuat Eunha sedikit merasa tenang.

Tak lama mereka sampai dan ternyata Sana sudah siap, menunggu di depan gerbang. Segera masuk saat mobil Wonwoo mendekatinya.

"Tumben dandannya cepet?"

"Mau buru-buru jadi anak kuliah."

Wonwoo berdecih. "Jangan terlalu berharap, dunia anak kuliah tidak seindah yang kalian bayangkan."

Sana memajukan bibir kecewa akan kata-kata Kakaknya, bukannya semangatin malah bikin down.

Eunha hanya tertawa kecil.

▶▶▶

Eunha dan Sana turun. Begitu juga dengan Wonwoo ikut turun sebentar untuk sekedar mengantarkan adiknya dan Eunha.

Namun Wonwoo meraih pergelangan tangan Eunha. Gadis itu menoleh.

"I-itu... Semangat."

Eunha tersenyum. "Iya, Kak. Udah berapa kali Kakak bilang? Tambah semangat aku. Makasih Kak."

"Sama-sama, Cantik."

######

AN

asiklah wonwoo.🙊

my best boy. (jung eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang