"Kak Wonwoo,"
Suara yang tak asing terdengar. Wonwoo dengan cepat mengenali suara itu. Tangannya terangkat dan mengusap wajahnya.
Kenyataan ia bisa mendengar suara gadis itu lagi, membuat ia merasa senang juga merasa bersalah.
"Apa kabar?"
Pria itu terdiam. Matanya tergerak menuju kalender pada mejanya. Sebentar lagi ulang tahun gadisnya.
"Aku... kangen sama Kakak. Kapan Kakak balik?"
"Besok. Ayo ketemu besok."
▶▶▶
Wonwoo memasuki taksi setelah menaruh koper di bagasi. Ia mengatakan tujuannya kepada supir dan taksi mulai berjalan.
Seharian penuh. Hanya Eunha yang ada dikepala Wonwoo. Seperti gadis itu, ia juga rindu, namun, bersamaan dengan rasa bersalah.
Ia tiba-tiba teringat saat pertama kali kakinya tiba di Swiss setelah sekian lama, bersama kedua adiknya itu. Hal yang pertama kali Wonwoo lihat adalah Ibu angkatnya yang tengah menangis di ruang tamu.
Mereka segera diajak bertemu dengan Ayah angkat mereka, yang tengah terbaring tanpa sadar. Itu membuat hati mereka benar-benar tersayat. Khawatir muncul bersamaan.
Terlebih Wonwoo yang rasanya kemarin baru berbicara lewat telpon.
Selama hampir satu bulan disini, Wonwoo hanya menemani Ayah dan Ibunya. Seraya mulai mengurus sekolah kedua adiknya disini.
Ia cukup sibuk. Tidak. Wonwoo benar-benar tak fokus saat itu. Hanya keluarganya yang ada dipikirannya.
Keadaan mulai di luar kendali saat perusahaan Ayah angkatnya mulai kacau karena tidak dipegang oleh pemiliknya. Saat itu Wonwoo tidak bisa diam lagi. Pikirannya mulai menetap, hanya pada keluarganya.
Ia jadi sangat sibuk. Hingga tidak terasa 4 tahun lewat. Wonwoo mulai terbiasa dengan rutinitasnya disini. Ia juga mengganti ponselnya, karena yang lama rusak. Namun Wonwoo sempat menyimpan nomor penting disebuah note- tidak terkecuali nomornya Eunha.
Ayahnya kemudian terbangun dari koma. Namun pemulihannya cukup lama. Wonwoo gak ngebiarin Ayahnya kerja sampe bener-bener pulih. Dan itu butuh waktu satu tahun lamanya.
Kini matanya terpejam.
Sudah saatnya Wonwoo kembali. Ia rindu tempat asalnya.
▶▶▶
Eunha memencet bel rumah Wonwoo. Dirinya terkagum saat sadar Sana tidak merubah sedikitpun dari rumah ini.
"Siapa?"
Sana membukakan pintu. Ia terdiam sesaat ketika melihat Eunha di depan rumahnya. Gadis itu tersenyum kepada Eunha.
"Assalamualaikum. Udah lama, ya."
Sana mengangguk, "Waalaikumsalam. Iya, udah lama banget."
Eunha masuk ke rumah Wonwoo. Tidak ada yang berubah sedikitpun bahkan di dalam rumah. Sana datang dan membawakan jus alpukan untuk Eunha dan mangga untuknya.
"Apa kabar?" tanya Eunha.
Sana mengangguk, "Baik. Eunha baik-baik juga, kan?"
"Gak baik. Kemaren aku akhirnya denger suara Wonwoo lagi. Setelah lima tahun."
Terdapat perubahan pada mereka. Keduanya jadi lebih tenang dan jadi lebih dewasa. Sana tersenyum senang. "Iya, Kak Wonwoo juga bilang mau balik hari ini." gadis itu berucap, ia terdiam sebentar lalu kembali mengatakan sesuatu, "Maaf ya, Eunha."
"Kenapa waktu itu menghindar?"
Sana menutup matanya dan tertunduk merasa bersalah. Sana 5 tahun yang lalu, sangat membuat Eunha kesusahan, padahal udah susah karena Wonwoo, ia menambah pikiran Eunha.
Sana 5 tahun yang lalu sangat masih tak terkendali. Ia merasa malu dengan masalah keluarganya, maksudnya, Sana tidak ingin orang-orang tahu akan keluarganya yabg diambang kehancuran. Jadi ia berusaha keras untuk tidak membicarakannya.
Namun, ia menjadi bingung ketika yang bertanya adalah Eunha. Gadis itu bertanya banyak hal. Mulai dari kenapa mereka berangkat ke Swiss hingga bagaimana keadaan Wonwoo.
Sana 5 tahun lalu selalu merasa gugup. Akhirnya memutuskan untuk menghindari Eunha, selama 2 tahun lebih.
Bahkan 3 tahun lewat, Eunha terkadang masih suka ke rumah. Namun, Sana enggan membukakannya.
Jadi ia- Sana lebih sering menginap di kontrakan temannya.
▶▶▶
Eunha tertidur di kamar Wonwoo setelah berbicara dengan Sana tentang tahun-tahun yang hilang. Sagang yang juga ada di rumah, tidak merasa terganggu jika Eunha tidur di kamar Wonwoo.
Tidurnya sangat nyenyak.
Gadis yang tengh dialam mimpinya itu tak sadar kalau air matanya mengalir dari ujung-ujung mata, saking rindu akan sosok Wonwoo.
"Haduh, pacar saya nangis."
Gumam sesosok pria yang sudah sampai di rumahnya 30 menit yang lalu. Tentu Heejin dan Sagang menyambut baik kepulangan Wonwoo, namun tidak membuat bising. Sengaja, Eunha sedang tertidur, tidak mau mengganggu.
Wonwoo meniup mata Eunha perlahan, bukan bermaksud untuk membangunkannya tapi Eunha benar-benar terbangun, karena hembusan napas yang mengenai matanya.
Gadis itu segera terduduk saat melihat Wonwoo duduk dipinggiran kasur. Rasanya tidak nyata, namun ini nyata.
"Aku mimpi ya?"
Saking gak percaya, Eunha sampai menampar pipinya beberapa kali.
"Jangan ditamparin, pasti sakit." pinta Wonwoo seraya menurunkan tangan Eunha agar tidak menampar pipinya sendiri.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir mungil Eunha. Ia masih terbungkam rasa tidak percaya jika Wonwoo sudah pulang.
Wonwoo merentangkan tangan berharap dapat pelukan dari Eunha.
"Jangan harap pelukan!"
Wajahnya mengernyit, mampus Eunha pasti marah, hal itu yang langsung terpikirkan oleh Wonwoo.
Eunha tentu berhak marah.
Sore hari baru official. Malemnya udah ditinggal ke Swiss dan menghilang begitu saja.
"Besok langsung dateng ke rumah aku! Temuin orang tua aku!" ucapnya merajuk.
Wonwoo tersenyum miring mendengarnya, "sekalian bawa cincin, ya?"
"Harus lah!"
######
AN
Maap menghilang huaaaa. Abis PAS, sebenernya sampe rabo depan. Tapi kangen up cerita ini aww<3Do not forget to vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
my best boy. (jung eunha)
Fanfic• GFriend series [Series] 1# Math - Jung Yerin 2# ILYMTY - Kim Sojung 3# My Best Boy - Jung Eunha 4# coming soon 5# coming soon 6# coming soon © cover : ashui.zz Start : 17 april 2020 End : 27 desember 2020